2: Sah!

11.3K 339 2
                                    

Bab 2. Sah!

"Saya terima nikah dan kawinnya Yasmin Theodora binti Abdillah dengan satu buah rumah mewah serta uang senilai 3,7 M  dibayar tunai."

Acara ijab kabul dilantunkan dengan khidmat dan diucapkan dengan lantang oleh Yosep Adipura.

Suaranya yang berat dan juga tajam menggema melalui microphone sehingga tamu yang hadir mendengar dengan jelas.

Ekspresi wajah Yasmin sejak tadi hanya datar.

Hal yang tidak pernah disangka dalam hidupnya ketika pulang ke Indonesia, ia justru diminta untuk menikah dengan kakaknya.

Ketika kata sah terdengar menggema, barulah Yasmin sadar jika saat ini ia sudah berstatus sebagai istri dari Yosep Adipura.

"Nah,  Mbak Yasmin boleh cium punggung tangan suaminya. Saat ini Mbak Yasmin sudah sah sebagai istri dari Mas Yosep."

Suara pak penghulu yang terdengar membuat Yasmin tersentak. Wanita itu menatap pak penghulu kemudian beralih menatap Yosep yang kini duduk di sebelahnya.

"Ayo, Mbak." Penghulu tersenyum menatap Yasmin.

"Harus cium punggung tangannya?" Yasmin bertanya dengan polos, disambut tawa beberapa orang yang mendengarnya.

"Tentu saja, Mbak. Ayo."

Yasmin kemudian berbalik mengulurkan tangannya yang disambut Yosep dengan ekspresi dinginnya.

Baru kemudian Yasmin mencium punggung tangan Yosep.

"Mas boleh cium kening istrinya."

Yosep kemudian meletakkan kedua tangannya di kepala Yasmin dan menarik untuk mengecup kening istrinya itu.

"Nah, Mbak Yasmin dan juga Mas Yosep sudah sah menjadi pasangan suami istri. Kita berdoa semoga pernikahan Mbak Yasmin dan juga Mas Yosep langgeng sampai maut memisahkan."

Sejak tadi ada banyak fotografer yang mengambil gambar mereka dan Yasmin sama sekali tidak peduli.

"Mama!"

Ini adalah suara teriakan pak Yanuar yang membuat mereka semua menoleh dan menatap Mama Wilda kini  terbaring dalam pelukan pak Yanuar.

Yasmin bergerak mendekati mamanya itu. Begitu juga dengan Yosep yang kini sudah menggenggam tangan Mama Wilda.

"Mama kenapa? Kenapa wajah mama pucat? Mama juga berkeringat dingin. Ma, Mama sakit? Kalau begitu kita bawa Mama ke rumah sakit sekarang, Pa," ucap Yasmin dengan panik. Wanita itu mendongak menatap papanya yang kini sudah berderai air mata.

"Ya-Yasmin, Mama tidak mau dibawa ke rumah sakit. Mama mau langsung pulang ke rumah, Nak." Tangan dingin Mama Wilda menggenggam tangan Yasmin, kemudian terulur untuk mengambil tangan putranya. "Kalian sudah menjadi pasangan suami istri. Yosep, Mama minta tolong untuk jaga Yasmin. Dia tidak hanya adik kamu, tapi juga istri kamu."

Suara mama Wilda semakin memelan. Wajahnya pun semakin pucat dengan bibir yang membiru.  Napas wanita itu juga tersendat-sendat berusaha untuk  tetap bisa berbicara dengan anak-anaknya.

"Mama sayang kalian berdua, Nak." Mama Wilda mencoba untuk menarik sudut bibirnya. Wanita itu kemudian menatap suaminya dan mengusap wajah pak Yanuar yang kini sudah berlinang air mata. "Ke desa, Pa," ucapnya, dengan susah payah.

Tangan wanita itu kemudian dengan lemas turun sendiri sampai mengenai bagian perutnya. Mama Wilda mengucapkan kalimat syahadat sebelum akhirnya wanita itu menghembuskan napas terakhirnya dalam pelukan kedua anak serta suaminya.

"Ma? Mama? Pa, Mama kenapa? Kenapa tubuh Mama lemas?" Yasmin dengan panik mencoba untuk menggerakkan tangan mamanya, dan berusaha untuk membangunkan beliau yang berakhir dengan sia-sia.

"Mama sudah pergi, Nak. Mama pergi meninggalkan kita semua," ucap Yanuar, menatap putrinya.

