chapter 5

4 2 0
                                    

"Kita bisa melakukan sambungan Video call kan, kamu juga bisa menelepon ku kapan pun kau mau..."

Lanjut Elice dengan senyuman manis.

   'Tapi aku tak mau jauh dari mu Jae-Ah, aku mencintaimu!'
  
teriakan Jin Seo, yang hanya bisa dia tahan dalam hatinya. Dadanya terasa sangat sesak, dia sebenarnya juga tidak rela untuk meninggalkan Elice. Dia dan Elice telah berjanji untuk bersama, namun keadaan telah memaksa mereka untuk berpisah selama beberapa tahun.

Jin Seo, dan Elice memang sudah bersahabat dari kecil.

Mereka duduk di kelas yang sama,  Jin Seo, dua tahun lebih tua dari Elice.

Mereka telah bersama sejak kecil, hingga tumbuh, dan melewati masa remaja bersama,, maka, bohong jika Jin Seo, sama sekali tidak memiliki rasa untuk Elice.

Elice adalah cinta pertama nya, dia pertama kali merasakan cinta itu, ketika mereka masih duduk di bangku kelas 3 SMP.

Tapi, dia takut menyatakan perasaannya pada Elice, atau menjadi kan Elice kekasihnya.

Karena dia tidak mau merusak persahabatan mereka hanya karena cinta yang salah tempat.

***

"Sampai bertemu lagi, jagalah dirimu di sana baik-baik yah" ucap Elice, sambil memeluk Jin Seo di bandara, dengan pelukan hangat, dan di penuhi dengan ketidak ikhlasan tentunya.

"Iya, kamu juga, jagalah dirimu baik-baik, belajar lah dengan rajin, dan... Jangan lupakan aku" balas Jin Seo dengan mata yang berkaca-kaca sambil memandang Elice.

"Dasar bodoh!!"

Ucap Elice sambil mengetuk kepala Jin Seo dengan tangannya yang lembut.

"Kau adalah sahabat ku dari kecil, bagaimana mungkin aku melupakan mu" lanjut nya dengan nada yang agak kesal. Bisa-bisanya sahabat nya mengatakan hal seperti itu di hari terakhir pertemuan mereka.

Jin Seo memegangi kepalanya yang di toyor oleh Elice sebelum berkata "iya, iya nyonya... Aku tau kau tak akan melupakan ku." Mereka kemudian berpelukan lagi, kali ini pelukan mereka lebih hangat.

Ada rasa tidak ingin saling melepaskan di antara mereka.

"Jaga dirimu baik-baik yah...  Karena aku sudah tidak ada lagi untuk melindungi mu." Lirih Jin-Seo, yang di balas dengan anggukan kecil oleh Elice.

"Baiklah, aku pergi dulu"

Lanjut nya sebagai Ucapan terakhir Jin Seo, sebelum dia berbalik pergi Sambil melambaikan tangan nya pada Elice.

"Good bye!!! See you soon!!" Seru Elice pada Jin Seo, yang sudah berada jauh dari nya.
Mata Jin Seo berkaca-kaca.

   'Kau, adalah cinta pertama, dan terakhir ku, aku janji... Setelah aku menjadi orang sukses, aku akan datang dan melamar mu Jae-Ah, aku akan menjadi kan mu istri ku. Aku janji, tak akan mencintai orang lain selain kamu.' batin Jin Seo dengan nada lirih.

....
"Yah... Dia sudah pergi yah..."

Ucap Elice pelan, dengan mata yang berkaca-kaca sambil melihat Jin Seo, yang perlahan menghilang dari pandangannya.

          ಥ‿ಥSaat kau tak ada di sini,
           Terpenjara sepi hatiku...
           Tuk melupakanmu?...
         Aku tak pernah bisaಥ‿ಥ

Elice pun meninggalkan bandara saat itu juga dengan hati yang berat, dia telah kehilangan sahabat kecil, yang selalu bersamanya selama ini.

"Sekarang, apa yang akan aku lakukan tanpamu Jin-Seo..."
Elice menghembuskan nafas kasar, sambil mengenang kembali masa-masa indah mereka, di masa lalu.

***

Keesokkan harinya,
Ini adalah hari pertama Elice di kampus nya.
Memiliki paras manis nan cantik, Elice banyak di lirik oleh para kaum Adam.

Bahkan, ada beberapa gadis yang memperhatikan nya.

''Hey... Bukankah dia adiknya Nam-Joon, si detektive terkenal itu?"

"Iya, itu benar-benar dia, wajah mereka terlihat sangat mirip"

"Uwaaah... Lihatlah dia, jika aku menjadi dia, pasti akan sangat beruntung jika mendapatkan kakak yang sangat tampan seperti Shin Nam Joon..."

Dan.. bla... bla...bla.... Seru beberapa gadis, yang nyatanya, mengagumi Nam-Joon.

"Sial... Memangnya kenapa, jika Nam Joon adalah kakakku?!" Geram Elice dalam hati.

Hari itu, adalah hari yang berat bagi Elice.
Sepulang dari kampusnya, Elice langsung pergi untuk makan siang, di restoran makanan Prancis favoritnya.

Ketika, dia tengah menikmati hidangan makan  siangnya, tiba-tiba seorang pria dengan suara yang di kenal nya pun, duduk di depannya.

"Hey cantik..."
Sapa orang itu, dengan senyuman yang menggoda.

Merasa tidak asing dengan suara itu pun, Elice mengangkat kepalanya, dan memandang laki-laki tampan yang kini, duduk di depannya itu.

"Vicktor!!!"

Seru Elice yang begitu terkejut, melihat lelaki yang di depan nya yang ternyata tidak lain, adalah Vicktory si laki-laki yang paling menjengkelkan.

"Haah... Apakah ini benar-benar kau?!"

Seru Elice lagi, ketika ia bangkit dari tempat duduknya dan memeluk erat Vicktory, yang masih duduk di bangku nya.

"Apa kau sakit?"

Tanya Vicktory dengan panik saat telapak tangannya menyentuh dahi Elice, untuk memastikan bahwa gadis ini benar-benar sakit atau tidak.

"A...apa maksud mu? Aku tidak sakit"

Balas Elice. Vicktory tertawa kecil sebelum dia berkata

"Iya, kamu tidak sakit. Suhu tubuh mu normal. Apa jangan-jangan,,, kamu sudah gila yah"

"Haah... Kenapa kau berbicara seperti itu?!" Bentak Elice dengan kesal.

"Kalau kau tidak sakit, ataupun gila,, lalu, kenapa kau memelukku?...hahaha... Apa yang sebenarnya terjadi pada mu, apakah kepalamu terbentur" ucap Vicktory, di sela-sela tawanya.

"Tak perduli, apa yang kau pikirkan tentang ku" ucap Elice, sambil memeluk Vicktory kembali. Kali ini, pelukannya lebih erat.

"Wei... Wei... Wei... Kamu gila"

kata Vicktory, dengan nada yang agak tinggi, agar Elice melepaskan nya.

"Iya, aku memang sudah gila"
Balas Elice, yang tak ingin melepaskan nya.

Entah mengapa, pikiran Elice saat ini berubah menjadi tidak normal saat melihat Vicktory.

Sudah beberapa Minggu, sejak dia terakhir kali bertemu dengan Vicktory.

Meskipun awal perkenalan mereka kurang menyenangkan, dan waktu mereka bersama juga sangat singkat, tapi entah mengapa Elice merasa sangat merindukan laki-laki ini, sampai dia ingin terus memeluknya dan tidak akan membiarkan dia pergi.

Beberapa pengunjung restoran itu, memperhatikan mereka, seolah Elice, dan Vicktory adalah sepasang kekasih.

"Pasangan yang serasi"

"Iya, mereka sangat romantis dan serasi"

"Pasangan muda itu, begitu cocok"

Beberapa bisikan mulai terdengar dari antara para pelanggan, mulai terdengar di kuping Vicktory, yang membuat nya menjadi kesal.

Akhirnya, Vicktory lepas dari pelukan erat Elice, segera dia pun bangkit dari tempat duduknya, agar Elice tidak macam-macam lagi dengannya.

"Romantis, romantis... Dasar... Romantis apanya....!"

Seru Vicktory dengan kesal, sebelum dia meninggalkan tempat itu.

"Ka' Vicktor tunggu!"

Teriak Elice sambil meraih tas nya yang di atas meja, dan berlari mengejar lelaki yang telah membuat nya jatuh hati dalam waktu singkat.

Vicktory, yang awalnya ingin membuat Elice kesal, malah dia yang terkena jebakan.

"Ah... Sial!!" Desis Vicktory kesal dalam hati.

*BERSAMBUNG*

There Are Two Loves (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang