Bab 28. Kedatangan EriskaPintu ruangan Yosep dibuka oleh sekretaris setelah diberi kode oleh Yosep untuk masuk ke dalam.
"Pak, bagian resepsionis baru saja menghubungi saya dan bilang kalau ada seorang wanita mencari bapak. Katanya wanita itu sudah beberapa kali datang bertemu bapak di kantor ini," ujar Helena.
Helena selaku sekretaris Yosep cukup kompeten dan pekerjaannya pun tidak diragukan lagi akan kemampuannya.
"Tanyakan siapa."
Helena membalikkan tubuhnya dan menanyakan siapa tamu wanita yang datang melalui intercom.
Baru kemudian Helena kembali dan mengatakan sebuah nama yang membuat Yosep tanpa sadar mengerut keningnya.
"Nona Eriska."
"Kalau begitu usir dia dan bilang pada pihak keamanan untuk tidak membiarkan dia masuk."
"Baik, Pak."
Segera sekretaris perempuan itu melangkah keluar dan memberi aba-aba sesuai dengan arahan dari atasan mereka.
Sementara Eriska yang mendapat pengusiran hanya bisa menatap sedih pada gedung tinggi di belakangnya sebelum akhirnya wanita itu memutuskan masuk ke dalam mobil dan melaju pergi kembali ke rumahnya.
Kedua orang tuanya masih di luar negeri dan mereka sudah beberapa kali dihubungi oleh Eriska namun tidak pernah memberi respon yang baik. Eriska tahu jika ia sudah mengecewakan kedua orang tuanya. Hanya saja ia tidak menyangka efeknya akan sebesar ini. Apalagi ia mengetahui jika mamanya Yosep meninggal karena serangan jantung.
Sore harinya Yosep pulang ke rumah dan menemukan Yasmin yang saat ini sedang duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki yang dimasukkan ke dalam air.
"Tadi satpam di luar bilang kalau kamu pergi keluar dan baru kembali sore ini. Dari mana aja, Dek?"
Yosep menahan emosinya saat mendengar laporan yang disampaikan oleh satpam di rumahnya tentang kepergian istrinya yang tanpa memberitahu padanya sama sekali.
"Aku tadi keluar ketemu dengan Agnes. Memangnya kenapa, Bang?"
"Kenapa tidak bilang sama Abang kalau kamu keluar rumah?" Yosep melipat lengan kemejanya kemudian berjongkok di belakang Yasmin untuk memeluk istrinya itu dari belakang.
Meskipun posisinya agak sulit tidak membuat Yosep buru-buru ingin melepas pelukannya pada sang istri.
"Kenapa memangnya aku harus lapor sama Abang? Toh, aku juga pulang ke rumah kok."
"Iya, tapi sayangnya aku, lain kali kalau mau pergi harus lapor dulu sama abang biar Abang tidak khawatir kamu pergi tanpa kabar." Yosep mengusap kepala istrinya. "Mengerti, Adek?"
Suara Yosep terdengar pelan mengalun indah di telinga Yasmin yang menganggukkan kepalanya sebagai respon.
"Hmmm."
"Ya udah kalau begitu Abang masuk dulu. Abang mau mandi. Adek tidak ada niat buat siapin baju Abang?"
"Baju?" Yasmin terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya. "Ayo, nanti aku bantu siapin."
Senyum semeringah muncul di wajah Yosep membuat pria itu segera merangkul pinggang istrinya dan membawa masuk ke dalam kamar mereka. Ah, lebih tepatnya dulu merupakan kamar milik Yosep yang sekarang akan ditempati olehnya dan juga Yasmin.
Beberapa hari lagi bulan Ramadan akan segera tiba membuat Yosep berpikiran untuk membawa istrinya pulang menemui papanya yang berada di kampung halaman mamanya.
"Puasa ini kita pulang kampung, Bang? Kasihan papa kalau harus puasa sendiri di kampung. Apalagi mama sudah tidak ada lagi," kata Yasmin menatap pada suaminya.
Yosep yang sedang mengeringkan rambutnya menghentikan gerakannya dan menolehkan kepala menatap sang istri.
"Sayang, padahal tadi Abang niatnya mau bahas ini sama kamu. Tapi tahunya kamu duluan yang udah bahas." Senyum pria itu mengembang kemudian segera duduk di sebelah Yasmin. "Apa adek tidak apa-apa kalau kita pulang kampung? Abang ada rencana kita seminggu di sana. Tapi, takut adek tidak betah ingat di sana kalau sinyal internet tidak selancar di sini," kata Yosep.
"Betah, kok. Tapi, Abang tidak apa-apa kalau libur seminggu? Takutnya nanti ada masalah sama kantor lagi," kata Yasmin menatap pada suaminya.
"Tidak apa-apa. Nanti akan ada orang kepercayaan Abang yang bakal urus kantor selama Abang ambil cuti." Tangan pria itu bergerak mengusap kepala istrinya kemudian menarik tengkuknya untuk mencium bibir yang sudah menjadi candunya. "Abang sayang sama adek. Abang harap, adek jangan pernah pergi buat tinggalin Abang. Mengerti, Sayang?"
Yosep melepaskan tautan bibir mereka sambil menatap pada istrinya.
Sementara Yasmin bulu matanya berkedip menatap suaminya agak aneh. Terutama ekspresi wajah dan juga tatapan Yosep yang agak tidak biasa, membuat Yasmin merasakan sensasi yang berbeda. Merinding dan juga berdebar perpaduan menjadi satu.
"Abang kenapa tatap aku kayak gitu?"
Yosep tiba-tiba memeluk Yasmin dengan erat sembari meletakkan kepalanya di bahu wanitanya.
"Kamu tidak jawab apa yang Abang bilang tadi."
"Soal yang mana?"
"Janji kalau kamu tidak akan meninggalkan abang."
"Kenapa harus janji? Kita tidak tahu kehidupan kedepannya bakalan seperti apa. Bisa saja Abang yang lebih dulu pergi ninggalin aku 'kan?" Yasmin berkata dengan santai, membuat Yosep segera memeluknya semakin erat.
"Abang tidak akan meninggalkan kamu kecuali maut yang memisahkan kita. Jadi, buang pikiran adek kalau abang bakalan ninggalin adek. Abang sayang sama adek, sayang banget dari dulu."
"Alah, kalau sayang dari dulu tidak mungkin Abang nolak aku."
"Abang ada alasannya kenapa nolak kamu dulu."
"Apa alasannya?"
"Abang tidak boleh menjalin hubungan dengan kamu waktu itu karena kamu adiknya Abang. Selain itu, Abang juga jaga perasaan mama. Abang takut kalau mama tahu Abang suka sama adek, Mama bakalan tidak setuju." Telunjuk pria itu bergerak mengusap kening istrinya. "Kamu juga waktu itu masih kecil. Abang pikir perasaan kamu itu cuma perasaan remaja labil. Tapi, kamu justru pergi ninggalin Abang. Kamu bahkan minta sama mama dan papa supaya Abang tidak ketemu dengan kamu."
Rasanya sedih sekali mengingat kala itu ia harus memendam perasaannya atau menatap Yasmin dari jauh karena wanita di hadapannya ini sangat menolak untuk bertemu dengannya. Hal inilah yang membuat Yosep tidak berani menampakan diri di hadapan Yasmin setelah mendengar penuturan darinya.
"Wajar lah kalau aku marah. Kata-kata Abang menolak aku itu bikin sakit hati. Kalau cuma menolak sih tidak apa-apa, itu Abang bawa-bawa statusku juga." Yasmin berkata seraya menatap Yosep.
"Ya sudah kalau begitu, semuanya juga sudah lewat. Intinya sekarang adek istrinya Abang dan abang suaminya adek. Abang harap adek bakalan belajar untuk mencintai Abang lagi."
"Hmmm."
Kembali Yosep memeluk Yasmin dengan erat hingga membuat wanita itu memutar bola matanya namun tak urung tangannya terangkat untuk membalas pelukan Yosep.
"Kita tidak usah kasih tahu papa kalau kita bakalan puasa di sana. Anggap aja ini kejutan yang akan kita berikan ke papa," kata Yasmin memberi ide. Tiba-tiba saja ia ingin memberi kejutan pada papanya itu dengan kehadiran mereka tanpa pemberitahuan.
"Iya, Sayang. Abang setuju dengan ide kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]
Storie d'amore⚠️❕❗ Ini konten ada adegan 21++ harap bijak membaca. Btw, ini dari wattpad-nya yakk yg buat babnya acak. Bukan karena disengaja. SINOPSIS Kepulangan Yasmin ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, setelah hampir 8 tahun ia tidak pulang k...