Bab 31. Kembali

2.4K 154 3
                                    

Bab 31. Kembali

Yasmin duduk di pangkuan Yosep sambil menatap pada pemandangan di jalanan yang ramai oleh para pemuda yang membawa bedug dan juga pentungan.

Suara mereka yang berteriak sambil bernyanyi membangunkan sahur orang-orang sekitar.

Ini memang sudah menjadi sebuah kebiasaan yang agak sulit untuk dihilangkan. Meskipun terkadang ada beberapa warga yang mengeluh karena terganggu, namun tidak ada yang langsung memarahi mereka. Lagi pula acara bangun sahur seperti ini hanya dilakukan satu tahun dalam satu bulan penuh.

Lampu teras kediaman tempat tinggal Yosep sudah dimatikan sehingga keduanya duduk di antara gelapnya malam namun masih bisa memperhatikan orang-orang yang membangunkan sahur.

"Sayang, turun sebentar. Abang mau panggil anak-anak itu dulu." Yosep berbisik di telinga Yasmin, agar istrinya turun terlebih dahulu.

Tidak menjawab ucapan suaminya, wanita itu turun dan duduk di kursi sebelah yang diduduki oleh Yosep.

Sementara suaminya melangkah masuk terlebih dahulu dan tak lama kemudian keluar.

"Abang mau ngapain?" Yasmin bertanya. Wanita cantik itu mengenakan piyama satin berwarna putih, sehingga ia dapat dilihat dari jarak sedekat ini. Begitu juga dengan Yosep yang mengenakan baju kaos berwarna putih.

"Abang mau berbagi rezeki dengan anak-anak itu.  Tidak apa-apa 'kan?" Pria itu tersenyum menatap istrinya.

"Tentu saja tidak apa-apa. Kenapa aku harus melarang Abang untuk berbagi rezeki?"

Yosep tersenyum dan mengacak rambut istrinya.

Pria itu kemudian melangkah mendekati pagar pembatas di teras rumah.

"Hei, dek!"

Beberapa kali Yosep memanggil membuat beberapa anak-anak yang berada di depan jalan tersadar jika ada orang di teras.

"Pak Yanuar panggil kami?" Salah seorang pemuda melangkah mendekat, dengan kerutan di dahi berusaha untuk melihat sosok pria yang berada di atas rumah yang tidak terlihat jelas karena lampu teras yang dimatikan.

"Bukan. Saya anaknya Pak Yanuar." Yosep berkata seraya menuruni anak tangga. "Ini, saya ada rezeki sedikit. Kamu bisa bagi-bagi dengan teman-teman kamu yang lain," kata Yosep.

Pria itu menyerahkan beberapa lembar uang merah yang disambut dengan tatapan tercengang oleh pemuda itu.

"Beneran, mas? Ini buat kami?" Diterangi lampu di bawah dengan lampu-lampu milik tetangga tentu saja ia dapat melihat sekilas jika lembaran uang yang ia pegang adalah uang 100-an.

"Iya. Ambil aja buat kalian."

"Ya Allah, terima kasih banyak, ya, Mas. Semoga Allah balas kebaikan Mas berkali-kali lipat."

Doa tulus itu disebutkan oleh pemuda itu yang diaminkan oleh Yosep tentunya.

Pria itu segera naik lagi ke lantai atas sementara pemuda yang tadi langsung berlari sambil berteriak pada teman-temannya jika mereka mendapatkan rezeki dari anaknya Pak Yanuar.

"Terima kasih anaknya Pak Yanuar!"

Berhubung mereka tidak tahu nama anak pak Yanuar maka mereka menyebutkan nama pria yang sudah baik hati untuk membantu para warga desa untuk mendapatkan air bersih tanpa harus pergi ke sungai.

Setelah itu mereka berlalu pergi, meninggalkan rumah panggung yang ditempati oleh Yosep beserta papa dan juga istrinya.

"Kelihatan mereka bahagia sekali dapat uang," komentar Yasmin.

"Iya. Itu kebahagiaan tersendiri bagi kita karena bisa berbagi dan orang yang menerimanya sangat bahagia," balas Yosep.

Tangan pria itu bergerak mengusap pipi istrinya lembut dengan senyum manis tentunya.

__

Sudah satu minggu ini Yasmin dan juga Yosep menghabiskan waktu di kampung halaman tempat di mana mamanya tinggal dan dimakamkan.

Keduanya memutuskan untuk pulang karena mereka harus kembali beraktivitas seperti biasa. Yasmin dengan kesibukan bekerja online, dan Yosep bekerja di perusahaan menjadi pemimpin menggantikan posisi Pak Yanuar.

Bu Lina menyambut kedatangan keduanya dengan senang hati. Pasalnya baru kemarin ia tiba di kota ini setelah diberi waktu cuti beberapa hari untuk pulang kampung. Gajinya tetap tidak dipotong hingga membuat bu Lina merasa bahagia dan semangat untuk bekerja. Mendekati hari raya mungkin ia akan pulang kampung lagi dan hal ini membuatnya merasa senang.

"Mbak, mau dimasakan apa untuk buka puasa ini?" Bu Lina bertanya pada Yasmin yang sedang bersantai sambil menonton layar televisi.

"Apa aja deh, Bu. Saya tidak ada request khusus. Ah, nanti saya akan tanya bang Yosep dulu."

Yasmin segera menghubungi Yosep yang berada di kantor. Wanita itu menanyakan apa makanan yang ingin dimasak untuk buka puasa hari ini.

"Tidak ada makanan khusus, Sayang. Abang lagi tidak pengen makan apa-apa. Masak aja seperti biasa bilang sama bu Lina," jawab Yosep.

"Ou, ya udah kalau begitu aku tutup teleponnya."

Yasmin mematikan sambungan telepon dan mengatakan apa yang diucapkan oleh Yosep pada bu Lina.

Wanita itu kemudian bangkit berdiri masuk ke dalam kamarnya. Niatnya hari ini ia akan menemui sahabat-sahabatnya. Sudah hampir seminggu lebih ia tidak bertemu dengan mereka yang sudah sangat sibuk

Yasmin tiba di kediaman Agnesia dan Angela. Sudah ada Jennifer yang lebih dulu tiba, seperti pengangguran saja sahabatnya ini.

"Enak sekali hidup menjadi pengangguran. Kamu bahkan sudah tiba lebih dulu daripada aku," sindir Yasmin menetap Jennifer.

Wanita itu meletakkan clutch di atas meja secara sembarangan sambil menatap ke arah Jennifer.

Yasmin tahu jika sahabatnya ini sudah mengundurkan diri dari perusahaan karena sudah tidak tahan dengan segala tingkah laku bosnya.

"Kamu kira enak jadi pengangguran? Tidak ada pekerjaan dan tidak ada pemasukan."

"Apa Kamu kira aku ini bodoh? Tidak bekerja selama puluhan tahun juga tidak akan membuat kamu hidup kesusahan."

Yasmin menatap sarkas pada Jennifer yang memang terlahir dari keluarga kaya raya. Meskipun dia merupakan anak broken home, pemasukan uang bulanan dari keluarganya tidak berkurang dan justru bertambah dari tahun ke tahun.

Jennifer mengangkat bahunya acuh. "Aku sudah melakukan berbagai macam cara agar pria itu tidak mendekatiku lagi. Hasilnya?" Jennifer menatap Yasmin. "Nol besar. Makanya sekarang ini aku sudah tinggal untuk sementara waktu di rumah ini. Beruntung lagi pria itu tidak tahu menahu tentang seluk-beluk kehidupanku."

"Kamu yakin dia tidak tahu apa-apa?" Angela yang duduk di antara mereka menatap pada Jennifer. "Bukankah dia memiliki uang dan kekuasaan? Seharusnya tidak sulit untuk menemukan informasi tentangmu."

"Aku sudah meminta pada temanku untuk menutup informasiku supaya dia tidak bisa menyewa hacker untuk mencari data diriku." Jennifer tersenyum pongah dengan kebanggaan yang terlihat dari raut wajahnya.

"Ah, terserah kalian mau bilang apa. Ngomong-ngomong kalian memang tidak ada akhlak. Saat aku datang kalian justru sedang asyik makan enak di sini," sindir Yasmin.

Wanita itu menatap pada banyaknya hidangan makanan di atas meja. Belum lagi minuman beralkohol yang berjejer dengan cantik.

"Kami lupa kalau kamu puasa hari ini. Ya sudah, minta sama pelayan untuk menyimpan semuanya, demi menjaga kamu." Agnesia berkata seraya menatap Yasmin.

Mereka memang berbeda tapi bukan berarti mereka tidak toleransi. Hanya saja mereka benar-benar lupa jika ini adalah bulan Ramadan dan Yasmin sedang merayakannya.

"Sudahlah tidak apa-apa. Lagi pula aku hanya bercanda. Aku tidak akan mudah tergoda hanya melihat hidangan di atas meja. Nanti sore aku bisa menikmatinya sepuasnya," sahut Yasmin santai.








Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang