3. Malam yang Indah, Hari Buruk Kemudian

1K 82 3
                                    

"Ya Tuhan! Itu benar-benar sesuatu yang luar biasa... Tidak! Itu benar-benar sangat luar biasa." Yoongi hampir berteriak keras sambil menggelengkan kepalanya mengikuti alunan musik yang diputar di dalam mobil.

"Untuk pertama kalinya dan mungkin terakhir kalinya dalam persahabatan kita, aku sangat setuju denganmu!" Namjoon berkata sambil menari dengan tangannya yang bebas mengikuti irama musik dan tangan satunya memegang kemudi.

Setelah bersenandung dengan gembira mengikuti lagu yang diputar, Mata Yoongi menangkap waktu yang tertulis di layar mobil.

"Oh sial! Kegembiraan ini tak akan berlangsung lama bagiku. Sekarang sudah jam 4 pagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak, kurang dari dua jam. Sungguh, aku benci bagaimana Tuan Jeon peduli dengan ketepatan waktu." Yoongi mengerang dengan kasar, merusak kegembiraan Namjoon dan juga dirinya sendiri.

"Sudah kubilang jangan bekerja untuknya." Namjoon sedikit menggoda.

"Kau tahu, Namjoon?! Aku banyak berpikir akhir-akhir ini. Tidur, membaca, dan menyetir adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan! Aku tidak bisa mendapatkan pekerjaan hanya dengan tidur dan membaca. Jadi, aku memilih untuk menjadi supir." ucap Yoongi dengan kesal pada temannya.

"Aku tak bermaksud seperti itu. Yang ingin kukatakan adalah dia bukan pria yang tepat untukmu." Namjoon membalas dengan cepat.

"Siapa?" Yoongi bertanya dengan linglung.

"Dan kau menyebut dirimu seorang pembaca, Yoongi? Apa kau sudah gila?! Tuan Jeon, kau bodoh." Namjoon berkata dengan menggunakan tangannya yang bebas untuk mengusap dahinya karena kebodohan temannya.

"Kau sudah gila. Tidak bekerja untuk orang kaya dan kehilangan uang yang banyak, maksudku uang yang sangaaat banyak! Apa kau tahu berapa banyak dia membayarku, sebagai supirnya? Juga, jangan lupa kamar gratis dan aku tidak perlu membayar sewa." Yoongi berkata dengan penuh kemenangan.

"Ok, ok. Ngomong-ngomong, kenapa harus jam enam? Seluruh perusahaan mulai bekerja jam sembilan. Kenapa begitu cepat?" tanya Namjoon mengubah topik pembicaraan walaupun dia tahu, kalau dia tak akan menang dari Yoongi dalam hal ini.

"Yah, dia bilang dia adalah bos, dan harus menyelesaikan semuanya sebelum orang lain datang. Itu sebabnya dia seorang miliarder, dan memiliki bisnis yang paling sukses di seluruh negeri. Dan sialnya, dia baru berusia 25 tahun." Yoongi menjawab Namjoon dengan nada terkejut, seperti semuanya adalah informasi baru baginya.

"Jadi, dengan kata lain, dia seorang yang gila kerja." Namjoon berkomentar dengan ekspresi bosan.

"Mari kita ganti topik. Aku tak ingin membicarakan Tuan Jeon. Aku bahkan tak ingin memikirkan hari esok, atau hari ini, kurasa! Tapi, untungnya kita punya nomor telepon Jin. Aku tak sabar untuk memilikinya sekali lagi. Dia benar-benar membuatku ketagihan." Yoongi berkata sambil melamun.

"Aku tak pernah melihatmu bersikap seperti ini pada seseorang." Namjoon berkata, terkejut dengan tingkah laku temannya.

"Aku juga belum pernah melihat seseorang seperti Jin sebelumnya. Namjoon, hentikan mobilnya di sini. Aku akan berjalan kaki. Aku tidak ingin tertangkap kamera keamanan... Terima kasih, sobat. Sampai jumpa." Yoongi membisikkan bagian terakhir dan keluar dari mobil.

"Apapun untuk temanku. Sampai jumpa lagi." Namjoon berkata, dan menyalakan mesin mobilnya setelah Yoongi keluar.

Yoongi melihat mobil temannya pergi, dan kemudian menghilang sama sekali dalam kegelapan.

