14. Menyedihkan

743 76 8
                                    

Jin POV

Saat berada di ruang tamu, aku bertemu dengan wanita yang berada di ayunan pada hari pertama datang ke rumah besar itu. Berdasarkan apa yang kudengar dari Jungkook, dia bukan ibu kandungnya. Aku tidak tahu apakah itu juga terjadi pada Jimin, tapi sejujurnya, aku juga tidak peduli. Dia sedang berbicara dengan wanita lain yang sepertinya adalah salah satu pelayan.

Ketika Nyonya Jeon melihatku, dia segera berhenti dan menghadapku dengan senyum cerah.

"Halo, Jin. Aku sangat senang kau menerima tawaran untuk bersama kami malam ini. Senang sekali kami bisa memilikimu di sini." Dia mengucapkan semuanya dengan tulus.

"Aku tidak punya banyak pilihan. Jimin tidak membiarkanku pergi!" Ini adalah kata-kata yang ingin kukatakan, tapi aku mengurungkan niatku karena tidak ingin terlihat seperti anak yang kasar atau tidak sopan.

"Terima kasih telah menerimaku, Nyonya Jeon. Kalian semua sangat baik padaku." Semua kecuali satu!

"Ah, aku hampir lupa, ini Suzi, Jin. Dia adalah orang yang mencuri kalung itu, tapi dia melakukannya karena dia sangat membutuhkan uang. Ceritanya panjang.

Dia berhutang permintaan maaf padamu. Benar, Suzi?!" Nyonya Jeon berbicara dengan lembut tapi tegas pada wanita bernama Suzi itu meskipun dia mengungkit perbuatannya yang tidak begitu baik. Hal itu membuatku tidak bisa mengatakan apakah Nyonya Jeon yang menjadi pemimpin di rumah ini.

"Ya, Nyonya. Tuan Jin, aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk semuanya. Aku harap kau bisa memaafkanku." Suzi menghela nafas dan membungkuk padaku.

"Aku tahu kau punya alasan sendiri. Jadi, aku memaafkanmu. Dan juga, tolong jangan panggil aku Tuan!" Aku tidak terbiasa dipanggil dengan sebutan seperti itu. Mungkin, itulah alasan kenapa aku tidak benar-benar nyaman mendengarnya memanggilku seperti itu.

"Terima kasih banyak. Itu menunjukkan betapa mulianya dirimu." Ucap suzi dengan tenang tapi juga menunjukkan kegembiraannya.

"Suzi, bolehkah aku bertanya? Kau tahu kami sudah mencari di seluruh rumah tapi tidak menemukan kalung itu. Di mana kau menyembunyikannya?" Nyonya Jeon bertanya dengan tiba-tiba.

"Ada sebuah lubang kecil di sudut salah satu dinding di kamarku. Itu cukup untuk memuat kotak itu. Jadi, aku menyembunyikannya di sana dan menutupinya dengan kertas dinding. Untuk membuatnya lebih aman, aku membawa kotak lama milikku yang berwarna hijau, ke sudut itu untuk menutupinya." Suzi menceritakan semuanya dengan sangat jujur.

"Wow! Kau benar-benar pintar, nona. Aku akan memintamu untuk membantu menyembunyikan perhiasanku di masa depan!" Nyonya Jeon bercanda dengan penuh semangat. Sungguh, kedua wanita ini begitu dekat.

"Eomma, bisakah kita makan sekarang?! Aku lapar." Jimin bertanya menyela para wanita.

"Oh, aku benar-benar minta maaf. Aku benar-benar lupa. Ayo pergi, anak-anak." Kami semua mengikuti Nyonya Jeon ke sebuah pintu di sebelah kanan kami. Itu adalah ruang makan.

Aku belum pernah mengunjungi salah satunya dalam hidupku sebelumnya, bahkan yang paling sederhana sekalipun. Namun, di sinilah aku, di tempat yang sangat mewah ini. Tempat ini terlihat seperti milik keluarga kerajaan.

Mejanya terbuat dari kayu dan cukup panjang untuk menampung dua puluh orang. Kursi-kursinya terbuat dari tekstil merah, dan sangat indah. Dan izinkan aku berbicara tentang bagian favoritku, makanannya! Aku belum pernah melihat sebagian besar makanan ini sebelumnya, apalagi memakannya. Aku duduk di sebelah Hoseok sementara Jimin dan Nyonya Jeon duduk di seberang kami.

"Jadi, apa lagi yang kalian tunggu? Anggap saja seperti di rumah sendiri." Ucap Nyonya Jeon.

Kami mulai makan dan terlibat dalam percakapan kecil di sana-sini. Mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Aku benar-benar merasa nyaman berada di sekitar mereka meskipun saat itu adalah pertama kalinya aku bersama dengan mereka. Setelah beberapa saat, seseorang mengetuk pintu.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang