Seminggu setelah kejadian di atap, segalanya semakin memburuk bagi Jin. Yang paling utama, bisnisnya rusak. Dia hampir tidak bisa menemukan pelanggan. Dia bahkan menurunkan harganya menjadi $45 untuk satu orang, tapi tetap saja tidak ada gunanya.
Dia hampir kelaparan sepanjang minggu, tapi bukan itu yang paling mengganggunya. Tapi, fakta bahwa Taehyung, teman satu-satunya itu tidak ada hampir sepanjang waktu seperti biasanya. Dan jika dia ada, dia akan pergi beberapa menit kemudian dengan alasan ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dia akan pergi begitu cepat sehingga Jin tidak sempat menemuinya seperti yang dia inginkan.
Dia tahu ada sesuatu yang mengganggu Taehyung, tapi dia tidak pernah berani mengatakannya pada Jin karena dia tidak ingin membuat temannya khawatir. Namun demikian, Jin mengenalnya dengan sangat baik.
Bagaimanapun juga, Taehyung selalu peduli padanya lebih dari apapun. Dia sadar Jin memiliki masalahnya sendiri. Dan Taehyung berpikir dia tidak seharusnya menambahkan penderitaannya. Namun, Jin tahu itu pasti masalah besar kali ini. Dia bisa merasakannya.
Dia sedang merapikan kamarnya, berharap ada pelanggan yang datang ketika teleponnya mulai berdering. Dengan malas ia mengambilnya di meja nakas tua di samping tempat tidurnya. Dia mengamati kontak tersebut, dan seperti biasa, tidak diketahui siapa orang yang menelepon. Tanpa berpikir panjang, ia pun mengangkatnya.
"Halo?" Ucapnya dengan ragu-ragu.
"Umm, apakah ini nomor Jin?" Si penelepon bertanya, juga menunjukkan bahwa dia juga tidak yakin.
"Ya, dan kau mengganggunya saat ini. Jika kau tidak menginginkan blowjob atau hidangan utamanya, maka jangan buang-buang waktuku!" Jin bergumam dengan suara bosan karena orang itu tidak terlihat seperti pelanggan.
"Sial, itulah yang aku inginkan. Apa kau tidak ingat aku?! Aku Yoongi, pria yang bersama Namjoon seminggu yang lalu." Yoongi bertanya dengan nada terkejut.
Biasanya, Jin akan segera melupakan orang yang tidur dengannya tempo hari dari pikirannya, tapi entah bagaimana ia mengingat Yoongi, dan itu juga mengejutkannya.
Mungkin, itu karena bayaran ekstra atau fakta bahwa Taehyung yang membimbing mereka, tapi itu tidak penting saat itu. Hal yang penting adalah, untungnya, ia mendapat jawaban ya dari Yoongi dan bahkan tidak perlu menggunakan kemampuan aktingnya. Pria itu sangat menginginkannya.
"Oh, ya. Aku ingat kau sekarang. Apa aku sangat hebat sampai kau menginginkanku lagi? Jadi ... umm .. kapan?" tanya Jin membuat suaranya terdengar manis.
"Sekarang juga, dan bukan di tempatmu. Aku akan ke sana dalam hitungan detik." Dan dengan itu, Yoongi menutup telepon tanpa mendengar jawaban dari Jin.
"Baiklah!" Jin membalas telepon yang sudah tidak tersambung dengan wajah bingung.
"Ya Tuhan! Apa aku punya pakaian yang layak untuk ke sana? Tempatnya pasti sangat mewah." Jin berbicara pada dirinya sendiri sambil mencari pakaian yang bagus untuk dikenakan di antara pilihannya yang tidak terlalu berwarna.
Dia akhirnya memilih blus polo merah muda dan celana jins biru tua. Dia menyisir rambutnya, membuat poninya jatuh menutupi dahinya; membuat wajahnya tampak lebih manis.
Setelah beberapa saat menunggu Yoongi di sofa, ia mendengar ketukan pintu. Dia keluar dari rumahnya dan dikejutkan dengan Mercedes-benz hitam yang spektakuler di depan rumahnya. Itu adalah pemandangan yang langka di mata siapa pun sehingga dia sendiri membutuhkan waktu untuk mempercayainya. Setelah memperhatikan bagian luar mobil dengan cukup untuk mengingat semuanya secara detail, dia masuk ke dalam, sibuk dengan bagian dalamnya.
"Hei!" ucap Yoongi, berpura-pura menjadi salah satu pria keren di acara TV, meskipun dia sebenarnya imut.
"Kau tahu, kau tidak perlu membawa mobil mewahmu kemari, maksudku di jalanan rumahku ini. Itu akan membuatnya menjadi kotor." Jin tertawa, melewatkan seluruh bagian sapaannya.