"Tidak! Mama tidak mungkin pergi meninggalkan kita! Ini pasti salah. Apa di sini ada dokter? Tolong, tolong periksa Mama saya!" Yasmin berteriak pada para tamu undangan yang kini sudah berkumpul.

Tak lama kemudian seorang dokter paruh baya muncul di antara kerumunan dan mulai memeriksa kondisi Mama Wilda. Setelah diperiksa dengan cermat, dokter tersebut menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sedih.

"Mama kalian sudah pergi."

"Tidak!"

Yasmin yang tidak terima dengan kenyataan ini spontan berteriak sampai akhirnya tubuhnya melemas dan jatuh ke sisi samping di mana Yosep berada.

Segera Yosep menahan tubuh Yasmin yang kini sudah lemas tak berdaya.

"Tolong panggil ambulans untuk membawa istri saya langsung ke rumah." Pak Yanuar meminta pada anggota keluarganya yang lain sambil mengangkat tubuh Mama Wilda keluar dari gedung.

Begitu juga dengan Yosep yang mengangkat tubuh Yasmin mengikuti pak Yanuar dari belakang.

Adegan yang begitu cepat berlangsung di hadapan para tamu undangan. Mereka tidak pernah menyangka jika mereka akan menyaksikan tiga peristiwa sekaligus dalam satu acara.

Pertama, saat mempelai pria ditinggalkan oleh calon mempelai pengantin dengan laki-laki lain.

Kedua, saat mengetahui jika putri bungsu dari pak Yanuar dan juga  Wilda yang menggantikan calon mempelai pengantin tersebut. Kalau soal Yasmin yang merupakan anak angkat dari Yanuar dan juga Wilda memang sudah tersebar dan tidak ada yang aneh akan hal tersebut.

Kemudian bagian terakhir di mana Wilda menghembuskan napas terakhirnya pada saat putranya selesai mengucapkan ijab Kabul.

Hal yang tentu saja akan menjadi berita fenomenal di lingkungan sekitar terutama karyawan-karyawan yang bekerja di kantor tempat di mana Yosep memimpin perusahaan.

Sesuai dengan permintaan Mama Wilda saat beliau masih hidup jika beliau ingin dimakamkan di kampung halaman tempat di mana beliau dilahirkan.

Tentu saja pak Yanuar mengikuti kemauan istrinya itu. Maka dari itu jenazah langsung dibawa ke kampung halaman Mama Wilda dan dimakamkan di belakang rumah Mama Wilda semasa kecil tinggal.

Yasmin yang tidak terima dengan kenyataan tersebut terus menangis. Wanita itu bahkan histeris saat melihat detik-detik mamanya akan dimasukkan ke liang lahat. Melihat putrinya yang begitu histeris, pak Yanuar tidak tega dan memeluk putrinya itu.

Ada banyak kerabat yang datang untuk bertemu mama Wilda terakhir kalinya. Terutama para kerabat yang berada dalam satu kampung yang sama dengan mama Wilda.

Semua mendoakan dengan tulus kepergian wanita yang begitu baik pada mereka.

"Ya Allah, Mama. Mama kenapa tega meninggalkan aku sendiri? Mama tahu tidak, kalau tidak ada mama di dunia ini, siapa yang bisa menuntun aku? Siapa yang akan menelpon aku untuk menanyakan aku sudah makan atau belum. Maaa," ujar Yasmin sambil terus menangis.

Hal yang tidak pernah terduga dalam hidupnya adalah ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah merawatnya sejak ia berusia 5 tahun. Wanita yang dengan tulus memperlakukannya layaknya seperti anak kandung sendiri. Wanita yang akan membela dirinya jika dikatakan anak pungut oleh anak-anak lain. Wanita yang akan menangis ketika ia dalam kondisi sakit.

"Sudah, Yasmin. Mama sudah tenang di alam sana. Kalau kamu menangis seperti ini terus, Mama kamu juga akan bersedih. Kamu harus ikhlas, Nak. Papa yakin kalau mama kamu tidak akan senang melihat kamu menangis seperti ini," ujar pak Yanuar menenangkan putrinya.

Yasmin memilih diam dengan air mata yang terus mengalir. Wanita itu kembali jatuh tak sadarkan diri, yang membuat Yosep segera kembali mengangkat tubuh Yasmin untuk dibawa kembali ke rumah.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang