Bab 39
Pemandangan indah memenuhi penglihatan Yasmin ketika tiba di ballroom tempat di mana acara pernikahan salah satu sahabat suaminya.
Hansel.
Pria yang ia ketahui jarang menjalin hubungan serius dengan seorang wanita tiba-tiba saja sudah menikah hari ini.
Sebenarnya, Yasmin ragu apakah Hansel adalah jenis pria yang setia? Mengingat jika riwayat pacaran pria itu bahkan tidak lebih dari 3 bulan dengan mantan-mantan kekasihnya.
"Aku tidak menyangka kalau Bang Hansel akan menikah. Lebih dulu daripada bang Rega," komentar Yasmin. Wanita itu berdiri sambil melirik suaminya yang berdiri di sebelahnya.
Mengenakan gaun abu-abu dengan belahan sampai di atas lutut dengan panjang sampai mata kaki, Yasmin tampak anggun dengan rambut terikat satu. Sementara lengannya tertutup sampai pergelangan tangan.
Ekspresi wajahnya terlihat tenang, begitu juga dengan Yosep yang kini berdiri di sebelahnya.
"Itulah jodoh, tidak ada yang tahu. Tapi kalau kamu, Abang udah tahu kalau kamu adalah jodoh Abang."
"Kenapa bisa begitu? Bukankah abang dulu hampir menikah dengan Eriska? Aku masih tidak lupa waktu Abang menolak aku," ujar Yasmin mengungkit masa lalu.
"Kamu salah paham, Sayang. Abang itu tidak menolak kamu. Abang hanya terkejut karena kamu yang masih SMA tiba-tiba sudah menyatakan cinta. Abang juga merasa marah, karena kamu tidak fokus pada pelajaran." Yosep berkata sambil mengusap kepala istrinya. "Waktu kamu pergi ke luar negeri, Abang juga menyesal membuat kamu pergi. Yah, Abang baru sadar kalau abang ternyata mencintai kamu. Abang hanya tidak mau hubungan persaudaraan kita rusak."
"Iya tapi abang tetap cinta sama Eriska."
"Tidak juga. Abang menjalin hubungan sama dia karena memang dia yang mendekati Abang dan mama sudah terus-terusan bertanya kapan abang menikah. Kamu tahu sendiri kalau abang tidak pernah bisa menolak permintaan mama."
"Untung aja Abang tidak jadi menikah dengan wanita psikopat itu."
"Kalaupun dia tidak kabur pada hari itu, abang punya banyak rencana buat dia pergi dan membatalkan pernikahan itu."
"Oh, iya?" Yasmin agak tertarik dengan fakta yang baru ia ketahui ini. "Kalau begitu kenapa Abang ajak dia nikah?"
"Dia yang mengajak Abang menikah. Mama juga sudah terus membujuk Abang untuk menikah. Setidaknya kalau abang membatalkan pernikahan, Mama pasti akan kecewa. Maka dari itu, Abang yang akan buat dia membatalkan pernikahan kami." Pria itu tersenyum miring menatap istrinya. "Abang tahu pada hari itu kamu pasti akan pulang ke Indonesia. Jadi, Abang sudah sangat yakin kalau kamu yang akan menjadi istri Abang. Kamu, satu-satunya perempuan yang Abang harapkan."
Pria itu bergerak mengecup kening istrinya, membuat Yasmin merona merah.
Tak lama kemudian mereka akhirnya pergi ke pelaminan untuk memberi selamat pada pasangan pengantin yang baru saja menggelar pernikahan mereka hari ini.
"Selamat, bro. Tidak menyangka kalau kamu yang lebih dulu menikah daripada Rega," ujar Yosep menatap Hansel.
"Itulah jodohku yang lebih dulu tiba daripada Rega." Hansel dan Yosep saling bersalaman. "Ngomong-ngomong, di mana Rega? Aku tidak melihatnya," tanya pria itu.
"Dia agak terlambat datangnya. Soalnya Rena hari ini merajuk karena melihat dia jalan dengan mantannya waktu SMP dulu," sahut Yosep.
"Bodoh sekali Rega itu." Hansel terkekeh. "Oh, iya, kenalin ini Hana, istriku. Yasmin, kalian nanti bisa ngobrol bareng," ujar Hansel, menatap Yosep dan Yasmin.
"Aku Yasmin, Mbak. Lebih muda beberapa tahun dari mereka." Yasmin mengulurkan tangannya pada Hana.
"Aku Hana. Senang kenalan dengan kamu, Yasmin," sambut Hana dengan senyum tipis.
"Iya, Mbak. Kapan-kapan kita boleh nongkrong bareng, tanpa suami yang harus menguntit dari belakang," timpal Yasmin, tidak lupa melirik pada Yosep.
"Kemanapun kamu pergi, Abang izinkan. Asal kamu harus minta izin dulu," sahut pria itu.
Yasmin menganggukkan kepalanya.
Mereka kemudian segera turun dari pelaminan karena sudah ada antrian di belakang.
"Mau minum apa? Non alkohol, ingat kalau kamu sedang hamil, Sayang," ujar Yosep.
"Jus aja kalau begitu. Aku juga tidak terlalu suka dengan alkohol." Yasmin menjawab pertanyaan suaminya.
Segera Yosep mengambil cake dan juga jus jeruk untuk istrinya.
Saat keduanya sedang menikmati hidangan yang disajikan di prasmanan, mereka kedatangan Rega dan juga Rena.
"Kalian dari mana saja? Kenapa bisa terlambat datang?" Yosep bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Biasa, aku menunggu tunanganku berdandan terlebih dahulu." Rega menjawab sambil merangkul pundak Rena.
Sementara Rena yang di sebelahnya tidak merespon apa-apa. Ekspresi wajahnya masih terlihat datar menandakan jika hubungan mereka tentu tidak baik-baik saja.
Yasmin juga tidak ikut berkomentar karena memang hubungan Rega dan juga Rena bukan urusannya.
"Ya sudah kalau begitu, kalian kasih selamat dulu ke Hansel dan Hana. Tadi kami sudah sempat mengucapkan selamat."
"Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu." Rega melemparkan senyumnya pada pasangan suami istri itu sebelum akhirnya ia berbalik dengan masih merangkul pundak Rena dengan erat.
Yasmin menatap keduanya yang sudah berlalu pergi, kemudian beralih menatap Yosep. "Kalau abang seperti Bang Rega yang masih jalan sama cewek lain di luar sana, aku tidak akan bersikap seperti Rena. Aku akan lebih suka untuk meninggalkan abang daripada ribut-ribut terus," kata Yasmin terang-terangan.
Yosep yang mendengarnya tentu tersedak.
"Aku tidak akan seperti Rega yang masih peduli dengan wanita lain. Satu-satunya wanita yang aku pedulikan dalam hidup ini adalah kamu dan calon anak kita."
"Prinsip yang bagus untuk laki-laki yang setia. Selingkuh itu bisa berawal dari saling curhat dan bertemu di luar tanpa sepengetahuan istri. Mau apapun namanya, tetap saja namanya selingkuh. Selingkuh bertemu, selingkuh mata, dan masih banyak jenis selingkuh lainnya."
"Kamu tenang aja kalau soal itu, Sayang." Yosep kembali merangkul pinggang Yasmin sambil menatap istrinya itu dengan senyum manis. "Aku akan setia dan kamu adalah wanita satu-satunya yang akan ada dalam hidup aku."
Yasmin merasakan debar jantungnya semakin hebat saat berada dalam dekapan pria yang berstatus sebagai suaminya ini.
Mengalihkan pembicaraan ke arah lain, itulah yang dilakukan oleh Yasmin karena takut dia akan menjadi semakin salah tingkah di hadapan Yosep.
"Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan kasus Eriska?" Yasmin tiba-tiba teringat tentang kasus yang menimpa Eriska. Sepertinya hukuman penjara agak lama dialami oleh Eriska mengingat jika kasusnya lumayan berat.
"Aku tidak tahu. Masalah dia yang menganiaya kamu juga sudah masuk dalam laporan polisi. Jadi, mungkin dia terkena beberapa pasal." Yosep menjawab pertanyaan Yasmin. Meskipun Eriska saat ini ditahan karena kasus pembunuhan terhadap Marco, ia akan tetap memasukkan laporannya juga.
"Gimana dengan anak yang ada di kandungannya?" Semenjak hamil tentu Yasmin memiliki perasaan sensitif.
"Itu urusan keluarganya. Lagi pula menurut pengakuan Eriska, kalau dia sering diperlakukan kasar oleh Marco. Apalagi semenjak uang tabungan mereka habis, Marco sudah sering main tangan. Ternyata, Marco juga melarikan uang vendor beberapa kliennya dengan kerugian total hampir 2 miliar. Menurut pengakuan Eriska juga, Marco ternyata sering main judi online juga."
Yasmin yang mendengarnya langsung menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Benar-benar terlalu banyak plot twist yang terjadi di kehidupan mereka, terutama Eriska yang nyatanya membunuh pacarnya sendiri karena sering mendapatkan perlakuan kasar.
"Ya sudah, kita tidak usah memikirkan mereka. Kita pikirkan saja masa depan kita dan juga bayi yang sedang kamu kandung. Semoga, bayi kita lahir dengan selamat dan sehat walafiat."
"Amin, Bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]
Roman d'amour⚠️❕❗ Ini konten ada adegan 21++ harap bijak membaca. Btw, ini dari wattpad-nya yakk yg buat babnya acak. Bukan karena disengaja. SINOPSIS Kepulangan Yasmin ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, setelah hampir 8 tahun ia tidak pulang k...