"Ya, Makasih. Sana pulang, orang tua enggak boleh malam-malam di luar ntar tulangnya keropos. Kasian banget udah tua mana belum pernah nikah lagi," ujar Levitra saat ia sudah turun dari mobil. Dengan gaya songongnya ia menatap ke arah Brayn dari kaca jendela mobil yang terbuka.
Mendengar itu Brayn berdecih sinis. "Sana masuk ke dalam! Anak kecil enggak boleh lama-lama kena angin malam ntar jadi tuyul. Udah kecil, pendek, ngeselin, hidup lagi," cibirnya.
"Wah, Oom jompo body swiming, kecil-kecil begini Lev bisa, ya, manjat pohon yang tinggi!" seru Levitra sambil melemparkan tatapannya yang penuh permusuhan kepada Brayen. Enak saja pria itu menghina bentuk tubuhnya, apakah pria itu tidak mengetahui bakat terpendam yang ada pada dirinya?
Hah! Dia sajaa tidak tau apa saja bakatnya.
"Oh, jelas. Kamu kan siluman monyet. Tidur aja di atas lemari," ejek Brayn sambil menyunginggkan senyum penuh ledekan.
Levitra melengkungkan bibirnya kebawah dengan wajah penuh kekesalan. "Lev Bilangin papa, liat aja," ancamnya dengan mata yang melotot.
"Aduh takut sekali," ledek Brayn dengan memasang ekspresi yang menyebalkan dan itu membuat Levitra semakin bertambah kesal. Tentunya, Brayn tidak perduli akan hal itu, lagian gadis itu yang memulainya terlebih dahulu.
"Bye bocil, tuh di bawah pohon sana ada tuyul kesepian, sana temanin, kan tubuh kalian sama-sama mini."
Setelah mengatakan hal itu, Brayn lantas melanjutkan perjalanan dengan kendaraanya dan menjauh dari rumah Levitra.
Levitra mengepalkan tanggannya di kedua sisi. "Arghh! Dasar Oom jompo! Udah tua, enggak laku lagi!" teriaknya seraya menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Duh, merinding lagi," gumam Levitra seraya mengusap tengkuk bagian belakangnya secara perlahan dan memutar tubuhnya.
"Mama ada tuyul!" teriak Levitra dengan histeris dan berlari sekencang mungkin memasuki perkarangan rumah. Ia terkejut kala melihat sosok mungil dengan wajah pucat, mengenakan sempak berwarna putih tengah berdiri dibelakangnya.
Melihat Levitra yang berlari terbirit-birit membuat sosok mungil itu menggaruk pelipisnya binggung. "Kenapa dia takut? Aku kan sosok yang begitu imut dan lucu," ucapnya heran dengan kedua jari telunjuk yang ia letakkan di kedua pipinya.
***
"Mama!" teriak Levitra histeris seraya menggedor-gedor pintu rumahnya dengan takut. Sesekali, ia memutar kepalanya kebelakang untuk memastikan bahwa sosok tuyul itu tidak mengikutinya.
Setelah menunggu dengan jantung berdebar selama dua menit, akhirnya pintu utama rumah terbuka. Melihat itu Levitra lantas menerobos masuk ke dalam dan memeluk Anjani yang berdiri di depan pintu dengan erat.
"Lev, kamu kenapa di luar? Apa yang terjadi?" tanya Kenzie dengan raut wajah panik bercampur bingung. Bagaimana tidak binggung, setaunya tadi anak-anaknya sudah masuk ke dalam kamar masing-masing, tetapi sekarang masih ada satu yang tercecer di luar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...