Bab 36

2.6K 188 6
                                    



Bab 36

Yosep menatap tidak percaya pada undangan yang disodorkan di hadapannya.

Ditatapnya bolak-balik undangan yang tercetak jelas nama seseorang yang sangat dikenalnya. Kemudian kembali menatap pada pria yang menampilkan ekspresi angkuh ketika tatapan mereka bertemu.

"Kaget? Terkejut? Shock? Shick? Shack?"

Pria yang tidak lain adalah Hansel menyeringai menatap jenaka pada Yosep yang masih menampilkan ekspresi wajah begitu shock.

"Kenapa bisa tiba-tiba?" Pria itu menampilkan ekspresi wajahnya yang datar kembali.

"Tentu saja bisa karena aku ingin menikah. Dua minggu lagi tepatnya aku akan melepas masa lajangku." Hansel menyeringai dengan wajah penuh kebanggaan karena pada kenyataannya ia yang jarang serius dengan wanita justru menikah lebih dulu daripada Rega. "Itulah rahasia ilahi. Pada kenyataannya, Rega yang bertunangan tapi aku duluan yang menikah. Bah! Betapa bangganya aku!"

"Siapa perempuan sial yang mau menikah dengan kamu itu? Apa dia tidak tahu kalau kamu seperti apa?"

"Hei! Hei! Hei! Jaga bahasamu. Dia adalah perempuan beruntung karena menikahi pria  seperti aku. Dia tidak akan pernah sial, karena aku adalah Hansel, si pria pembawa keberuntungan."

Jari telunjuk pria itu bergoyang ke kiri dan ke kanan tidak terima dengan perkataan Yosep.

Yosep tidak merespon. Pria itu hanya menatap dingin pada Hansel kemudian meletakkan kembali undangan tersebut di atas meja dan melanjutkan pekerjaannya.

Sedangkan pria itu justru tetap tenang dan tidak mengganggu Yosep dengan segala tingkah lakunya.

Di sisi lain.

Yasmin baru saja bangun dari tidur. Wanita itu berniat untuk mandi terlebih dahulu sebelum nanti ia akan memulai sarapan.

Siang ini, ia memiliki janji untuk makan siang bersama Yosep. Pria itu memaksanya, membuat Yasmin tidak bisa menolak.

Setelah mandi dan sarapan, Yasmin kemudian mulai bekerja dan mengirim pekerjaannya melalui email pada perusahaan luar negeri.

Baru setelah siang hari, Yasmin  memutuskan untuk keluar.

Laju kendaraannya tiba-tiba terhenti ketika melihat seseorang berdiri di tengah jalan begitu saja.

Mobil Yasmin masih berada di area komplek perumahan mereka.

Wanita itu mengerut keningnya saat melihat sosok Eriska berdiri dengan terusan dan rambut yang compang-camping.

"Ngapain lagi nih cewek? Mau cari gara-gara lagi sama aku?" Yasmin menggerutu kesal.

Meski begitu ia tetap turun dari mobil dan menghampiri Eriska yang kini menatap tajam ke arahnya.

"Mau apa lagi kamu? Tidak cukup Bang Yosep datang ke rumah orang tua kamu untuk mengadukan kelakuan kamu?" Yasmin bertanya dingin.

Air mata wanita itu terus berjatuhan. Wajahnya pucat dan ada jejak telapak tangan di pipinya.

Mengerikan sekali, pikir Yasmin.

"Gara-gara kamu mengadukan ini ke Mas Yosep dan Mas Yosep datang ke rumahku mengadukan aku pada kedua orang tuaku. Kamu memang perempuan pembawa sial. Kenapa bisa ada perempuan tidak punya hati nurani seperti kamu, hah?"

Suara Eriska terdengar nyaring memaki Yasmin. Sementara wanita yang dimaki memiringkan kepalanya ke samping menatap aneh pada Eriska.

Bukankah terbalik setiap apa yang diucapkan oleh wanita ini? Mengapa di sini seolah-olah dirinya adalah tersangka dari semua masalah yang terjadi? Batinnya berucap tidak terima.

"Kamu tidak salah mengatakan ini padaku? Lebih baik kamu berkata seperti ini di depan cermin supaya kamu melihat refleksi diri kamu sendiri." Yasmin berkomentar dingin. "Kamu seperti wanita gila. Mendingan kamu pulang dan urus anak yang ada di kandungan kamu, daripada sibuk mengurusi rumah tangga orang."

"Kamu!"

Eriska yang sudah frustrasi dengan masalah yang menimpanya langsung bergerak kemudian menyerang Yasmin begitu saja.

