Dengan seragam kebanggaan, mereka semua resmi dilantik menjadi pengurus yang baru dalam periode dua tahun mendatang. Acara berlangsung lancar hingga purna menjelang, sekalipun ada masalah, mereka bisa mengatasinya dengan cepat, belajar dari pengalaman.
Sampai di bawah panggung usai dilantik, Iqbal langsung berkomentar pada para perempuan, mengingat para lelaki sudah dilantik lebih dulu, "Sumpah, kalian tadi lucu banget. Nunduk semua, muka kalian di kamera sampai pada nggak kelihatan."
Dengan suara rendah Aisy menyahut, "Gimana kita nggak pada nunduk, berdiri inggah-inggih, di depan panggung pas banyak sesepuh, tamu undangan, ada dzurriyah-nya Rasulullah pula."
"Iya, sih, kayak anak pondok semua. Tapi asli, tampang kalian tuh kayak tertekan semua, kayak serba salah berdiri di sana. Sementara pas gue lihat foto-foto anak cowok waktu di depan malah pada meme-able semua."
"Bentuk tawaduknya kita ya begitu, Bal. Sama yang lebih tua, sama guru, apalagi sama alim ulama. Nggak perlu jadi anak pondok dulu buat tahu tata krama dasar kayak begitu. Lagian, masa iya kita dilantik mau pecicilan?" sambung Kaia.
Kaia memang bukan anak pondok, tetapi ia paham betul bagaimana bersikap pada yang memang layak dihormati. Attitude tetap nomor satu. Percuma cerdas tetapi tidak punya sopan santun, bukan?
Perempuan itu jadi ingat seseorang, Ziyad namanya. Laki-laki asal Jawa Barat yang menjadi teman sekelasnya sewaktu kursus Bahasa Inggris di Kediri dulu. Kaia akui, lelaki itu tak hanya dewasa secara usia, tetapi juga sikap, sesuatu yang sangat jarang dimiliki orang lain, keseimbangan. Beberapa kali pula Kaia mendapat wejangan dari lelaki itu karena gagal menjaga sikap.
Keduanya pernah sama-sama tidak menyukai salah seorang guru karena bagaimana beliau mengajar agak menyimpang. Sudah banyak serapah terlontar dari bibir Kaia atas itu. Namun pada satu kesempatan, rasanya Kaia ditampar habis-habisan saat melihat sikap Ziyad.
Dalam sebuah pertemuan besar yang melibatkan semua murid—sekitar 200 orang—juga guru tersebut sebagai pembicara, Ziyad mendapat kesempatan maju ke depan, berkonversasi langsung dengan beliau, juga beberapa anak lain yang mendapat kesempatan sama. Usai melakukan itu, satu per satu dari mereka kembali ke tempat duduk masing-masing.
Tahu apa? Saat yang lain langsung kembali, Ziyad justru berlutut tepat di depan guru tersebut yang tengah duduk di kursi atas stage. Mencium punggung tangan beliau dengan khidmat, sebelum akhirnya mundur tanpa bangkit dan tanpa memunggungi beliau sedikit pun. Baru saat sukses menuruni 2 anak tangga kecil, ia bangkit, pun tidak tegap. Berjalan kembali ke tempat duduknya sambil membungkukkan badan rendah sebagai wujud tawaduk serta hormatnya.
Jelas aula langsung hening, terpaku pada sikap lelaki itu, tak terkecuali Kaia. Hingga saat ini, jika ditanya siapa lelaki yang berhasil mencuri hatinya, Kaia akan dengan sangat bangga mengatakan bahwa itu adalah Ziyad. Iya, hingga detik ini pun masih Ziyad, belum ada Ugra sama sekali, seperti yang disebut teman-temannya. Biarkan saja mereka berasumsi.
"Mbak Kai, bantu bagiin nasi boks buat anggota yang belum makan ya, kasihan, ini udah malem dan pada belum makan." Uswa datang dan berbisik tepat di telinga Kaia.
Perempuan itu mengangguk. "Bal, jangan lupa balik dokumentasi. Masih banyak momen."
Lelaki bernama Iqbal itu langsung mengacungkan ibu jari sedang tangan kirinya masih memegang kamera.
Saat acara usai dan semua tamu undangan yang hadir mulai bubar, mereka buru-buru membereskan lokasi. Memungut sampah yang berserakan, menyapu, menumpuk kursi, sedang anak laki-laki langsung membongkar tenda dengan bahu-membahu. Agaknya waktu yang sudah menunjukkan pukul satu tak membuat mereka gegabah beranjak mentang-mentang tubuh rasanya susah diajak bergerak, minta istirahat. Pokoknya, malam ini harus langsung tuntas agar esok bisa bersantai sembari menyicil menyusun laporan pertanggungjawaban kegiatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arundaya Kaia
General FictionMager dan suka rebahan menjadi sifat yang sudah melekat kuat dalam diri Kaia. Setidaknya, begitu kata beberapa orang yang mengenalnya. Padahal bagi sebagian yang lain, Kaia adalah perempuan easy going, yang diajak nongkrong di mana pun dan kapan pun...