Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DEMI SUSU ANAK, DUDA STRAIGHT RELA DIGILIR
by Jeremy Murakami
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Ilustrasi: Eric
Sepanjang hidupnya, Eric sudah terbiasa menjadi objek seks orang-orang di sekitarnya. Meskipun dia tidak pernah dilecehkan secara langsung, Eric tahu bahwa ketampanan dan keindahan tubuhnya adalah salah satu persona terbesarnya. Orang-orang datang kepadanya karena alasan itu. Eric sudah terbiasa menjadi pria yang paling tampan dengan badan paling seksi di manapun dia berada. Wajahnya memang ganteng dari lahir—alisnya tebal, matanya tajam, dan hidungnya mancung. Badannya atletis—otot bisep dan trisepnya tercetak indah, dan perut six pack-nya selalu membawa decak kagum. Di balik itu semua, Eric adalah seorang pria yang ramah, sopan, kalem, dan rendah hati. Eric memang pria yang sempurna…
Dari awal hubungan, Eric tahu benar kenapa Tessa, istrinya, menikahinya karena semua kualitas yang dia miliki itu. Tessa adalah wanita berusia 42 tahun, 12 tahun lebih tua dari dirinya. Bersama-sama, mereka memiliki seorang putra berusia tiga tahun, Kevin. Eric tahu apa yang Tessa mau: sebuah petualangan seks dengan pria muda. Tessa menginginkan sebuah pernikahan yang penuh dengan permainan cinta, seks, dan gairah. Eric bisa memberikannya. Dengan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang seksi luar biasa, Eric bisa menjadi apa yang Tessa mau.
Tessa adalah seorang pimpinan perusahaan berbasis teknologi di Jakarta mengenai pembayaran online. Karirnya sukses sehingga Tessa tidak pernah perlu memikirkan soal uang. Alhasil, setelah menemukan Eric, seorang pria yang sempurna secara fisik dan sifatnya, Tessa memutuskan untuk menyuruh Eric resign dari pekerjaannya dan mengurus rumah.
“Kamu tidak perlu bekerja, sayang…” ucap Tessa dengan serius. “Aku saja yang bekerja… Kamu cukup di rumah untuk mengurus rumah serta anak-anak…”
