Levitra mendudukan dirinya di atas bebatuan, bajunya yang basah menempel erat pada tubuhnya setelah selesai berenang. Seraya mengusap pelan wajah yang masih basah, ia merentangkan kedua kakinya, merasakan dinginnya batu di bawahnya.
Matanya melihat sekeliling, menikmati keindahan hamparan air di depannya. Suara gemericik air dan angin menambah kesan tenang di tepi danau.
Gadis itu melirik handphone yang ada di tangannya. Hari sudah menjelang maghrib, ia bahkan tidak mengabari keluarganya jika ia bermain di danau. Sungguh, ia lupa, karena keasikan berenang.
"Kan, Lev jadi lebih hemat. Daripada membersihkan diri di tempat perawatan, lebih baik di sini, Kan? Gratis," gumam Levitra dengan senang. Setidaknya tepung-tepung yang ada di tubuhnya kini sudah hilang sepenuhnya.
"Tapi, Lev dingin banget," lirihnya seraya menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya, kemudian menempelkannya di pipi.
Dari kejauhan, seorang pria yang mengenakan motor besar menyipitkan matanya ketika tanpa sengaja iris matanya melihat seorang gadis yang duduk di tepi danau.
Dengan rasa penasaran, Ia lantas menghentikan motornya di pinggir jalan. Ia dengan cepat membuka helm yang ia kenakan kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah gadis yang hanya kelihatan punggungnya saja. Langkahnya kian mendekat dan sebuah tepukan lembut ia layangkan ke bahu gadis itu.
Levitra yang tadinya tengah termenung, lantas tersentak kaget. Ia dengan cepat menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat siapa orang yang menyentuhnya. Tatapannya seketika menyendu, kedua sudut bibirnya tertarik ke bawah. "Huwaa Oom jompo," rengeknya lalu dengan cepat berdiri dan memeluk tubuh Brayn dengan erat.
Brayn lantas membulatkan kedua matanya, karena tidak menyangka bahwa bocah yang di jodohkan Bundanya dengan dirinya lah yang sedang berada di sana. Lagian sedang apa gadis itu? Mana hari sudah hampir maghrib.
Apakah gadis itu di usir oleh orang tuanya? Ya, mungkin saja. Secara perilaku gadis itu sangat bisa membuat orang frustasi.
Sangat wajar bila diusir.
"Heh, bocil, lepas!" tekan Brayn seraya melepaskan paksa pelukan Levitra. Sungguh, ia menyesal karena telah penasaran dan berjalan ke sini.
Levitra lantas melepaskan pelukannya dan menatap Brayn dengan kesal. "Buka, buka, jaketnya, udah tau Lev kedinginan bukannya dikasih jaket," cerocos Levitra seraya membuka paksa jaket yang Brayn kenakan.
"Enggak peka banget, kaya di film-film," cibir Levitra sambil mengenakan jaket Brayn ke tubuhnya.
Sedangkan Brayn menatap Levitra dengan tidak percaya, apa-apaan ini! kenapa gadis itu pemaksa sekali. Dan apa kata Bundanya kemaren, gadis itu adalah gadis yang baik, lembut dan juga lucu.
Hey, hey, kenyataannya gadis ini adalah seorang gadis pemaksa, nyebelin dan banyak lagi. Sangat sulit untuk dijabarkan dengan kata-kata.
"Ayo pulang," ajak Levitra yang entah sejak kapan sudah berada di atas motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...