Bab 12. TIDUR BERSAMA
Yasmin tertidur dengan memunggungi Yosep dari belakang. Wanita itu benar-benar tidak mengerti mengapa Yosep tidak juga pergi padahal sudah diusirnya berulang kali.
Bagi Yasmin, kehadiran Yosep sangat mengacaukan hidupnya. Penyesalannya tiba-tiba muncul saat memikir ulang kembali kenapa ia harus kembali ke Indonesia. Seharusnya ia berada di sana saja dan menonton acara pernikahan kakaknya itu melalui video. Sayang sekali, Yasmin tidak bisa menolak permintaan mamanya. Bahkan, dari jauh-jauh hari mamanya sudah menelponnya dan meminta agar ia bisa datang di acara pernikahan kakaknya.
Cinta muda Yasmin untuk Yosep memang sudah diketahui oleh orang tuanya. Meski begitu, mereka tidak menyalahkan Yasmin. Yasmin juga sudah mengatakan berulang kali pada mama dan papanya jika ia sudah melupakan Yosep.
Tidak mau pulang ke Indonesia karena memang ia sudah betah berada di new York. Maka dari itu ketika mamanya mengatakan jika sebenarnya ia belum move on dari Yosep dan justru menantang untuk pulang ke Indonesia, Yasmin menuruti permintaan mamanya itu.
Hanya saja kalau dipikirkan ulang lagi, wanita itu juga tidak terlalu menyesal untuk pulang ke Indonesia karena jika ia tidak melakukannya, mungkin ia akan lebih menyesal lagi karena tidak bisa bertemu dengan mamanya untuk yang terakhir kali. Hal yang paling mengharukan adalah ketika mamanya menghembuskan napas terakhir dalam pelukannya.
Yasmin tersentak bangun dari tidurnya ketika tubuhnya tiba-tiba ditarik paksa.
Wanita itu menundukkan kepalanya dan melihat dua buah lengan yang kini melingkar di atas perut dan dadanya.
"Bisa lepas tidak?" Ini sudah malam dan rasanya Yasmin tidak begitu memiliki tenaga untuk berteriak.
"Yasmin, tidurlah dengan nyenyak karena ini masih jam 1 malam."
"Siapa juga yang tidur tidak nyenyak? Jelas-jelas kamu yang menarik paksa aku," ujar Yasmin ketus.
Wanita itu baru saja 2 detik memejamkan matanya ketika telapak tangan Yosep meremas salah satu buah dadanya, hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Sekali lagi kamu memanggilku dengan sebutan itu, aku tidak akan segan, Yasmin," ujar Yosep dengan mata tertutup. Agak menjengkelkan di telinganya ketika mendengar Yasmin menyebutkan dirinya dengan tidak sopan.
"Kamu duluan yang mulai-- argh!" Wanita itu berteriak lagi ketika buah dadanya ditekan oleh Yosep. "Oke, fine. Tidur."
Yasmin masih dalam posisi miring ke samping membelakangi Yosep. Wanita itu benar-benar tidak mau menatap ke arah di mana Yosep berada.
Yosep sendiri diam-diam tersenyum dengan seringaian sambil masih dalam posisi memeluk Yasmin dari belakang. Andai saja wanita ini mau menerimanya sebagai suami dengan sukarela, mungkin saja Yosep dengan senang hati menjamah tubuh Yasmin dan memasukinya berulang kali sampai pagi.
Sayangnya wanita itu selalu menganggapnya musuh.
Pagi harinya, Yasmin terbangun dengan tubuh yang terasa agak pegal. Bagaimana tidak, kalau semalaman Yosep dengan tidak punya otak terus memeluknya sampai pagi.
Yasmin mendudukkan dirinya di tempat tidur sambil menggeliat hingga suara otot pada tubuhnya berbunyi.
Wanita itu menatap di luar kamar di mana pintu sudah tidak terpasang lagi. Dari arah kamarnya tentu saja ia dapat melihat ruang yang tidak terisi sofa dan langsung mengarah pada pintu keluar.
Apartemen minimalis yang ditempati Yasmin memang tidak diisi dengan furniture lengkap terutama sofa karena memang hanya dirinya yang ada di sini dan tidak berniat untuk menerima tamu.
Segera turun dari tempat tidur, Yasmin melangkah masuk ke dalam kamar mandi. Di sini tentu saja ia tidak mau melakukan sesuatu yang akan membuat Yosep berpikir untuk merobohkan pintu kamar mandi juga.
Yasmin akan memikirkan berbagai macam cara agar bisa terhindar dari pria semacam Yosep. Rasanya ia tidak aman berada di dekat pria itu, terlebih lagi aura pengekangan yang sangat kuat, membuatnya tidak bisa berkutik.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, wanita itu keluar dari kamar mandi dan menemukan Yosep sudah duduk di atas tempat tidur dengan tempat tidur yang sudah dirapikan oleh pria itu. Pasalnya Yasmin tidak merasa ia pernah merapikan tempat tidur.
Yosep berdiri sambil tersenyum miring. Pria itu datang menghampiri Yasmin dengan tangan terangkat mengusap kepala istrinya itu.
"Sarapan sudah aku buatkan. Kamu duluan ke dapur, nanti aku akan menyusul."
Yasmin hanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa. Wanita itu melengos pergi namun pergelangan tangannya langsung ditahan oleh Yosep.
"Jawab apa? Kenapa tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kamu?" Ini adalah pertanyaan Yosep yang bernada dingin. Pria itu benar-benar merasa tidak senang jika dia sedang berbicara dan tidak mendapatkan respon yang positif dari lawan bicara. Terutama dari Yasmin, yang suaranya sangat disukai oleh Yosep.
Memutar bola matanya, Yasmin kemudian menjawab, "iya, Bang."
Tidak melepaskan pergelangan tangan Yasmin, Yosep justru menarik Yasmin untuk menghadap ke arahnya. Kedua tangannya diletakkan di kedua sisi kepala Yasmin, kemudian Yosep mencium mata Yasmin satu-persatu dengan gerakan lembut yang membuat Yasmin langsung memejamkan matanya.
"Jangan pernah memutar bola matamu di hadapanku, Yas. Bola matamu bisa bergerak ke atas saat kamu merasakan puncak kenikmatan dariku," ujar Yosep. Wajahnya tepat berhadapan dengan wajah Yasmin, sehingga akhirnya saat menggerakkan bibirnya, tentu saja Yasmin dapat merasakan terpaan napasnya.
"Jawab apa?" tanya Yosep, menunggu jawaban.
Yasmin menahan diri untuk tidak mengacuhkan pria di hadapannya karena ia tahu pasti Yosep memiliki banyak cara untuk membuatnya menuruti keinginan pria itu.
"Iya, Bang. Tidak lagi."
Yosep kemudian menarik kepala Yasmin kemudian mendaratkan kecupan di bibirnya lagi.
Baru kemudian Yosep berbalik pergi masuk ke dalam kamar mandi setelah mengambil pakaian di dalam lemari yang sudah ia rapikan tepat di sebelah baju-baju milik Yasmin.
Sementara wanita itu sendiri melangkah pergi ke dapur untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan.
Wanita itu menundukkan kepalanya menatap hidangan di atas meja yang dibuat oleh Yosep.
Ekspresi wajahnya datar dan tidak memiliki ekspektasi apapun terhadap sarapan yang dibuat oleh Yosep. Segera Yasmin mengambil piring dan mengisi piringnya dengan nasi goreng buatan pria itu.
Mamanya pernah bilang kalau kakaknya itu sudah jago dalam urusan memasak semenjak kuliah di luar kota. Hal yang sama berlaku pada Yasmin juga karena hidup mandiri mengharuskannya harus bisa segala sesuatu dikerjakan sendiri.
Yasmin baru saja menyelesaikan sarapannya dan mencuci piring bekas makannya di wastafel, ketika tiba-tiba saja ia merasakan dekapan hangat di belakang tubuhnya.
Wangi parfum dan juga sabun mandi yang dikenakan oleh Yosep tercium memasuki indera penciumannya.
"Kenapa sarapan tidak menungguku dulu?" Yosep berbisik di telinga Yasmin.
Mencari alasan yang tepat, akhirnya Yasmin menjawab, "Abang lama di kamar mandi."
"Kalau begitu kamu akan menemani aku sarapan."
"Iya."
Tidak mau mencari masalah pagi ini, Yasmin menganggukkan kepalanya dan setuju untuk menemani Yosep sarapan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]
Romansa⚠️❕❗ Ini konten ada adegan 21++ harap bijak membaca. Btw, ini dari wattpad-nya yakk yg buat babnya acak. Bukan karena disengaja. SINOPSIS Kepulangan Yasmin ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, setelah hampir 8 tahun ia tidak pulang k...