Ia mulai berjalan menuju kamarnya di rumah Jeon. Dia dibutuhkan hampir setiap hari, karena itulah tuan Jeon berbaik hati memberinya kamar di bagian pelayan di sebelah rumah utama.

Beberapa orang mungkin mengatakan bahwa kamarnya kecil dan jelek, tapi sebenarnya kamarnya bagus. Setidaknya lebih baik daripada yang bisa Yoongi beli. Dia memiliki tempat tidur yang cukup besar, TV dan dua lemari. Satu untuk pakaiannya dan satu lagi untuk buku-bukunya (Seperti yang bisa kau tebak, dia adalah seorang kutu buku yang menyedihkan). Sebuah meja diletakkan di samping jendela tempat dia biasa membaca, dan juga menikmati pemandangan taman rumah. Ada beberapa barang lain di sana-sini, tapi itu yang utama.

Dia sangat lelah sekali. Pakaiannya telah dijemur di rumah Jin, dan hujan telah berhenti sebelum mereka menyelesaikan urusan mereka di sana. Itulah sebabnya, tanpa berganti pakaian, dia tertidur di tempat tidurnya. Namun sebelum dia terlelap sepenuhnya ke alam mimpi, sebuah suara teriakan mengagetkannya.

"DI MANA KAU, YOONGI?"

"Oh sial! Aku lupa memasang alarm. Aku bahkan tidak sempat menutup kelopak mataku sepenuhnya. OH TUHAN!" Yoongi mengerang dengan suara serak mengantuk saat teriakan itu hampir mencabut nyawanya.

"APA?" Suara itu berteriak sekali lagi, membuatnya membuatnya sadar bahwa dia mengatakan semuanya dengan keras.

"Tidak apa-apa, Tuan. Aku sedang bersiap-siap." Dia berkata sambil beranjak dari tempat tidurnya secepat kilat. Dia memeriksa waktu di ponselnya dan betapa terkejutnya dia saat itu pukul 5:50.

"Berani sekali orang ini!" Dia berpikir dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas paginya, kecuali mandi.

Dia sudah tak punya waktu lagi. Jadi, dengan tubuh yang kotor dan perut yang kosong, dia pergi ke halaman depan rumah besar di mana mobilnya telah menunggunya untuk masuk, lebih tepatnya mobil tuan Jeon, sebuah mobil mercedes-benz berwarna hitam.

Bosnya keluar dari rumah setengah menit kemudian sambil berbicara dengan adik tercintanya. Jimin lebih muda dari Jungkook, dan meskipun mereka bersaudara sedarah, mereka tidak mirip satu sama lain, tidak dari segi wajah dan kepribadian. Jungkook dingin dan pendiam, sementara Jimin hangat dan energik.

Sang CEO mengenakan salah satu setelan jas mahalnya yang berwarna coklat gelap, dan Jimin mengenakan pakaian kasual, kaos abu-abu dan celana olahraga hitam.

"Jimin, lihat siapa yang akhirnya memutuskan untuk datang ke sini!" Tuan Jeon berbicara pada adiknya dengan nada mengejek, tapi semua orang dari jauh pun bisa tahu kalau dia marah sekali.

"Maafkan aku, Tuan. Ini tidak akan terjadi lagi." Yoongi meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.

"Kau seharusnya berada di sini pukul 5:45 setiap hari kerja, dan kau baru datang sekarang..."

"Oh, Kookie, hentikan. Aku yakin dia punya alasan yang bagus, dan juga ini pertama kalinya, kan?!" Kata Jimin menyela Jungkook. Yoongi mengangguk pelan karena dia masih takut akan kehilangan pekerjaannya yang berharga. Satu menit berlalu dengan Jungkook memberikan tatapan tajam ke arah Jimin dan Yoongi.

"Baiklah, aku memaafkanmu kali ini, Yoongi, tapi pastikan ini tidak akan terjadi lagi. Sekarang ayo kita pergi. Aku sudah cukup terlambat." Jungkook berkata sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan berjalan ke kursi belakang mobilnya. Bagaimanapun juga, dia tak pernah bisa menolak permintaan Jimin.

"Terima kasih, Tuan. Aku akan memastikan ini tidak akan terjadi lagi." Yoongi berseru seketika dan tentu saja dengan riang, berjalan menuju kursi pengemudi. Tidak lupa ia menggumamkan "Terima kasih" pada Jimin, dan dibalas dengan anggukan kepala untuknya dengan senyum hangat.

What is Love? | Kookjin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang