Sekali lagi desahan lolos dari bibir Kaia. Dua cangkir sudah kopi yang ia sesap malam ini. Ingin langsung tidur apanya, ia hanya tak ingin berbicara pada siapa pun, tidak pada Musa atau Fajar. Nyatanya, sampai rumah ia malah membuat kopi sendiri, ia sungguh butuh kafein untuk meredakan gejolak dalam dada.
"Gue ini kesel gara-gara A' Ziyad punya gandengan apa Ugra yang tiba-tiba punya pacar, sih? Kaia, lo menye banget, asli," rutuknya pada diri sendiri. Layar laptop seolah menjadi samsak pelampiasan Kaia sejak sebelum tengah malam tadi. Sudah ribuan kata yang berhasil ia ketik sebagai muntahan kekesalan. Namun tetap saja, bahkan jarum jam menunjukkan pukul 03.30 pun, ia masih tak ingin berhenti.
"Kaia, come on! Mereka berdua bukan siapa-siapa lo, kenapa mesti ngerasa kecewa?" Cepat jemari perempuan itu menari di atas papan tik. Kebas di ujung jari yang akhirnya membuatnya berhenti, bersamaan dengan setitik air mata yang jatuh ke atas pangkuan. "Shit!"
Diusapnya wajah dengan kasar, juga rambut pendek berpotongan bowl cut with side-swept bangs miliknya. Kaia kacau dengan sangat kali ini. Karena laki-laki, rasanya Kaia ingin mengumpati dirinya sendiri.
Punggung yang sudah bersandar sempurna pada kursi, membuat Kaia bisa sedikit meregangkan tubuh meski tidak dengan perasaannya. Matanya memerah, antara mengantuk juga sisa tangis diam-diam. Wajah perempuan itu sudah sangat kuyu.
"Ugra, ini emang kayaknya bukan karena A' Ziyad, deh. Lo, Gra. Lo yang buat gue sekacau ini."
Kaia menelan bulat-bulat tangis, meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Tak akan ada yang berubah dari pertemanannya dengan Ugra, tak ada, meskipun secara otomatis, artinya ia yang harus tahu diri untuk menjaga jarak. Sekuat hati merapal, "Lo nggak suka sama Ugra, Kaia. Ini cuma perasaan kecewa karena dia nggak cerita apa-apa ke lo, karena dia ngelanggar prinsipnya buat nggak pacaran. Iya, ini bukan patah hati karena lo suka sama Ugra, sama sekali bukan."
Perempuan itu memutuskan untuk bangkit setelah mematikan laptop, beranjak ke atas ranjang. Menatap langit-langit kamar, tangan Kaia tanpa sadar mengepal. Ia mendesis, "Jadi selama ini lo deketin cewek itu dalam posisi masih sering ngajak gue jalan dan gue iya-iya aja. Brengsek! Gue berasa jadi cewek jahat, Gra."
Satu hal yang sejujurnya sangat mengganggu Kaia melebihi apa pun, rasa bersalahnya pada perempuan yang kini menyandang status sebagai pacar Ugra. Ia merasa, jika selama ini Ugra mendekati perempuan itu bersamaan dengan intensitas kedekatannya dengan Kaia, secara tidak langsung Kaia adalah orang ketiga, bukan begitu? Apalagi untuk mendapat perhatian Ugra seperti kemarin-kemarin. Ah, memikirkan kemungkinan Ugra memberikan perhatian yang sama pada perempuan itu membuat dadanya bergemuruh.
Dipejamkannya mata kuat, menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Kaia, lo independen, nggak butuh Ugra, nggak butuh. Persetan sama bantuan yang selama ini dia tawarin, mulai sekarang usahain sendiri, Kai. Lo nggak bisa sedeket itu lagi sama dia, jangan jadi cewek jahat, jangan. Profesional, Kaia."
Sedikit tenang, setidaknya cukup membantu sebelum Kaia jatuh terlelap.
Pagi hari saat matahari sudah meninggi, Kaia baru membuka mata. Untung saja ia sedang uzur beribadah. Pukul setengah delapan, ia keluar kamar dengan kantung mata menghitam.
"Tumben," ucap sang ibu yang baru saja memegang sapu dan mendapati putrinya bak zombie berjalan. "Biasanya belum subuh udah ribet di dapur."
"Baru bisa tidur mau subuh tadi, Buk," jawab Kaia sekenanya. Ia lantas berjalan ke arah kulkas dan mengambil air dingin untuk diminum.
Satu alis wanita berdaster marun itu terangkat. "Lembur?"
"Bukan, patah hati." Serampangan Kaia menjawab. Tak apa, toh ibunya tak akan percaya pada ucapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/347785383-288-k401458.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arundaya Kaia
General FictionMager dan suka rebahan menjadi sifat yang sudah melekat kuat dalam diri Kaia. Setidaknya, begitu kata beberapa orang yang mengenalnya. Padahal bagi sebagian yang lain, Kaia adalah perempuan easy going, yang diajak nongkrong di mana pun dan kapan pun...