"Jangan khawatir. Aku akan membersihkannya nanti. Kau mungkin tidak tahu, tapi aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kesempatan ini bersamamu" ucap Yoongi dengan tenang.
Jin tidak tahu kenapa, tapi itu adalah tindakan yang sangat lucu sehingga ia tersipu, yang juga tak terlewatkan oleh Yoongi. Dia ingin melompat ke arah Jin saat itu juga, tapi dia menghentikan kegembiraannya. Lagipula, dia punya rencana yang lebih baik untuk hari mereka. Ia menyalakan mesin mobilnya dan berangkat ke rumah Jeon.
Dalam perjalanan menuju ke sana, Yoongi mulai menjelaskan keadaan sebenarnya pada Jin.
"Tuan Jeon telah memberiku hari libur. Tuan Jimin sedang keluar dengan sahabatnya, Hoseok. Hanya Nyonya Jeon yang ada di rumah. Yah, dia salah satu dari kita; dia terlalu manis untuk mengadukanku.
Dan juga, jangan khawatir tentang kamera keamanan. Aku sudah menyuap orang yang bertanggung jawab dengan itu. Aku bahkan menyuap para penjaga. Semuanya akan berjalan dengan baik." Yoongi mengatakan kalimat terakhir sambil menarik napas panjang.
"Tunggu, apa kita akan pergi ke zona perang atau semacamnya?! Siapa Tuan Jeon dan yang lainnya?" Jin bertanya dengan terperangah.
"Oh, benar! Maaf! Kau tidak mengenal mereka, dan kita tidak membicarakan banyak hal malam itu. Kita hanya bercinta. Tuan Jeon yang kumaksud adalah Jeon Jungkook, CEO Jeon Empire.
Aku yakin kau pernah mendengar namanya. Aku supirnya, dan dia memberiku hari libur. Jadi, itu berarti aku bebas. Itu sebabnya aku membawamu ke rumahnya, yang juga tempatku. Benar, dia memberiku tempat karena aku sering dibutuhkan. Dan juga, ini mobilnya Tuan Jeon, bukan mobilku. Aku hanya ingin jujur di sini." Yoongi mengakhiri pidato panjangnya dengan tawa gugup.
"Benar! Baiklah, ada satu hal yang mengganggu pikiranku sekarang. Jangan tersinggung, tapi bagaimana kau bisa kaya, atau mungkin aku hanya mengira-ngira? Seperti kau kaya dan kau adalah seorang supir?" Jin bertanya dengan wajah konyol. Itulah yang dia lakukan sepanjang perjalanan ke rumah Jeon.
"Pertama, malam itu Namjoon yang membayar, bukan aku. Dia yang mengajakku keluar. Dan ya, kau tidak salah sangka. Tuan Jeon membayarku dengan baik. Hanya itu yang bisa kukatakan." jawab Yoongi.
"Dan kau berbicara tentang orang ini, Jiman. Apa aku benar?" Jin langsung bertanya.
"Oh, Jimin. Tuan Jimin. Dia adalah adik laki-laki Jungkook." Yoongi menjawab dengan datar sekali lagi.
"Dan ada satu orang lagi. Umm..." Jin berseru sambil fokus mengingat nama itu.
"Nyonya Jeon, ibu mereka. Ayah mereka tidak ada di rumah. Dia berada di rumah sakit jiwa. Apa kau ingin tahu kenapa?!" Yoongi bertanya dengan penuh semangat karena dia pikir dia menemukan topik pembicaraan dengan Jin.
"Tidak, aku bosan dengan semua informasi yang tidak berguna ini." ucap Jin.
"Maafkan aku." Yoongi bergumam sambil menghindari tatapan Jin dengan tetap menatap lurus ke jalan.
"Berhentilah berbicara tentang mereka. Ceritakan tentang dirimu." ucap Jin, mencairkan ketegangan diantara mereka.
Begitulah Yoongi yang akhirnya mulai berbicara sambil menatap Jin sesekali. Sesuai dengan permintaannya, dia berbicara tentang dirinya sendiri sepanjang perjalanan menuju tempat tujuan mereka. Dia biasanya adalah orang yang pendiam di antara kelompok teman-temannya, namun hari itu tak tahu kenapa dengan Jin, dia bisa banyak bicara, dan sama sekali tidak keberatan dengan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Love? | Kookjin ✔️
FanficKim Seokjin bekerja sebagai seorang prostitut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun begitu, ia belum pernah berciuman karena menurutnya ciuman itu hanya untuk seseorang yang spesial baginya. Lalu apa yang terjadi jika Jeon Jungkook seorang CEO...