Yasmin yang tidak memiliki kekuatan jatuh terjerembab di aspal dengan Eriska yang kini sudah menduduki tubuhnya.

Tangan Eriska bergerak mencakar dan menarik rambut Yasmin. Wanita itu bahkan dengan brutal melayangkan tinjunya ke wajah Yasmin hingga membuat Yasmin membelalakkan dengan rasa sakit yang luar biasa.

"Sialan kamu wanita sial!"

Yasmin tentu sudah kesakitan. Wanita itu kemudian mulai bergerak dan mendorong tubuh Eriska dari atasnya dengan kuat.

Tidak sampai  di situ saja, Yasmin kini bergerak dan mulai menindih Eriska. Pergulatan mereka di aspal dan di jalan tentu saja menarik perhatian terutama suara Yasmin dan juga Eriska yang terus berteriak.

"Kamu rasakan ini!" Yasmin memberi tamparan berulang kali ke pipi Eriska dan tidak lupa untuk melayangkan tinjunya ke wajah wanita itu.

Sementara Eriska sendiri sudah mengerut kening kesakitan.

Satpam yang berada di beberapa rumah tetangga langsung bergerak kemudian mulai memisahkan kedua wanita itu.

Yasmin sudah tidak sadarkan diri. Begitu juga dengan Eriska yang kini sudah pingsan setelah mendapat bogeman terakhir yang dilayangkan oleh Yasmin ke sudut matanya.

Panik tentu saja dirasakan oleh para tetangga dan juga satpam. Mereka bertugas memanggil orang rumah Yosep untuk memberitahu pria itu kondisi istrinya, sementara sisanya langsung membawa ke rumah sakit tanpa menunggu ambulans.

Lebam di wajah Yasmin dan Eriska dapat dilihat jelas. Hanya saja kondisi Eriska yang paling mengenaskan membuat beberapa suster meringis ngeri.

Sepertinya pergulatan dua wanita itu memang sangat sadis.

Yosep yang berada di kantor tiba-tiba mendapat telepon dari Bu Lina yang mengatakan jika istrinya dilarikan ke rumah sakit tak sadarkan diri.

Panik mendera pria itu. Segera ia langsung pergi mengambil kunci mobil dan juga membawa ponselnya keluar dari ruangannya.

Pria itu menitip pesan pada sekretarisnya karena ia tidak akan kembali hari ini dan meminta pekerjaannya dikirim ke alamat rumahnya.

Yosep tidak mengerti mengapa istrinya bisa berada di rumah sakit sementara saat ia tinggalkan pergi tadi ke kantor jelas istrinya masih dalam kondisi sehat walafiat.

Pria itu melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh. Kemudian tiba di area parkiran langsung pergi ke menuju ruangan yang sudah disebutkan oleh Bu Lina.

Sesampainya, Yosep melihat seorang pria yang merupakan tetangga komplek berdiri bersama Bu Lina.

"Istri saya kenapa, Bu? Kenapa bisa dia tiba-tiba pingsan? Sementara yang saya tahu dia baik-baik saja saat saya pergi meninggalkan rumah."

Ekspresi wajahnya yang cemas tentu tidak menutupi kekhawatirannya.

"Saya juga tidak tahu, Mas. Tiba-tiba saya tadi diberitahu sama satpam kalau mbak Yasmin pingsan di tengah jalan. Ternyata setelah saya tiba di sana bukan hanya Mbak Yasmin yang ada di lokasi kejadian tapi juga Mbak Eriska. Kata beberapa satpam di sana, Mbak Eriska yang lebih dulu menyerang Mbak Yasmin dan mereka sempat bergulat dulu."

Yosep membelalakkan matanya. Amarah langsung membumbung di dada pria itu mengetahui jika istrinya terluka dan pingsan karena ulah dari mantan kekasihnya itu.

"Mas Yosep tenang dulu. Nanti kita bicarakan dulu baik-baik dengan Mbak Yasmin. Apa mungkin ada kesalahpahaman di sini?" Tetangga Yosep berusaha untuk menenangkan pria yang sudah tersulut emosi itu.

"Tidak ada kesalahpahaman, Pak. Kebetulan wanita yang bertengkar dengan istri saya adalah mantan kekasih saya dulu." Yosep berkata dengan tenang. "Kalau begitu saya titip sebentar Yasmin. Saya  akan menghubungi pengacara saya dulu."

Yosep segera berbalik pergi dan menghubungi pengacaranya untuk membuat laporan ke kantor polisi. Sejujurnya ia juga sudah sangat muak dengan segala tingkah laku Eriska.

Daripada menunggu lama dan menunggu wanita itu berubah, lebih baik dia dipenjara sekalian.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang