"Dari mana saja kau...?" Tanya Nam Joon dengan wajah datar.
Elice yang baru saja turun dari mobilnya kini kaget melihat kakak laki-laki nya itu kini sudah berada tepat di depan mobilnya.
"A... Aku ... Aku habis praktek di kampus kak" jawab Elice dengan tergagap.
"Bohong..!" Seru Nam Joon, sambil menatap datar adik perempuan nya itu.
"Ti... Ti,.. tidak! A... Aku tidak bohong" balas Elice yang sudah mulai panik.
Keringat dingin, kini sudah mengalir di dahi gadis itu, walaupun cuaca sekarang sedang dingin.
"Shin Jae Ah, kakak mu ini adalah detektive! Jadi kau, jangan pernah coba-coba untuk membohongiku!" Tegas Nam Joon, dengan tatapan yang lebih serius.
"Memangnya, apa urusannya dengan mu hah?!" Bentak Elice yang kini mencoba untuk mengelak.
"Apa? Kau bertanya apa urusannya dengan ku? Apa kau tidak waras hah?! Aku ini kakak kandung mu, wajar kalau aku bertanya kau dari mana!" Bentak Nam Joon.
"Kau tidak masuk kuliah, dan kau juga tidak mengangkat telepon ku, apakah kau tau? Aku sangat khawatir dengan mu!" Lanjut Nam Joon.
Elice mendapati kelopak mata nya sedikit berkedut ketika mendengar perkataan Nam Joon itu. Dari mana kakaknya bisa tau, kalau dia tidak masuk ke kampus hari ini? Apakah kakaknya itu punya semacam mata-mata yang dikirimnya untuk mengawasinya di kampus.
"Cukup Oppa! Ini baru jam 07:28 malam, dan lihatlah aku juga sudah pulang... Jadi berhentilah mencampuri urusan ku. Paham!" Balas Elice dengan kasar, agar Nam Joon tidak bertanya lebih lanjut lagi.
Lagipula, dia tidak bisa memberitahu Nam Joon, bahwa seharian ini dia sedang bersama Vicktory, di apartemennya.
Elice pun melangkah masuk ke dalam rumah melewati Nam Joon, tanpa meliriknya sama sekali.
Nam Joon hanya menatap punggung adiknya yang mulai menjauh dari nya.
***
Malam itu, Elice sudah naik ke tempat tidur nya setelah mandi. Saat itu sudah jam delapan malam, Dia hendak memejamkan matanya, sebelum ponsel nya bergetar.
Dia mengambil handphone nya, dan mengecek, ada pesan masuk. Itu adalah pesan teks dari Jin Seo.
Jin Seo:
"Selamat pagi"bunyi pesan itu. Elice hanya tertawa kecil saja sebelum membalas
Jae Ah :
"Ini jam berapa Jin Seo?"Hanya butuh waktu kurang dari satu menit, Jin Seo membalas pesan dari Elice tersebut
Jin Seo:
"Jam tujuh pagi, kan?"Bunyi pesan itu.
Elice tersenyum-senyum sambil jarinya mengetik di atas keyboard handphone nya.
Jae Ah:
"Dan kau tau... Di sini sudah jam delapan malam!"Balas Elice.
Jin seo:
"Oh iya, aku lupa kalau New York dan Seoul berbeda Waktu. Seoul tiga belas lebih cepat (emoticon tertawa)"Elice dan Jin Seo saling mengirimkan pesan hingga larut malam.
***
Ke esok kan paginya, keluarga Shin sedang sarapan bersama di meja makan.
Elice duduk sambil menatap Nam Joon. Dia merasa sangat bersalah karena telah membentak kakaknya itu tadi malam.
"Oppa!" Panggil Elice pelan
"Apa?" Sahut Nam Joon dengan acuh tak acuh.
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk berkata begitu tadi malam" ucap Elice, dengan nada menyesal.
Dia merasa bersalah, karena sudah membentak kakaknya tadi malam.
"Tidak apa-apa. Lagi pula, aku memang tidak berhak untuk mencampuri urusan mu kan?" Balas Nam Joon, yang masih fokus dengan makanannya.
"Hei, apakah anak-anak ku ini sedang bertengkar?" Tanya Jong Hoon.
Elice hanya diam saja, kali ini Nam Joon lah yang angkat bicara
"Ayah, kau tau? Anak gadis mu ini telah berbohong padaku. Dia bilang akan pergi kuliah, tapi teman-temannya bilang dia tidak masuk kemarin..." Ucap Nam Joon, sambil mengadu pada ayahnya.
"Iya, tapi ini hanya pertama kali dan terakhir kalinya aku melakukan ini kak..." Ujar Elice, menimpali perkataan kakaknya.
"Kalau begitu, tolong jawab pertanyaan ku sekarang. Kamu pergi ke mana saja kemarin? Kenapa tidak kuliah hah?!" Nam Joon Kini kembali bertanya tentang hal itu
Elice hanya diam saja tanpa membuka mulutnya.
"Diam... Diam saja terus, kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaan ku. Apakah pertanyaan ku ini terlalu sulit untuk di jawab?" Bentak Nam Joon yang kini sudah terlihat sangat kesal.
"Nam Joon, jangan bentak adikmu" tergur Rani.
"Sayang, kemana saja kamu kemarin nak? Kenapa tidak kuliah?" Tanya Rani dengan lemah lembut.
Tapi Elice, hanyalah menggelengkan kepalanya dengan pelan saja, pertanda bahwa gadis itu tidak ingin menjawab pertanyaan ibunya.
"Sayang, apa kau punya masalah? Coba ceritakan apa masalahmu" kali ini, Jong Hoon lah yang mencoba membuat Elice untuk bicara.
"Maafkan aku... Aku tidak bisa menceritakan ini pada kalian, aku mohon jangan bertanya lagi". Ucap Elice, dengan kepala tertunduk.
Elice kemudian mengangkat tubuhnya dari kursi yang di duduki nya dan pergi meninggalkan keluarganya yang masih dalam suasana sarapan pagi.
***
Pagi itu, Elice duduk di dalam mobil nya yang masih terparkir di parkiran kampus.
Gadis itu masih belum turun dari mobilnya, karena masih saja terbayang-bayang moment, di mana Vicktory mengecup dahinya kemarin.
"Ah... Sial! Kak Vicktor... Jika kau tidak bisa ku miliki, setidaknya jangan membuat mu berharap pada mu!" Geram Elice.
Sejak semalam, dia ingin melupakan kejadian itu, namun semakin dia mencoba melupakan, semakin kejadian itu terngiang-ngiang di otak nya.
"Ah... Sial! Aku tidak bisa lupa!" Teriak Elice dalam mobil.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
There Are Two Loves (End)
RomanceElicia dan Vicktory, sudah saling bermusuhan sejak pertama kali mereka bertemu. Namun siapa sangka, ternyata mereka akhirnya bisa saling jatuh cinta satu sama lain. Setelah menjalani hubungan selama beberapa tahun, mereka memutuskan untuk menikah. N...