"Hhuuuuhhhh..."
Embun yang timbul di kaca itu berasal dari hembusan nafas Lee felix. Anak laki-laki yang telah memasuki usia quarter life, atau suatu fase peralihan dari remaja akhir menjadi dewasa awal.tangan kecil itu menutup horden pada jendela persegi di hadapannya, lantas menarik jaket kulit miliknya tampak berjalan meninggalkan bangunan apartemen yang terdiri dari 15 lantai yang hanya memiliki dua lift dan tangga yang tersedia di ujung lorong di setiap lantai.
Derasnya air hujan yang membasahi kota beberapa menit lalu menyisahkan rintikan-rintikan sekecil debu yang menemani di setiap langkah kecilnya.
DRRRPP!!
DRRRPPP!!
BRAAKKK!!
BRAKKKKK!!
DORR!!!!!
"AAAAAAA!!!!"
"UWAAA~!!! UWAAA~!!!"
Jeritan orang dewasa, jeritan anak-anak dan tangisan anak bayi pun bercampur bersama ketakutan juga kepanikan.
Ditengah kerumunan di sebuah gang di kota kecil itu, orang-orang berhamburan. Berlari, bahkan tak sedikit dari mereka yang terjatuh menjerit meminta pertolongan.
BRUGK!!!!
"HAHHEUUUUUXGHHAHHH!!"
Deru nafasnya terdengar sangat berat. Kelereng coklatnya bertemu pandang dengan manik kehijauan Lee felix yang ia tubruk beberapa detik lalu.
"CEPAT TEMUKAN DIA!!!"
Baik si pemilik kelereng coklat maupun Lee felix, keduanya sama-sama memutus pandangan yang mungkin mencari sosok pemilik dari suara tersebut.
SRAKKK!!!
SRAKKKK!!
BRAAKKK!!!
Suara kegaduhan itu mencuri perhatian felix dimana itu berasal dari pria asing yang menabrak dirinya tampak kembali terjatuh hingga tertimpa sebuah mesin jual otomatis.
DRRRPP!!
DRPPPP!!!
"CARI KESANA!!! KAU KESANA!!!"
Felix segera bangkit saat sekitar enam atau lebih, dia tidak menghitung ada berapa mereka yang kini telah berada di sekitaran dirinya dengan beberapa senjata tajam termasuk senjata api di tangan.
"YAKH!!"
Felix yang memang terlihat sama sekali tidak peduli dengan kehadiran orang-orang asing berbedan besar itu dan sibuk membersihkan pakaian. Kini pandangan pun bertemu dengan salah satu diantara dua orang dihadapannya tanpa emosi.
"Apa kau melihat seseorang berlari di sekitar sini?!"
"Tidak" Sahutnya datar dimana jari-jari kecilnya kembali sibuk menyingkirkan kotoran pada jeans yang sudah basah.
"Yakh?!" merasa jawaban anak muda itu tidak sopan terhadanya, membuat salah satu diantara kedua orang itu emosi.
Melihat itu, Felix menghembuskan nafas remehnya. Sama sekali tak ada rasa takut walau ukuran badan dirinya terbilang sangat imut dibanding dengan mereka. "Jika kau bertanya dengan baik, aku akan memberitahu. Tapi jika ka_"
KAMU SEDANG MEMBACA
MaryJuana ✔
Fiksi PenggemarTidak ada yang istimewa dari pertemuan yang seharusnya menjadi malam mengerikan hari itu. Felix seharusnya tetap dengan kehidupannya, christ juga tetap dengan hidupnya. "Tapi mengapa kita bertemu dalam kehidupan seperti ini??" - Felix lee. •BxB •B...