Kenzie dan Anjani masuk ke dalam ruangan Levitra dengan bergandengan tangan, lalu meletakkan barang-barang yang mereka bawa tadi di atas meja.
Setelah itu keduanya duduk bersila di atas sofa dengan sebuah tempat makan di atas telapak tangan Anjani. Semua itu tidak lepas dari pantauan gadis yang sedang bersandar di kasur, ia menatap sepasang kekasih itu dengan sinis di iringi dengan bibirnya yang berkomat kamit tidak jelas.
Tiga menit berlalu, dan Levitra masih saja terus memantau orang tuanya yang asik dengan dunia mereka sendiri, makan santai seraya mengobrol kecil kemudian tertawa.
"Ekhem." Ini sudah kesekian kalinya Levitra berdehem dengan nada yang sedikit keras. Sama seperti sebelumnya, tidak ada respon sama sekali dari kedua orang itu, membuatnya semakin kesal. Apakah ia tidak terlihat di sini?
Tidak kehilangan akal, Levitra lantas berpura-pura turun dari atas kasur seraya menggerakkan penegak infusnya. Sesuai tebakannya sang Papa dengan cepat berdiri dan berlari ke arahnya dengan mulut yang di penuhi oleh makanan.
"Aduh, kejauhan tadi infusnya," gumam Levitra kemudian kembali menyandarkan punggungnya ke bagian kepala ranjang.
Kenzie dengan cepat menelan makanan yang masih bersisa di mulutnya lalu mengambil air kemudian meminumnya. Setelah di rasa tenggorokannya sedikit aman, ia lantas berdiri di sisi ranjang putrinya dengan tangan yang berkacak pinggang.
"Oom kenapa, ya?" tanya Levitra dengan raut wajah sinisnya, membuat Kenzie memelototkan kedua matanya.
"Ma, Oom katanya," adu Kenzie kepada istrinya dengan bibir yang cemberut.
"Duduk, duduk, jangan malu-malu, kursinya banyak kok," ucap Levitra kala teman-teman abangnya baru saja datang untuk menjenguknya, membuat Kenzie terpaksa kembali ke kursinya dan menunda ceramahnya.
"Yang enggak bawa buah tangan silahkan keluar," lanjut Levitra dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
Untung saja teman-teman Arsya sudah sangat tau bagaimana sikap gadis itu, makanya mereka sudah mempersiapkan beberapa buah tangan sebelum menjenguk gadis itu.
Sebelum duduk, Kevin, Ferdi dan Beno sudah meletakkan barang yang mereka bawa ke meja yang ada di sisi gadis itu. Terlihat cukup banyak sekali hadiah get well soon di sana.
"Jadi seneng sakit, soalnya dapat banyak barang gratis," ungkap Levitra dan menatap seluruh barang yang di berikan oleh rekan kerja papanya dan kenalan mereka dengan mata yang berbinar.
"Kalian mau makan? Tadi tante bawa masakannya lebih," tawar Anjani lalu sedikit menggeser posisi duduknya agar lebih berdekatan lagi dengan sang suami.
"Ya, makasih, Tan. Tadi kami baru aja mampir makan di rumah makan depan rumah sakit," sahut Kevin dengan ramah.
Anjani menggangguk lalu tersenyum kecil. "Kalau gitu papanya Lev mau lanjut makan dulu, ya," ucapnya dan kembali menyuapi suaminya.
"Ya, lanjutt, Tan," jawab Kevin lagi dengan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...