Baru telapak kakinya menginjak keramik cokelat bermotif di undakan pertama rumah Uswa, Kaia dibuat mengerutkan kening saat sebuah celetukan lolos dari bibir Aisy. "Weh, yang abis kencan berseri-seri amat mukanya."
Sambil lanjut melangkahkan kaki dan menyalami semua perempuan yang ada di teras, Kaia membalas, "Lo ngomongin gue?"
"Siapa lagi kalau bukan lo, Mbak," timpal Faiza dengan tampang geli. Senyum di wajahnya jelas menyiratkan ejekan. Sedang, Kaia belum paham apa maksud keduanya, juga yang lain yang mulai ikut menggoda.
"Asli, kalian kenapa, sih?" Kaia ikut duduk bersila, memilih posisi dekat pilar agar bisa bersandar. "Gue kencan sama siapa emang?"
Uswa yang baru keluar rumah sambil membawa dua toples camilan menyahut, ikut menggoda, "Pura-pura lupa apa emang mau backstreet, Mbak?"
Kaia sengaja mengalihkan pandangan ke arah lima laki-laki yang juga baru hadir, menilik apa mereka juga paham apa yang tengah dibicarakan para perempuan. Iya, mereka juga sama-sama tersenyum geli. "Ini gue beneran nggak tahu apa maksud kalian. Kencan apa, sih?"
Suara deru motor mendekat dan berhenti di parkiran rumah Uswa, seorang lelaki berseragam salah satu grup hadrah dari desa sebelah turun dengan santai. Ia langsung mengucap salam dan menyalami para lelaki, lalu duduk di dekat Kaia, mengingat hanya itu satu-satunya ruang tersisa jika tak mau duduk di tengah-tengah.
"Tuh, orangnya dateng, Mbak Kai," celetuk Aisy lagi.
"Hah?" Kaia semakin dibuat bingung, jadi maksud mereka itu ....
"Mbak Kaia abis kencan sama masnya Mbak Faiza, kan? Mas Ugra." Uswa menaikturunkan alis penuh arti.
Sontak hal itu membuat Kaia dan Ugra yang baru datang saling pandang, sama-sama melayangkan tatapan tanya.
"Ternyata calon mbak ipar gue orang yang udah gue kenal deket," sahut Faiza.
Baik Ugra maupun Kaia tak ada yang memberi tanggapan apa pun, mereka kebingungan sungguh. Kabar burung dari mana itu?
"Sumpah, kapan gue kencan sama mas lo, Za?"
"Pertanyaan gue sama," imbuh Ugra, "kapan gue jalan sama Kaia?"
Sebuah ponsel lantas terulur ke tengah-tengah keduanya. Benda pintar milik Aisy itu tengah memutarkan sebuah video di mana Kaia turun dari boncengan motor Ugra di bawah gerimis. Tak hanya itu, Ugra juga membantu melepas helm yang dikenakan perempuan itu setelah Kaia tampak sempat kesulitan.
Sekali lagi, Ugra dan Kaia saling pandang setelah video berakhir.
"Dari mana lo dapat video ini?" tanya Kaia pada Aisy.
"Ngerekam sendiri dong, gue ada di counter HP sebelah waktu kalian di sana. Jadi bener abis kencan, dong? Ada buktinya loh, nggak bisa ngelak kalian, udah ketangkep basah."
Kaia dan Ugra jelas tak akan membantah bahwa yang ada dalam video adalah mereka berdua, memang kenyataannya demikian. Hanya perlu meluruskan satu hal.
"Gue minta temenin Kaia waktu nyiapin keperluan final yang masih kurang buat reor. Kalian kan gue mintain tolong nggak ada yang gerak dan Kaia mau bantu kebetulan. Ya udah, gue pergi sama dia. Bukan kencan itu," jelas Ugra, langsung mendapat anggukan setuju dari Kaia. Memang begitu adanya.
"Kalian mana mau tahu kalau gue lumayan keteteran waktu itu, dalam keadaan nggak enak badan, ujan-ujan pula. Cuma Kaia yang bisa gue andelin buat nge-cover kurangnya gue waktu itu."
Tak ada lagi yang berani bicara. Kalimat-kalimat Ugra yang dilontarkan dengan nada santai rupanya cukup mengintimidasi mereka, membuat Kaia mengembuskan napas lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arundaya Kaia
General FictionMager dan suka rebahan menjadi sifat yang sudah melekat kuat dalam diri Kaia. Setidaknya, begitu kata beberapa orang yang mengenalnya. Padahal bagi sebagian yang lain, Kaia adalah perempuan easy going, yang diajak nongkrong di mana pun dan kapan pun...