Dasya memegang erat pisau lipat yang baru saja ia ambil dari sakunya lalu mengarahkannya ke arah leher pria yang nekat menyabotase motor Yasmin di tempat parkir khusus tim balap. Mata elangnya menatap pria itu dengan tatapan tajam, menciptakan atmosfer intimidasi yang mencekam.
Pria itu bangkit secara perlahan, wajahnya mencerminkan ketakutan terpancar dengan jelas. Dasya semakin memajukan langkahnya dengan pisau yang masih setia di leher pria.
Dengan meneguk ludahya kasar, pria itu ikut melangkah mundur.
"Menyentuh motor putriku berarti kau merayakan keberangkatanmu menuju akhirat," ucap Dasya dengan suara rendah, yang pastinya itu bukan hanya sekedar omongan belaka. Terselip ancaman serius di perkataanya.
"Ma-af, Bu, saya ha-nya menjalankan perintah," jawab pria itu dengan terbata-bata.
Seketika Dasya melotot tajam. "Hei! apa lo fikir gue setua itu! Umur gue masih 40 tahun, panggil kakak," titah Dasya dengan ujung pisau yang kini mengacung tepat di depan mata pria itu.
"Baik, Kak." Bukan hanya suara pria itu saja yang bergetar, melainkan seluruh tubuhnya. Hei, hei lagian siapa yang tidak gemeteran jika kini di depan matanya terdapat benda tajam yang bisa menghilangkan bola matanya bahkan nyawanya hanya dalam hitungan detik.
"Siapa yang nyuruh lo?" tanya Dasya dengan tatapan menyelidik.
"A‐a-anu, Bu, eh, Kak." Terlihat pria itu gugup bercampur ragu saat akan menyebutkan nama orang yang menyuruhnya.
"Anu, anu, anu, apanya yang anu?!" sentak Dasya.
"I-itu, a-nu." Lagi-lagi pria itu berucap tidak jelas membuat Dasya semakin terpancing emosinya.
"Ngomong yang jelas goblok! Anu itu, anu itu, gue gorok leher lo, kepalanya gue buang ke rawa-rawa, badannya gue buang ke semak-semak baru lo tau apa itu anu-anu," sungut Dasya yang terlanjur kesal.
"Suka kali mancing emosi si janda," omelnya pelan degan mata yang melirik sinis ke arah pria itu.
"Angga, Kak, ya, Angga, dia yang udah nyuruh saya," ucap pria itu dengan mata yang terpejam kala ujung pisau semakin mendekat ke arah matanya.
Dasya dengan cepat menarik pisau itu dan meletakkannya di sisinya. "SerAngga sialan! Liat aja lo nanti," dumelnya dan mengkode dua buah anak buahnya yang sejak tadi hanya memantau tidak jauh dari posisinya.
"Jadikan dia makanan babi," titah Dasya lalu dengan cepat melangkah keluar menuju ke arah motornya. Huh, ia sudah menebak hal ini akan terjadi, siapa yang tidak kenal dengan Yasmin si ratu pembalap.
Sudah seringkali ia mendapati orang-orang hendak menyabotase motor gadis itu, agar mereka bisa memenangkan pertandingan. Dan tentunya setiap usaha mereka selalu digagalkan olehnya.
Sebelum hari H menuju pertandingan ia akan selalu mengecek keadaan motor Yasmin secara diam-diam dan memberikan penjagaan yang ketat.
Hm, sekarang waktunya untuk ia memberi pelajaran kepada orang yang berniat akan mencelakai putrinya, em, ya putri. Sedari dulu ia memang selalu menggangap yasmin adalah anaknya, berbeda dengan gadis itu. Durhaka memang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...