Piala Bergilir Pesta Seks Tokyo (1)

2.6K 14 0
                                    

PESTA BERGILIR PESTA SEKS TOKYOby Jeremy Murakami

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PESTA BERGILIR PESTA SEKS TOKYO
by Jeremy Murakami



"Sudah, Mas Dylan. Bicaranya nanti saja. Saya sudah tidak tahan ingin digagahi kamu, Mas," kataku sambil tersenyum nakal.

Ilustrasi: Dylan Bramantyo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ilustrasi: Dylan Bramantyo

Dylan balas senyum ke aku dan mencium bibirku dalam-dalam. Dia lalu membuka satu bungkus kondom dan memasangkan kondom itu di kejantanannya, lalu mengarahkan tubuhku pada posisi missionary. Dia mengecup dahiku sebentar, lalu turun ke kedua pipiku, lalu ke mulutku. Sambil melumat mulutku dalam-dalam, Dylan mengulurkan lidahnya, mengharap aku menerima lidahnya masuk. Lidahnya ditanam ke dalam mulutku, lalu perlahan-lahan, di arahkan rudal pejalnya yang sudah meradang ke ujung lubang pembuanganku. Ditekan sedikit rudalnya itu masuk sambil menanamkan lidahnya yang basah di dalam mulut hangatku. Sedikit demi sedikit, rudal Dylan menekan ke dalam lubang kenikmatanku. Dylan mengerang keenakan.

"Enak, Mas?" tanyaku sambil mulutnya masih menempel rapat di mulut hangatku lekat-lekat.

"Enak banget, Mas," Dylan terus mengerang meskipun belum menggerak-gerakkan rudalnya sama sekali. "Rasanya kontol saya seperti dipijat-pijat. Sempit sekali lubang Mas William... Mas sendiri kerasa enak?"

"Iya," jawabku berbisik pelan, lalu melumat lembut bibir tipis Dylan dengan nafsu. "Kontol Mas kerasa banget di dalam lubang saya. Panjang dan penuh banget. Lubang saya terasa terisi full. Kontol Mas Dylan enak banget rasanya di dalam pantat saya."

Dylan tersenyum tipis, lalu melumati bibirku gemas.

"Ini belum sepenuhnya masuk lho," kata Dylan sambil menaik turunkan alisnya untuk menggodaku. "Saya mentokin ya, Mas William?"

KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto GonzalesWhere stories live. Discover now