Levitra mengamati sekitar ruangan yang ia tempati, sejenak ia menghembuskan nafas kasar. Sangat tidak menyenangkan berada di rumah sakit begini, ia tidak bisa leluasa untuk loncat ke sana dan ke mari.
Dan juga ia tidak bisa mencuci matanya dengan cara melihat pria tampan. Aih, sangat membosankan.
"Makanya lain kali enggak usah terlalu baik sama orang!" seru Dasya yang baru saja kembali dari luar, ia sangat tau bagaimana perasaan gadis itu sekarang hanya dengan melihat raut wajahnya.
"Lev emang anak baik," jawab Levitra kesal.
Dasya lantas mendekat ke arah ranjang Levitra lalu mendorong tubuh gadis itu ke pinggir. "Awas, gue juga mau tidur," ketusnya dan membuat Levitra mau tidak mau bergerak ke arah pinggir.
Levitra melengkungkan bibirnya ke bawah. "Yang sakit Lev lo, Tan," sahutnya dengan kesal.
"Pantat gue capek duduk, gue mau tidur," jawab Dasya kemudian menutup matanya perlahan setelah ia membaringkan dirinya di sebelah Levitra.
Hembusan nafas lagi-lagi di lakukan oleh Levitra. "Kayak enggak punya tempat tidur sendiri," cibirnya.
Dasya kembali membuka matanya dan menatap gadis yang tengah duduk di sebelahnya dengan tajam. "Lo enggak mau tau kenapa lo bisa kayak gini?" tanyanya dengan tangan bersedekap dada, masih dengan posisi berbaringnya. Ia tidak perduli dengan cibiran gadis itu sama sekali.
Levitra mengedikkan bahunya. "Kecelakaan biasa, udah takdir," jawab Levitra sekenanya.
Telunjuk Dasya tejulur ke arah pelipis Levitra, lalu mendorongnya dengan sedikit keras membuat gadis itu meringis pelan. "Jadi orang enggak usah bodoh-bodoh banget! Jelas-jelas dokter bilang ada luka tusukan di perut lo dan terdapat racun juga di sana," omelnya.
"Ya, mungkin di mobilnya ada benda tajam. Terus enggak sengaja kegores." Lagi-lagi jawaban positif yang di berikan oleh Levitra membuat Dasya mendengus kesal.
"Okey, terus untuk racun? Gimana bisa ada di tubuh lo? Dari angin!"
"Ya, bisa jadi," sahut Levitra apa adanya.
"Matamu! Jelas-jelas itu semua sudah di rencanakan. Anak kecil yang lo selamatkan tadi itu orang suruhan mereka," geram Daysa, bahkan kini ia mengubah posisinya menjadi duduk tegap di hadapan gadis yang sedang sakit itu.
"Anak kecil enggak mungkin senekat itu," ungkap Levitra dengan menggelengkan kepalanya tidak percaya.
Dasya menghembuskan nafas kasar, kemudian menatap ke arah dinding ruangan dengan tangan yang memeluk lutut sendiri. Sungguh, ia teramat kesal sekarang. Kenapa ada gadis sebodoh Levitra di dunia ini? Terlalu berfikir positif tentang orang asing.
"Dia butuh uang buat beli obat neneknya, apa yang enggak bisa dia lakuin?" Dasya berujar dengan alis yang menukik.
"Darimana tante tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Levitra
Teen FictionIni adalah cerita tentang keluarga birawa dengan versi yang berbeda dan juga alur cerita yang berbeda. tapi tokohnya tetap sama. *** Memiliki sosok Levitra di dalam sebuah keluarga memang sangat memusingkan. Ada saja tingkah yang dilakukan oleh gadi...