20. Bantuan & Insiden , February 2019

157 16 0
                                    

Revisi narasi dilakukan tiap hari, jadi maapin kalo ada narasi yang basic/cringe/boring.

• • e n j o y • •


"Lo pulang telanjang gini, ka?" ceplos esha bertanya.

"Telanjang? lo buta?"

"Astaga maksud gue, lo pulang gitu aja gak bawa jaket apa gimana?"

"Gini aja, ngapain bawa jaket?" jawab nya sepele.

"Gini iji ngipiin biwi jikit? " Esha mengocek kantong tas nya mencari sesuatu di dalam nya.
setelah mendapat apa yang ia cari ia ulurkan benda itu pada kafka.

"Nih pake ini,"

"Ini apaan?"

"racun! ya obat lah."

"Untuk?"

"di minum. ya di oles kafka, udah jelas itu krim tulisan nya disitu."

Kafka mengangguk ragu dan masih memperhatikan benda itu, "untuk apa?"

"biar gak digigit nyamuk lah."

"Tumben peduli?"

iyalah, nanti kalo ada proker terus lo kena DBD kan gue yang repot babi. -batin esha

"Astaghfirullah banyak omong, pake buruan." esha mendesak.

Esha membuka tutup wadah obat itu, "Tau gak cara pake nya?"

Kafka menggeleng bingung. "Giniin tangan lo," esha menyuruh kafka untuk mengadahkan tangan nya.

ia menekan nya perlahan agar krim nya keluar sedikit ke tangan kafka, "Orang china kok gatau pake ginian? masa ginian gaada di china at least ada gitu di rumah lo?" esha menjeda ucapan nya.

"Olesin ke lengan lo sampe ujung ujung kalo bisa. nih gue ajarin biar lo gak jadi china gaptek." omel nya.

"Terus misal kalo orang tua lo liat badan lo bentol bentol gara gara nyamuk masa mereka gak khawatir atau gak bereaksi apa apa?" esha melanjutkan omelan nya.

"Udah ngomel nya?"

"Gue gak ngomel, gue ngajarin biar lo seengaknya tau kalo dikerubungi nyamuk tu gak boleh disepelein, gak baik."

"Jadi?" kafka bertanya balik.

"Jadi apa?"

"Jadi, lo khawatir?"

"Ya iya kan lo partner gue,"

"Jadi kalo bukan partner?"

"Ya gue buang lo di kali ijuk sana." esha menunjuk ke arah kanan dimana disitu ada sebuah kali yang cukup besar. Kafka merotasikan matanya, "Thanks."

"Lo sama yang lain sama aja, rese kalo di perhatiin." tambah nya.

"Yang lain?"

Esha mengangguk dan memasukkan obat itu kembali ke saku seragam nya. "Iya, ekal, johan, atan, kana, topan mereka udah sering gue pakein ini terus rese nanya nanya guna nya apa guna nya apa. terus mereka gak mau beli karena misal kalo pulang malem pasti gue pakein, rese." kesal esha tanpa sengaja mengomel mengeluarkan uneg uneg nya.

"Tapi ... gapapa sih sebenarnya mereka udah baik mauin gue nebeng,"

Kafka manggut manggut, "Lo gak ada yang anter pulang? sampe jadi beban buat orang lain," seketika esha menatap sinis pria di depan nya ini

"Ya ada, kadang dijemput bokap gue tapi bokap gue sibuk jadi gue kadang naik ojol sih. kadang gue minta nebeng sama ekal atau johan kadang juga mereka yang nawarin diri."

CAN I (721) ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang