CASAMIGOS - PROLOG

2.2K 10 0
                                    

ARJUNA WONGSO’s POV

ARJUNA WONGSO’s POV

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Empat tahun lalu…

FUCK!” kataku mengumpat ketika aku berusaha bangkit dari tidurku.

Ketika aku membuka mataku pagi itu, aku merasa tulang-tulangku seperti remuk. Aku bangun dan menyadari tubuhku tengkurap di sebuah lantai kayu yang dingin dan penuh debu. Pipiku menempel di tanah dan punggung serta pantatku yang telanjang bulat pun terasa lengket. Tidak ada sehelai benang pun yang menutupi tubuh polosku saat itu. Aku segera duduk di lantai dalam ketelanjanganku, berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi malam sebelumnya. Kupegang punggung dan pantatku yang terasa lengket dan tidak nyaman. Kurasakan seperti ada cairan mengering di sepenjuru kulit dekat pantatku. Aku colek pantatku yang semok itu dengan jariku yang langsung terasa lengket dan mendekatkan jariku itu ke hidung… Dan, benar saja, bau anyir langsung memenuhi hidungku. Bau air mani…

What the hell!” ucapku kebingungan dengan apa yang terjadi.

Panik, aku segera menoleh ke sekitarku. Mataku melotot dengan tatapan horror. Jantungku terasa seperti hendak berhenti berdetak… Ruangan ini penuh dengan orang! Di sampingku, ada seorang pria Latin yang sama telanjangnya tepat di sebelahku! Pria itu sedang tengkurap dengan pantat berdarah-darah, seperti bangkai tak berharga yang dibuang di pinggir jalan.

“ASTAGA!” kataku panik. “ADA APA INI?”

Aku mengucek-ucek mataku, berusaha memperjelas penglihatanku. Saat itu, aku benar-benar berharap aku salah lihat! Sedetik kemudian, kuamati di sekitar kami berdua, ada dua perempuan Asia lain tertidur di lantai tak berdaya. Mereka sama-sama tak sadarkan diri. Tubuh mereka pun tampak tidak dalam kondisi baik. Ada darah mengalir di bagian-bagian vital tubuh mereka. Aku makin panik…

“ASTAGA! APA AKU YANG MELAKUKAN INI SEMUA?” tanyaku kebingungan. “GAWAT!”

Dengan panik, aku mengedarkan mataku untuk mencari pakaianku yang seharusnya berserakan di sekitar kamar. Setelah menemukan celana dalamku, aku memakainya. Aku segera mencari-cari selimut atau semacamnya yang bisa menutup tubuh mereka bertiga. Beruntungnya, ada sebuah lemari di dekat pintu yang berisi sebuah selimut dan dua potong handuk bersih, pas dengan jumlah mereka bertiga. Aku membalut tubuh pria Latin yang berdarah-darah itu dengan sprei dan menutupi alat vital kedua wanita itu dengan handuk.

“OH TUHAN, APA YANG TERJADI?” kataku berteriak kencang dalam Bahasa Inggris dan menggoyang-goyangkan pundak pria Latin itu.

Dengan panik, bergantian aku goyang-goyangkan kedua wanita yang lain satu per satu.

“BANGUNLAH!” teriakku dalam Bahasa Inggris sambil berusaha membangunkan mereka bergantian. “APA YANG TERJADI?”

Tubuh ketiga orang itu dingin seperti es. Aku tak menyerah untuk terus menggoyang-goyangkan tubuh mereka yang lemas tak berdaya itu. Kupandangi wajah mereka pelan-pelan dengan penuh rasa takut.

Please don’t die…” kataku mulai menangis sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh mereka. “Auch…”

Kini, kurasakan pantatku yang mulai merasa nyeri saat kakiku bergerak. Kulihat darah segar mengalir deras dari sana ke lantai.

“ASTAGA!” 


[ … ]







KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesWhere stories live. Discover now