Levitra menyibak pelan daun-daun berwarna hijau yang menghalangi pandangannya. Dengan kedua mata yang menyipit ia melihat ke arah depan di mana terlihat Arsya dan Yasmin tengah berpacaran.
Bibir gadis itu mengerucut, sia-sia ia menjadi seorang penguntit jika akhirnya ia hanya bisa melihat abangnya sedang berpacaran.
"Nyebelin banget Lev ditinggal sendiri," gerutu gadis yang mengenakan hooddie kebesaran itu dengan kesal. Ia kemudian bangkit dari posisi bersembunyinya dan mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari hal-hal yang menyenangkan.
Seutas senyum terbit di bibir mungilnya, ia melambaikan tangannya dan meloncat-loncat kecil saat melihat keberadaan Dasya yang berdiri tidak jauh dari lampu taman.
"Tante!" teriaknya heboh tanpa memperdulikan pandangan orang-orang sekitar.
Mendengar teriakan tidak asing itu, Dasya dengan cepat mengedarkan pandangannya untuk mencari arah sumber suara. Terlihat dari arah kejauhan seorang gadis tengah berlari ke arahnya lalu.
Hap!
Ya, sekarang seekor manusia sudah bergelantungan di tubuh bagian depannya.
"Heh, Bocah! Badan lo berat! Turun," titahnya dengan menatap gadis itu tajam. Perlahan kaki yang melilit di pinggangnya terlepas, tampak gadis itu menatapnya dengan kecewa.
Sebenarnya Dasya berbohong, badan gadis itu tidak berat sama sekali, hanya saja ia risih di temploki seperti cicak. Seumur hidupnya ia tidak pernah berhubungan sedekat ini dengan seorang gadis, termasuk anak tirinya sendiri.
"Lev padahal cuma kangen," lirih Levitra dengan wajah yang tertekuk.
"Kangen ginjal lo! Kita baru ketemu tadi pagi," sergah Dasya kesal.
Melihat wajah gadis itu semakin muram membuat Dasya memutar bola matanya malas. Jika saja gadis itu anaknya mungkin sudah ia tendang hingga masuk ke dalam semak-semak.
"Yaudah, sini peluk," ucapnya dengan wajah dongkol, tetapi tangannya ia buka selebar mungkin agar gadis itu bisa memeluknya.
Dengan wajah malu-malunya Levitra melangkahkan kakinya perlahan kemudian memeluk Dasya dan meletakkan kepalanya di dada wanita itu.
"Lo hobi meluk orang, ya?" tanya Dasya dan dengan kakunya membalas pelukan gadis itu dan meletakkan tangannya di pinggang Levitra yang kecil.
Levitra menggangguk antusias. "Lev suka ngendus bau orang, tapi enggak semua orang. Cuma orang-orang yang baunya wangi aja. Contohnya kayak papa dan mama, hemm! Wangi banget," ungkapnya jujur.
Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka, Levitra masih betah memeluk Dasya dengan matanya yang terus memperhatikan orang-orang di sekitar.
"Tan, itu kayak Om Duda sama anaknya," ucap Levitra dan melepaskan pelukannya. Dengan jari telunjuknya ia menunjuk ke arah salah satu bangku taman yang mana sedang diisi oleh sepasang bapak dan anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...