Dari banyak sekali hal di dunia ini, yang paling Kaia benci adalah agenda mendadak. Karena itu artinya, ia harus rusuh serampangan mengatur jadwal ulang untuk kegiatan lain yang sudah diatur jauh-jauh hari. Seperti siang ini saat pesan masuk dari nomor Nadiya. Sebuah undangan rapat untuk nanti malam. Bisa saja Kaia mengamuk atau mengkritisi seperti biasa sejujurnya, atau bisa saja Kaia teguh pada jadwal yang sudah tertata di kalender dengan tak menghadiri rapat serba kilat ini, tetapi mustahil, ini rapat perdana. Kesempatan mengenal rekan-rekan satu divisinya.
Jadilah pekerjaan yang seharusnya bisa ia kerjakan malam nanti, dimajukan ke siang ini. Berkutat dengan ratusan halaman naskah novel yang menjadi bahan edit.
Penat tiga jam tanpa jeda, Kaia memutuskan beristirahat sejenak, membuka aplikasi Instagram miliknya. Niatnya satu, memeriksa akun filsafat favorit, barangkali ada postingan baru. Namun, perhatian Kaia justru tertuju pada deretan story orang-orang. Ada satu nama di luar ekspektasinya mengunggah sebuah cerita. Berulang kali Kaia mencoba memastikan ini benar akun orang itu atau bukan tetapi memang benar. Ia tidak salah, ini benar-benar kejadian langka, dia mengunggah cerita dan ini pertama kalinya Kaia mendapati dia bertindak demikian sejak mengenalnya 4 tahun lalu.
Pelan Kaia menyentuh layar ponsel, melihat cerita macam apa yang diunggah seorang dia. Sedetik, dua detik, masih buram, jaringan Kaia penyebabnya. Pada detik keenam, terpampanglah gambar apa yang diunggah lelaki itu, dan sayangnya, sukses membuat Kaia dihantam rasa sesak.
Tak ada foto wajah, hanya dua pasang kaki yang Kaia yakin si empu tengah duduk bersebarangan di sebuah tempat makan. Foto itu jelas diambil dari sisi samping bawah meja. Sepasang milik lelaki itu dan sepasang lagi ... seorang perempuan ber-flat shoes krem. Kaia ingin berpikir positif, mungkin itu temannya, saudaranya, atau ... Kaia tidak bisa, caption yang tertulis terlalu jelas menunjukkan bahwa perempuan itu istimewa bagi si pemilik akun. "Finally, it's you!"
Hancur sudah mood yang sejak pagi Kaia usahakan sebaik mungkin, wajahnya muram seketika. "So, is it the end of my admiration? Ziyad, you've found that girl, that lucky girl."
Sudahlah, mau diapakan lagi, Kaia hanya bisa pasrah, ditambah memang tidak memungkinkan mereka bersama, bukan? Terlalu jauh dan di saat-saat seperti inilah rendah diri Kaia menguasai. Kata siapa Kaia tak memiliki insecurity? Dia hanya tidak gamblang menunjukkannya.
Memilih menyentuh ikon keluar, Kaia langsung bersandar lemas pada kursi. Ia rasa responsnya mulai berlebihan, untuk apa sudah ada air menggenang di pelupuk matanya? Kenapa dia menangis? Entahlah, rasanya amat sesak untuk sekarang ini.
Namun pada akhirnya, Kaia terkekeh miris. "Gue emang nggak tahu diri karena berani-beraninya ngarepin lo. Padahal, lo aja nggak pernah tahu eksistensi kekaguman gue. Kaia bego. Lo nggak layak buat dia, Kai."
Kaia jadi teringat perempuan yang dekat dengan Ziyad zaman kursus dulu, teman-teman se-circle lelaki itu. Semuanya kalem, anggun, halus tutur katanya. Perempuan-perempuan pendiam yang langsung bisa menunjukkan taring jika perihal kecerdasan. Perempuan-perempuan yang bisa Kaia kenali dengan jelas bahwa mereka manusia kritis dan lugas, tipe perempuan tak banyak bicara tetapi penuh aksi nyata yang bisa membungkam siapa saja.
Dewi, Kaia ingat nama itu. Salah satu perempuan se-circle Ziyad. Salah seorang lulusan terbaik UNDIP dengan IPK sempurna, hanya saja Kaia lupa apa jurusan perempuan itu. Ada juga Esti, lulusan S1 salah satu kampus di Yogyakarta Jurusan English Department yang jelas menjadi peringkat wahid di kelas kursus mereka dulu. Mulya, perempuan lemah lembut asal Garut yang memilih mengambil cuti S1 untuk ikut kursus. Kelebihan Mulya yang Kaia tahu, perempuan itu sangat vokal mengenai isu kesetaraan gender. Dengan suaranya yang halus, perempuan itu justru mampu membungkam banyak mulut, sangat elegan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arundaya Kaia
Ficción GeneralMager dan suka rebahan menjadi sifat yang sudah melekat kuat dalam diri Kaia. Setidaknya, begitu kata beberapa orang yang mengenalnya. Padahal bagi sebagian yang lain, Kaia adalah perempuan easy going, yang diajak nongkrong di mana pun dan kapan pun...