Dasya menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya menatap Yasmin dengan tatapan kesal. Sungguh, ingin sekali rasanya ia mencabik-cabik wajah gadis yang tengah menonton itu dengan kuku-kuku tangannya.
Bagaimana ia tidak marah, gadis itu tiba-tiba datang menyusulnya ke kantor sang duda. Lalu menyeretnya pulang begitu saja, sangat tidak sopan bukan?
Bukannya ia tidak bisa menahannya, hanya saja gadis itu sudah mengancam dirinya dengan cara menyebarkan foto-foto aib dirinya. Dan satu hal lagi, gadis itu juga menyita kunci apartemennya.
Jika kalian bertanya darimana gadis itu dapatkan semuanya? Jawabannya ia tidak tau. Karena ia juga sedang mencari tau sekarang, ia sungguh binggung.
Sebenarnya tidak masalah baginya jika foto berisi aib itu tersebar, jika ia sedang tidak dalam misi menggoda sang duda.
Percayalah.
"Aduh laper banget," ucap Yasmin dengan nada setengah berteriak sembari mengusap-usap perutnya yang rata.
Mendengar hal itu membuat Dasya berdecak kesal. "Agak babi memang ni bocah," maki Dasya, tak urung ia tetap bangkit dan melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur.
Yasmin melirik wanita itu dengan ekor matanya, kemudian ke dua sudut bibirnya tertarik ke atas, membentuk senyuman manis. Inilah alasan ia menjauhkan wanita itu dengan pria manapun.
Karena hanya wanita itu yang mengerti dirinya, hanya wanita itu yang selalu ada disaat ia sakit, hanya wanita itu yang selalu ada di saat ia butuh.
Walaupun perkataannya kasar dan mereka saling berantem satu sama lain, setidaknya wanita itu lebih mengerti dirinya di banding kedua orang tuanya sendiri."Dia enggak boleh dekat sama pria itu," gumam Yasmin seraya memainkan sebuah kunci yang ada di tangannya. Kemudian memasukkannya kembali ke dalam kantong celananya.
Bolehkah ia egois kali ini saja?
***
"Bang, tanah yang itu kosong, Lev mau suruh papa beli nanti, deh. Mau bangun kos-kosan pria di sana, jadi Lev nanti bisa ketemu cowo ganteng terus setiap nagih uang bulanan," celetuk Levitra seraya menunjuk ke arah sebuah tanah kosong yang di penuhi oleh tanaman-tanaman liar.
"Lev kakinya turun, ah," sergah Arsya seraya memukul pelan kaki Levitra yang bertengger di atas pahanya. Ini, nih, alasan kenapa ia tidak ingin menggunakan motor matic adiknya saat berboncengan dengan gadis itu.
Adiknya itu suka sekali meletakkan kedua kakinya dia atas pahanya lalu memeluknya dengan erat. Ya, ya, karena di dalam diri gadis itu sudah bersemayang sosok monyet bekantan.
Sedangkan Levitra berdecak pelan. "Udah nyaman ini," sahutnya dengan bibir yang ia majukan lima senti. Bahkan pelukan dipinggang abangnya semakin mengerat.
Arsya menghela nafas kasar, mau tak mau ia harus pasrah menjalani hidup ini. Lagian tidak ada yang bisa melawan keinginan dari gadis keras kepala dan bandel itu. Walaupun ia sedikit kesulitan dalam mengemudi motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...