LEVITRA [Part 10]

4K 352 7
                                    

Komennya ditambah dong, Ay. Biar Buna semangat nulisnya

"Enak punya pacar, Bang?" tanya Levitra dengan kepala yang sedikit ia miringkan agar abangnya bisa mendengar suaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enak punya pacar, Bang?" tanya Levitra dengan kepala yang sedikit ia miringkan agar abangnya bisa mendengar suaranya.

Mereka berdua sedang berada di atas motor dan hendak pulang ke rumah. Sedangkan Kenzie dan istrinya pulang dengan menaiki mobil. Ya, walaupun tadi awalnya Levitra ingin ikut dengan kedua orang tuanya, tetapi papanya sudah menyogok gadis itu dengan beberapa lembar uang berwarna merah.

Aish, kalian seperti tidak tau saja jika Levitra mata duitan, makanya gampang menyogoknya. Begitu pula dengan Kenzie, dia hanya ingin berduaan dengan sang istri menikmati masa hampir tua mereka.

"Biasa aja." Arsya menjawab dengan pandangan yang terfokus ke jalan. Jam segini adalah waktunya orang-orang pulang dari bekerja, makanya jalanan lumayan sibuk.

Levitra mengangguk kecil, setelah itu ia mengamati sekitar dengan bibir yang tertutup rapat. Tidak sengaja iris matanya menangkap sesosok orang yang sepertinya tidak asing bagi indra penglihatannya.

"Bang, liat arah kiri, deh. Di depan supermarket itu,"

Arsya menurut, perlahan ia memalingkan wajahnya ke kiri dan melihat apa yang di maksud oleh sang adik.

"Lev turunin kaca helm-nya, liat ke arah kanan dan peluk abang," titah Arsya saat mengetahui siapakah orang yang di maksud oleh adiknya.

Gadis yang berada di belakang Arsya menurut, ia dengan cepat menurunkan kaca helm-nya dan berpaling ke arah kanan. Begitupun dengan tangannya yang semakin memeluk pinggang Arsya dengan erat.

"Pait, pait, pait, pait." Arsya bergumam seraya menyalip ke sana-sini dan menambahkan laju motornya. Ia binggung kenapa makhluk itu berada di sini? Bukankah ia sedang berada di luar negri?

Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus memberitahukan hal ini ke papanya secepatnya, agar keamanan sang adik lebih diperketat lagi.

Aish, titisan burung hantu satu itu memang sangat meresahkan keluarganya.

***

"Nah, ini buat anak-anak," ucap Anjani dengan senyum lebar seraya menunjukkan beberapa papper bag ke arah suaminya.

Kenzie dengan sigap mengambil alih semua barang belanjaan sang istri dan menentengnya menggunakan sebelah tangan. Sedangkan tangannya yang menggangur ia gunakan untuk memeluk pinggang Anjani dengan posesif. "Mama beliin mereka apa?" tanyanya dan mencuri sedikit kecupan di kepala wanita itu.

Kepala Anjani sedikit mendongak dan menatap wajah sang suami dengan lembut. "Parfum sama beberapa skincare, mama liat barang-barang mereka udah mau habis di kamar," jelasnya.

Kenzie menggangguk paham. "Emm, kalau gitu sekalian kita ke toko dekat sana. Cemilan mereka juga kayaknya udah habis," sarannya.

"Boleh, mumpung papa lagi baik, 'kan?" goda Anjani dengan mencolek perut suaminya pelan.

LevitraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang