Chapter 12

2 2 0
                                    

"Tidak usah!"

Vicktory menolak mentah-mentah perkataan Elice, yang mengatakan akan menyuapinya.

"Kenapa?" Tanya Elice dengan sedikit merengek.

"Dan, kenapa kau begitu peduli denganku?" Tanya Vicktory.

' Entahlah... Mungkin karena aku sudah mulai menyukai mu'

Elice ingin mengatakan hal itu, namun sayang sekali,  kata-kata itu hanya bisa Elice pendam di dalam hatinya.

"Because We are best friend. Okay!"

Ujar Elice, membalas perkataan Vicktory dengan senyuman lebar, sekaligus, mengganti ucapan yang hanya dia ucapkan di dalam hatinya saja.

"Apa? Best friend katamu? Memangnya sejak kapan kita menjadi teman hah?" Vicktory melontarkan pertanyaan sambil terkekeh.

Hati Elice terasa sedikit teriris ketika mendengar pertanyaan dari Vicktory itu. Namun, dia harus tetap tersenyum dan berusaha untuk tidak terpengaruh dengan kata-kata pedas Vicktory.

"Sejak lima bulan yang lalu, ketika kita bertemu di dalam pesawat" lontar Elice, membalas pertanyaan Vicktory, dengan senyuman yang mulai menggoda Vicktory.

Vicktory yang sudah menghentikan pekerjaannya di komputer sejak beberapa menit yang lalu itu pun, kini saling bertatapan dengan gadis di depannya itu. Netra indah mata mereka, kini saling bertemu.

'Matamu sangat indah Vicktor. Aku menyukainya' gumam Elice dalam hatinya, sambil terus memandangi mata indah Vicktory.

Dan ketika Vicktory ingin memalingkan tatapannya ke arah komputernya kembali, Elice melangkah maju dan memegang pipi Vicktory dengan kedua tangannya.

"Bisakah aku menatap mu lebih lama lagi? Matamu benar-benar indah..." Ucap Elice secara terang-terangan.

Vicktory yang tadinya mengedarkan pandangannya ke sembarang arah, lalu menatap Elice lagi, ketika mendengar apa yang di katakan oleh gadis itu.

'Sebenarnya, gadis ini sangat cantik dan menawan. Sumpah mati, aku pasti akan menjadikannya kekasihku, jika saja dia tidak menyebalkan' gumam Vicktory dalam hatinya.

Vicktory, lalu menggelengkan kepalanya pelan, guna menghilangkan pikiran-pikiran nya tadi

"Tidak bisakah kau tidak bertingkah aneh begini?!..." Tanya Vicktory.

Setelah sadar dengan apa yang dia lakukan, Elice langsung melepaskan tangannya dari pipi Vicktory.

"Baiklah, tapi ayo buka mulut mu!" Kata Elice, sambil menyodorkan kembali cemilan tadi ke mulut Vicktory.

Vicktory pun, membuka mulutnya dan menerima suapan dari Elice setelah dia mendesah panjang. Sementara itu, Elice yang kini sudah duduk di samping Vicktory, terus saja menyuapi pria itu dengan semua makanan ringan yang dia beli.

"Uhuk... Uhuk.." Vicktory tersedak

"Astaga... Maafkan aku" ucap Elice khawatir, sambil membuka botol air dan meneguknya ke dalam mulut Vicktory.

   'Ya Tuhan, aku merasa sangat nyaman jika berada bersamanya. Apakah ini cinta? Aku tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Aku tidak tau tentang perasaan ku. Bagaimana ini?' batin Elice.

***

"Jae-Ah..!" Terdengar, suara Rani memanggil putrinya dari lantai satu.

Wanita paruh baya itu, baru saja selesai memasak menu untuk makan malam.

"Yah Mom... I'm coming" Sahut Elice, sambil menuruni tangga dari lantai dua, dengan langkah yang sedikit berlari.

Elice baru pulang ke rumah jam empat sore. Padahal, dia pergi meninggalkan kampus sejak jam satu siang.

"Nak, apakah kau sibuk?" Tanya Rani pada Elice

"Enggak sibuk kok Mom..." Balas Elice, sambil mengulumkan senyuman nya.

"Baiklah, kalau begitu ayo temani Mommy ke toko kue" ajak Rani.

