Chapter 14

3 2 0
                                    

"Untuk apa aku ingin bertemu dengan mu? Nggak guna dan nggak penting!..."

Balasan sadis dari Vicktory itu mampu membuat hati Elice terkoyak-koyak. Tapi tidak, dia harus tetap sabar... Dia harus tetap terlihat bahagia di depan Vicktory.

"Tidak apa-apa jika sekarang kau berkata seperti itu kepadaku. Tapi suatu saat nanti, akan aku Pastikan, bahwa aku akan menjadi orang terpenting dalam hidup mu. Paham!" Balas Elice dengan sangat serius. Terdengar ada penekanan, di setiap kata yang gadis itu ucapkan.

'Hehehe... Dasar anak muda'

ucap Rani sambil terkekeh dalam hatinya ketika melihat kedua anak muda di depannya itu, sebelum dia berbalik pergi.

"Sial... Kau sudah gila... Apa maksudmu hah?!" Tanya Vicktory, dengan nada yang agak meninggi. Dia benar-benar bingung dengan apa yang di katakan Elice.

Sedangkan Elice, hanya mengangkat bahu nya saja sebagai tanda balasan. Vicktory hanyalah memandangi Elice yang menjawab pertanyaan dari nya tanpa suara dengan terkekeh.

'Dia sangat cantik, tapi sayang sekali dia tidak waras'

gumam Vicktory dalam hatinya sambil terus memandangi Elice yang duduk di sampingnya, yang  kini tengah sibuk dengan handphone di tangannya.

"Heh... Kenapa kau menatap ku?"

Tanya Elice, yang tiba-tiba melemparkan tatapan nya ke arah Vicktory, dan menangkap basah pria itu yang sedang menatapnya.

Walaupun Elice tengah asyik catting-an dengan  Jin Seo, tapi ekor matanya bisa melihat bahwa Vicktory di samping nya sedang memandangi nya.

"Si... Siapa yang menatap mu? Aku... Aku hanya sedang membayangkan betapa indahnya hidup ku jika tidak pernah ada kehadiran mu" balas Vicktory, dengan tergagap di awal katanya.

"Sial... Apa maksudmu?!"

Tanya Elice, sambil meninggikan suaranya. Siapa di dunia ini yang tidak akan tersinggung, jika di bilang seperti itu.

"Lagipula, jika di lihat dengan sikap mu yang seperti ini, aku yakin kau pasti tidak punya pacar. Lagipula, mana ada wanita yang mau dengan laki-laki seperti mu." Lanjut Elice, dengan tatapan yang sedikit meremehkan.

"Dan siapa yang mengatakan padamu bahwa aku tidak punya pacar, hah?!" Tanya Vicktory dengan tatapan dinginnya.

"Dengar yah... Walaupun sikapku seperti ini, setidaknya aku masih punya seorang pacar. Tidak seperti mu"

lanjut Vicktory sambil menyinggung Elice, yang tidak pernah terlihat dengan dekat dengan pria manapun.

Mendengar pernyataan Vicktory tersebut, kelopak mata Elice tiba-tiba terangkat.

Kelopak matanya terangkat, bukan karena dia kesal saat di Katai Vicktory tidak punya pacar. Bukan itu! Dia hanya sedikit terkejut saja tentang pengakuan Vicktory, bahwa lelaki itu ternyata punya pacar.

Dia menyukai Vicktory,  bagaimana mungkin dia bisa menerima kenyataan bahwa pria pertama yang disukai nya sudah punya seorang kekasih.

Mata Elice kini memerah. Dia ingin menangis, namun dia harus pura-pura tidak perduli.

"Kau ... Pasti berbohong!"

Ujar Elice, tanpa menoleh ke arah Vicktory, karena dia tidak ingin detektif itu menangkap kesedihan di matanya.

"Bohong? Untuk apa aku berbohong padamu?" Balas Vicktory dengan acuh tak acuh.

Elice kemudian melepaskan handphone nya dan menatap Victory

"Lantas, siapa namanya? Dimana Dia? Dan... Kenapa aku tidak pernah melihat mu bersamanya... Dan,  sejak kapan kalian bersama?" Elice menghujani Vicktory dengan pertanyaan-pertanyaan nya.

Vicktory membuang tatapannya sejenak, lalu memalingkan pandangannya lagi ke arah Elice. Mata kedua orang itu kini bertemu.

"Kenapa pertanyaan mu banyak sekali?" Tanya Vicktory, dengan sewot.

"Jika kau tidak berbohong, maka jawablah pertanyaan ku!" Balas Elice, dengan terus menatap mata Vicktory, dengan serius.

"Baiklah... Namanya adalah Sharon. Nama lengkapnya adalah Sharon Edward" jawab Vicktory, yang membalas tatapan serius Elice.

"Dia satu tahun lebih muda dariku. Dia sekarang bekerja sebagai wartawan di Filipina. Kau tau... Kita sangat jarang bertemu semenjak aku datang ke- Korea sekitar satu tahun yang lalu. Dan, bulan depan adalah anniversary kita yang ke lima tahun" lanjut Vicktory, sambil menjelaskan tentang pacar nya pada Elice, dengan perasaan yang berbeda.

Elice terus saja memandangi mata Vicktory. Dia ingin menemukan kebohongan di mata Vicktory saat Vicktory menceritakan tentang kekasihnya.

Tapi sayangnya, kebohongan yang dia cari, tidak dia dapatkan.

'Itu artinya, kak Vicktor benar-benar punya kekasih. Dan mereka sudah bersama selama hampir lima tahun. Berarti, tidak ada lagi kesempatan untuk ku masuk ke dalam hatinya'

Ucap Elice dalam hatinya. Dia segera memalingkan wajahnya dari Vicktory, lalu dia berdiri dan pergi ke kamarnya dengan perasaan kecewa, meninggalkan Vicktory duduk sendirian.

Elice masuk ke kamarnya dengan perasaan yang sangat kecewa. Gadis itu segera melempar tubuhnya ke atas kasur nya yang empuk.

Dia kini sudah tidak bisa lagi menahan air matanya, sehingga tangisannya kini pun pecah. Elice kini menangis dengan tersedu-sedu.

Selama ini , Dia selalu saja menolak, jika hatinya mengatakan bahwa dia sebenarnya menyukai pria itu.

Vicktory bukanlah siapa-siapa baginya, Vicktory saja tidak menganggapnya sebagai teman.

Tapi, tapi entah mengapa rasanya sangat sakit saat mendengar bahwa pria itu memang benar-benar punya seorang kekasih.

Apakah perasaan sukanya itu benar-benar nyata? Apakah perasaan nyaman nya ketika bersama Vicktory selama ini, adalah karena dia menyukai nya?

Elice sudah lama memikirkan nya, dan akhirnya dia sadar, bahwa sebenarnya Elice benar-benar mencintai Vicktory secara nyata, dia ingin terus merayu dan mendekati pria itu hingga dia mendapatkan nya.

Tapi sepertinya, harapannya untuk memiliki Vicktory hanya akan berada di mimpi nya saja. Karena, hubungan mereka sudah berjalan menuju tahun ke lima.

Mereka pasti sudah merencanakan pernikahan mereka, dan masa depan mereka untuk berkeluarga nanti.

"It hurts, when you have someone in your heart, But You can't have  them in your arms".

("Sakit itu, ketika kamu memiliki seseorang di hatimu, Tapi kamu tidak bisa memiliki dia di pelukan mu.")

***

"Vicktor, kau disini?"

Tanya Nam Joon yang baru saja turun dari tangga ketika melihat Vicktory yang duduk sendirian di sofa ruang tamu rumahnya.

"Hei... Detektive Shin, sudah hampir satu jam aku duduk disini menunggumu! Ini sudah jam sepuluh pagi, dan kau baru saja bangun bangun dari tidur mu hah?! Perasaan, kau lah yang lebih dulu pulang kemarin. Apa yang bahkan kau lakukan tadi malam, hingga kau bangun se- siang ini" omel Vicktory dengan kesal.

Sementara itu, Nam Joon hanya tertawa kecil sebelum menjawab " Hei ayolah... Semalam aku dinner dengan Cha Si-Ah, jadi jangan marah. Aku akan mengambil filenya dulu" kata Nam Joon, lalu dia kembali ke atas.

"Heh... Dasar! Cha Si-Ah terus yang ada di pikirannya. Di saat-saat seperti inilah, aku berpikir apakah dia dan Cha Si-Ah berpacaran atau tidak" gumam Vicktory.

"Aish... Kenapa juga aku memikirkan mereka! Hanya menambah-nambah beban di otakku saja.."

Vicktory terus saja bergumam dengan dirinya sendiri seperti orang yang sudah kehilangan kewarasannya.

To Be Continued

There Are Two Loves (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang