“Apa memang benar cuma satu kamar?” tanyaku bingung ke resepsionis yang terus mengetik sesuatu di personal computer-nya itu. “Mana mungkin sih bintang besar disuruh tidur sama asisten pribadinya, Mbak? Jangan sampai saya dipecat gara-gara ini lho.”
“Menurut yang saya baca di sini, hanya ada satu kamar yang dipesan atas nama Bapak Pierre Notowidjojo,” katanya sambil terus mengetik di komputernya. “Satu kamar President Suite. Hanya itu, Pak Aldy.”
Wanita itu langsung melihat ke arahku dengan khawatir. “Sudah saya pastikan beberapa kali di sistem kami, Pak. Memang cuma satu kamar saja yang disiapkan Pak Pierre Notowidjojo. Silakan menghubungi Pak Pierre untuk kejelasannya.”
“Biasanya kalau artis itu sama asistennya satu kamar atau tidak sih Mbak selama ini?” tanyaku tolol ke si resepsionis.
Resepsionis itu tampak bingung menjawab pertanyaanku, “Setahu saya, biasanya kalau artis sih beda kamar ya Pak dengan asistennya.”
Aku mengernyitkan dahi. Ini yang salah aku atau memang resepsionisnya yang tidak teliti, ya? Aku takut membuat Pak Bos marah di hari pertama kerja begini.
“Ada apa, teman?” Matteo mendekat ke arah kami, lalu merangkul pundakku.
“Oh, tidak ada masalah, sir,” kataku gugup.
“Kenapa lama sekali dan kita belum mendapatkan kamar?” Salvador gantian menghampiriku di depan meja resepsionis. “Apa ada masalah?”
“Oh, bukan begitu,” kataku lalu mendekati Salvador dan berbisik, “Maaf, sepertinya ada miskomunikasi. Saya sudah yakin pimpinan kami memesan dua kamar untuk kalian berdua. Namun, sepertinya ada kesalahpahaman dengan pihak hotel.”
“Lho, kami memang memesan satu kamar hotel saja ke pihak kalian kok,” kata Matteo sambil menepuk punggungku. “Mungkin kamu yang ada miskomunikasi dengan pimpinanmu.”
“Apa?” tanyaku bingung.
“Iya, kami memang memesan satu kamar saja untuk kami berdua,” jelas Salvador. “Itu yang kami minta ke pihak manajemen kalian.”
Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku dan mengernyitkan dahi.
“Memang aku tidak biasa tidur sendiri, teman,” ucap Matteo lagi menjelaskan. “Oleh karena itu, aku sengaja memesan satu kamar agar Salvador bisa tidur bersamaku. Aku tidak suka berada di kegelapan sendirian”
Pernyataan yang tidak masuk akal, deh. Masa seorang supermodel yang kerjaannya keliling dunia bisa takut kegelapan? Jadi, selama ini mereka selalu tidur bersama-sama setiap Matteo pergi berkeliling dunia untuk jalan di catwalk atau shooting film dan iklan? Apalagi, mereka berdua adalah sosok pria yang tampan, kekar, dan luar biasa seksi… Apa jangan-jangan… Mereka sama seperti Bli Komang? Apa mungkin sih dua pria yang luar biasa tampan dan seksi seperti mereka bisa menjadi pasangan homoseksual? Sangat klise sekali, bukan? Kupandangi terus wajah Matteo yang terus memasang senyuman tampan di wajahnya sampai giginya hampir mengering. Kenapa… Aku ingin menjilati seisi mulutnya hingga membasahi giginya seperti yang biasa kulakukan pada Bli Komang? Diam-diam aku ingin melakukan hal-hal intim bersama Matteo dan juga Salvador, pria dewasa yang sama jantannya itu.
YOU ARE READING
KUMPULAN CERITA PANAS by Roberto Gonzales
ChickLitKumpulan Cerita Panas buatan Roberto Gonzales. Khusus 21 tahun ke atas.