"Toko kue? Untuk apa? Mommy kan, bisa buat kue sendiri' ucap Elice, dengan bertanya-tanya.

"Iyah, Mommy akan membuat nya jika ini masih agak siang. Tapi lihatlah, ini sudah jam 05:21, sore. Sebentar lagi, ayah dan kakakmu pasti akan pulang dari tempat kerja. Ayo sayang!" Jawab Rani, sambil menggandeng tangan Elice, mengajaknya agar cepat berangkat.

"Oke Mom!"

Setelah itu, Elice dan ibunya itu langsung pergj ke toko kue. Dengan Elice yang mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di sana, Rani dan Elice terlihat agak bingung memilih-milih kue.

Setelah beberapa saat, akhirnya Elice dan juga ibunya, memilih satu kue rasa strawberry yang berbentuk buah hati, yang terukir indah.

Sepulang dari toko kue,  Rani langsung membawa kue itu ke meja makan, dan menancapkan lilin yang berangka 27, di atas Kue itu.

"Ini ulang tahun siapa Mom? Dua puluh tujuh? Secara, kan ulang tahun kak Nam Joon bulan Januari, dan itu  masih dua bulan lagi, dan usia kak Nam Joon kan, masih dua puluh enam tahun." Tanya Elice, sambil menatap penasaran kue itu.

"Oh, jadi apakah kau lupa ini hari apa?" Balas Rani yang balik bertanya

"Hari Kamis kan bu" jawab Elice dengan polos. Gadis itu memang tidak tau apa-apa.

Rani hanya mendesah pelan saja, mendengar jawaban dari putri nya. Di meja makan ada begitu banyak makanan yang di buatnya.

..Ding... Dong...

Suara bell pintu mansion keluarga Shin berbunyi.

"Itu pasti ayahmu!" Ujar Rani dengan semangat.

Rani langsung saja berjalan menuju pintu utama, dan membukanya. Tapi, sayang sekali, yang ada di depan pintu adalah putra nya, Shin Nam-Joon. Bukan suaminya.

"Oh, sayang, Ibu pikir kau adalah ayahmu" Ucap Rani. Ada nada kecewa yang terdengar di telinga Nam Joon, dari suara ibunya itu.

Nam Joon pun langsung saja masuk ke dalam rumah, setelah berbincang sedikit dengan ibunya di depan pintu.

Satu jam, kini telah berlalu. Namun, tak ada tanda-tanda kepulangan dari Shin Jong Hoon.

...tok...tok...tok...

Elice kini berdiri di depan kamar kakaknya, sambil mengetuk pintunya.

"Ya Jae-Ah, kenapa?" Tanya Nam Joon saat melihat adiknya berdiri tegak di depan kamarnya ketika dia membuka pintu.

"Kak, apa kau tau kenapa Mommy bersikap seperti itu? Daddy biasanya pulang sampai larut malam, tapi Mommy tidak pernah gelisah seperti itu" tanya Elice

"Tanggal berapa ini?" Nam Joon bertanya

"Tanggal? Hari ini, tanggal dua puluh delapan" balas Elice. Seketika, matanya melebar ketika mengingat sesuatu.

"Aigo... Today is..." Kata-katanya terhenti. Elice segera berlari mencari ibunya.

Elice melihat Ibunya yang kini sedang duduk di ruang tamu, dari atas tangga.

Segera, Elice pun menuruni tangga itu dan berjalan dengan langkah cepat ke arah ibunya.

"Mom... Happy weeding anniversary" kata Elice dengan manis, sambil datang dan memeluk ibunya.

"Iyah sayang ... Terimakasih!" Balas Rani, dengan hangat.

"Mommy, kenapa kau tidak mengingatkan ku, tentang hari ini?" Tanya Elice sambil bergelayut manja

"Mommy pikir, kau hanya pura-pura lupa saja sayang..." Jawab Rani, dengan sedikit menyengir.

"Iih... Aku nggak mungkin pura-pura lupa lah" balas Elice.

Ketika, pasangan Ibu, dan anak itu terus saja mengobrol, tiba-tiba,, terdengar suara bantingan pintu yang sangat kuat dari lantai atas

"Suara apa itu?" Tanya Elice

"Apa yang sedang di lakukan oleh kakakmu itu..." Gumam Rani

To Be Continued

There Are Two Loves (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang