Chapter 16

2 2 0
                                    

Saat itu, sekitar pukul dua belas tengah malam, ketika kelima pria itu beraksi di gelapnya malam.

Dengan di bantu oleh beberapa polisi, mereka berhasil menangkap tiga perampok dengan tidak membahayakan para penghuni rumah tersebut, walaupun rumah itu berantakan di karenakan pengejaran, dan perkelahian yang terjadi.

Setelah itu, mereka menyerahkan para perampok itu pada posisi, untuk di bawah ke kantor polisi untuk di tindaklanjuti.

Saat itu, sekitar jam 03:13 dini hari, ketika Vicktory kembali ke Apartemennya dan tidur dengan pulas hingga pagi.

Pagi pun telah tiba di kota itu. Saat itu, susah menunjukkan pukul 08:30, ketika Vicktory terbangun dari tidurnya yang singkat.

Pria itu mengambil handphone nya yang dia nonaktifkan sejak tadi malam, dan mengaktifkan nya kembali.

Vicktory penasaran, siapa orang yang meneleponnya berkali-kali semalam yang dia tolak terus panggilan nya tanpa melihat namanya.

Vicktory kemudian memencat aplikasi daftar panggilan dan...

"Sial...!!!" Vicktory berteriak, sambil melompat dari tempat tidur nya, saking terkejutnya dia.

"Sharon...!"

"Jadi, semalam adalah Sharon!!" Seru Vicktory yang hampir gila, karena sambungan telepon yang dia tolak semalam adalah dari kekasihnya.

Dengan terburu-buru, Vicktory pun menelepon Sharon kembali. Dia hanya ingin menjelaskan semua masalah semalam.

Setelah tiga kali mencoba menghubungi Sharon, akhirnya wanita itu mengangkat panggilan telepon dari nya.

("Kenapa kau menghubungi ku?... Apakah kau baru mengingatku? Apa kau sudah lelah dengan gadis-gadis di Korea hingga kau menghubungi ku lagi? Semalam kemana saja kau?!")  Terdengar, suara bentakkan dari Sharon di seberang telepon.

"Honey, aku ... Aku bisa jelasin, dan ini tidak seperti yang kau katakan tadi! Semalam aku sedang bertugas..."

Balas Vicktory, yang mencoba menjelaskan sekaligus membela dirinya, dari tuduhan aneh Sharon

("Halah...! Itu cuma alasan kamu saja!) Ujar Sharon, yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Vicktory.

("Aku tau kamu pasti sedang berada di bar bersama gadis-gadis cantik di Korean kan? Lagi pula, aku tidak ada tandingannya dengan mereka") lanjut Sharon.

"Sayang, tidak seperti itu" balas Vicktory, yang mencoba untuk meluluhkan hati kekasih hati nya yang tengah kesal itu.

("Vicktor cukup..! Kau selalu saja punya alasan untuk membela dirimu!) Terdengar, Suara Sharon berteriak dari seberang telepon.

"Sayang..." Panggil Vicktory yang suaranya sudah terdengar agak lirih.

("Kau menolak panggilan dari Ki Vicktor, apa yang terjadi padamu?! Apa kau sudah bosan denganku?") Kini, suara Sharon terdengar berubah.

Suaranya terdengar menjadi agak serak, yang meyakinkan Vicktory, bahwa wanita itu pasti sedang menangis.

"Sharon... Aku sudah bilang padamu. Aku dalam perjalanan misi tadi malam, jadi tolong mengertilah..."

Vicktory pun sudah mulai merasa kesal, karena wanita itu sama sekali tidak mau mendengarkan apa yang dia katakan, dan terus saja menuduh nya dengan tuduhan yang tidak tidak.

("Sepertinya, kita sudah tidak cocok lagi!") Ujar Sharon

"A... Apa maksudmu sayang?" Tanya Vicktory dengan lirih di ujung kekesalannya.

("Mari kita sudahi saja hubungan ini!")

Deg... Deg... Deg...

Vicktory terkejut, mendengar penuturan dari Sharon itu, jantungnya kini berdebar kencang. Air matanya sudah mulai menetes.

"A.... Apa?" Tanya Vicktory dengan tidak percaya.

"Ini hanya masalah kecil saja, kenapa kau membesar-besarkan masalah? Aku sayang sama kamu Sharon..." Ujar Vicktory, dengan nada yang lirih.

("Apa pun itu, Aku tidak perduli... Kita putus!") Itulah kalimat terakhir yang Sharon ucapkan, sebelum dia memutuskan sambungan telepon mereka.

"Ha... Halo Sharon!" Teriak Vicktory.

Dia ingin menelepon kembali tapi tidak bisa.  Sharon telah memblokir nomor nya.

"Arrgghhhh...!!!!" Teriak Vicktory yang frustasi, sambil membanting handphonenya di kasur.

Dia sangat mencintai Sharon, dia sangat hancur dan kini duduk di tepian kasurnya dengan tak berdaya menangisi takdir cinta nya.

"Apakah semudah itu kau memutuskan hubungan kita Sharon?! Apakah semuda itu kau memutuskan hubungan kita!!" Teriak Vicktory, di sela-sela tangisannya.

"Apa kau lupa, dengan masa tujuh tahun kita? Apakah kau lupa dengan kenangan cinta kita selama hampir lima tahun hah?!!!!" Teriak Vicktory lagi.

"Aku selam ini hanya mencintai mu saja, dan terus menyimpan cinta ku untuk mu, lalu kenapa kau melakukan ini padaku hahh...?!!!!"

"Kenapa kau tidak mau mendengarkan penjelasan ku?! Aku sudah mengatakan kepadamu yang sejujurnya, tapi kenapa kau tidak mempercayai ku hah?!"

"Kenapa kau masih saja tidak mengerti, kalau aku akan sangat hancur tanpa mu..."

Vicktory terus saja merutuki semua nya sambil menangis lirih. Detektif tampan yang tidak pernah terlihat meneteskan air mata itu, kini menangis tersedu-sedu.

Sifat cool, dan arrogant nya seketika hilang.

Seolah-olah, semuanya sudah hancur dan tidak ada lagi yang bisa di pertahankan. Dirinya kini sedang berada di dalam keterpurukan.

Karena hanya gadis itu sajalah, yang dia cintai di dunia ini. Dia rela merusak banyak hubungan hanya karena ingin mempertahankan hubungan nya dengan gadis itu, tapi semuanya kini hancur.

Gadis itu sendiri lah yang telah menghancurkan semuanya.

***

"Hai kalian..."

Sapa Nam Joon pada Lee Kang Nim dan Kim Ji Young yang kini telah duduk bersantai di dalam ruangan pertemuan mereka.

"Owh... Detektif Shin,  itu kau..." Ucap Lee Kang Nim, wajahnya yang kuyu sangat terlihat jelas.

"By the way, where is detective Valenzuela?" Tanya Kim Ji Young pada Lee Kang Nim, dan Shin Nam Joon

"Oh, apakah dia belum datang?" Tanya Nam Joon dengan heran.

Tidak biasanya Vicktory seperti ini. Walaupun mereka tetap berjaga sepanjang malam, tapi dia tidak pernah hilang dari pandangan mereka ketika sedang berada di markas.

"Oppa!" Sapa seorang gadis.

Nam Joon membalikkan tubuhnya ke belakang. "Jae Ah kenapa kau di sini?" Tanya Nam Joon saat melihat adik kesayangannya datang.

"Handphone mu ketinggalan..." Kata Elice, sembari menyerahkan sebuah ponsel kepada Nam Joon.

"Oh iya. Aku sangat buru-buru, sehingga aku lupa dengan handphone ku!" Balas Nam Joon tersenyum tipis.

"Apa yang bahkan membuat mu begitu terburu-buru?" Tanya Lee Kang Nim.

"Jae Ah, apakah kau akan pergi ke kampus mu?" Tanya Nam Joon, yang terburu-buru mengeluarkan sebuah Flashdisk dari kantong celananya.

"Iyah, tentu saja aku akan kesana" jawab Elice, sambil memandang Flashdisk yang ada di tangan Nam Joon.

"Apa itu?" Lanjut Elice dengan melontarkan pertanyaan.

"Tolong singgah lah sebentar di apartemen nya Vicktory,  dan berikan ini padanya. Aku bahkan tidak menyangka bahwa dia tidak akan datang pagi ini. Kau tau alamatnya kan?" Ujar Nam Joon, sambil menyodorkan benda kecil itu pada Elice.

Sementara Elice, hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, sambil menerima benda kecil itu dari tangan Vicktory.

To be continued

There Are Two Loves (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang