"Gue terima tawaran lo, tapi ada syaratnya." Kaia menyedot cokelat dinginnya santai, sedang matanya menyorot Nadiya yang berada di seberang meja penuh intimidasi.
"Apa, Mbak?" tanya Nadya, bertekad akan memenuhi apa pun syarat yang Kaia ajukan. Lagipula, Kaia ini kader potensial yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ditambah track record berorganisasi perempuan itu yang ia ketahui, Nadya sama sekali tak khawatir perihal tugas mangkrak.
Siang tadi, setelah mengampu ekstrakurikuler English Club di Aliyah tempatnya belajar dulu, Kaia mengajak Nadiya bertemu. Kebetulan pula, posisi gadis itu tengah berada di pantai bersama sang kawan. Jadi, di sanalah Kaia sore ini berada, warung tenda pinggir pantai.
"Jobdesk gue cuma di medsos, no others! Gue nggak mau sampai nanti ada wacana minta gue buat dikirim ke sana kemari jadi delegasi. For some events, gue nggak janji buat selalu ada, rapat sekalipun, meski bakal tetep gue usahain. Karena kayak yang gue bilang, urusan gue udah terlampau hectic. Lo harusnya paham ada tanggung jawab yang berbeda antara anak sekolahan, mahasiswa, dan yang udah kerja. Karena of course, organization for me, nggak pernah ada dalam daftar prioritas."
Nadiya meringis. Ia bersumpah, negosiasi dengan Kaia yang intimidatif ini tak akan pernah ia lakukan sendirian lain kali. Terlampau riskan untuk mentalnya.
"Selanjutnya, gue nggak mau sedikit pun nampang di depan kamera. Entah dengan alasan dokumentasi, pendataan anggota, kepentingan legalitas dari atasan, atau bahkan dengan alasan diminta sesepuh organisasi sekalipun. Pantang." Kaia sama sekali tak menurunkan intensitas ketajaman mata, menghujam tepat di manik mata Nadiya. "Sekali ada yang berani ambil foto gue diem-diem dan ketahuan sama gue ...." Kaia sengaja tak melanjutkan, memilih menyunggingkan senyum penuh arti, membuat Nadiya kembali meringis.
Bukannya kejam, ini salah satu usaha Kaia agar tak semakin melewati prinsip yang sudah lama ia pegang. Ia tak ingin melenceng lebih jauh lagi.
"Jadi, lo harus tekanin itu ke anak-anak yang lain. Gue harus selalu tersembunyi," pungkas Kaia, "oh iya, satu lagi. Seorang Kaia selalu punya idealisme dan pandangan sakleknya sendiri, Nadiya. Terkait hal-hal kecil yang mungkin nggak lo maupun anak-anak sadari, terutama masalah lisan, hati-hati sama gue. Sekali prinsip gue diusik, I'll be always ready to say goodbye."
Nadiya membasahi bibir bawahnya yang kering, meneguk ludah kasar.
"Sorry sebelumnya, Mbak. Maksud dari hati-hati itu ... bisa kasih contoh? Kita nggak boleh ngomong kasar atau ... lo tipe orang yang mudah tersinggung, maybe. Sorry sekali lagi, buat jaga-jaga."
Kaia menggeleng mantap. "Gue nggak peduli kalian mau ngomong kasar, ngomong kotor sekalipun, itu tanggung jawab kalian masing-masing sama diri sendiri. I don't care. Gue juga bukan orang yang gampang tersinggung. Justru kalau menurut kalian gue ngelakuin salah, gue akan sangat terbuka menerima kritik. Sekalian gue perjelas aja apa yang gue maksud di sini. Gue tahu gimana bercandanya orang yang udah akrab satu sama lain, gue bisa paham. Tapi yang sering dilupain, berlebihan, sering nyinggung gender, seksisme, bahkan pelecehan verbal. Gue anti sama semua itu dan gue juga nekanin ini ke anak-anak ranting. So, lo pasti paham apa maksud gue."
Sudahlah, rasanya Nadiya ingin mundur saja dari persyaratan yang diajukan Kaia. Mana bisa ia mengendalikan seluruh anggotanya yang jika ditotal bisa mencapai 60 orang itu. Ditambah, sebagian anak yang sudah ia kenal baik memang selalu melakukan apa yang disebutkan Kaia tadi. Ini berbahaya.
"Take it or leave it?" Kaia menyandarkan punggung pada kursi lipat yang diduduki, melipat tangan di depan dada. "Gue nggak mau waktu 2 tahun gue terbuang sia-sia di organisasi yang isinya orang-orang with a bad trait, especially not respect others."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arundaya Kaia
Ficción GeneralMager dan suka rebahan menjadi sifat yang sudah melekat kuat dalam diri Kaia. Setidaknya, begitu kata beberapa orang yang mengenalnya. Padahal bagi sebagian yang lain, Kaia adalah perempuan easy going, yang diajak nongkrong di mana pun dan kapan pun...