Bab 32. Benih cinta

3.6K 156 3
                                    



Bab 32

"Jadi, bagaimana perasaanmu dengan Bang Yosep? Apa kamu sudah jatuh cinta lagi dengan dia?"

Yasmin yang sedang mengecat kukunya langsung menoleh menatap pada Agnesia saat mendengar pertanyaan dari sahabatnya ini.

Angela dan juga Jennifer ikut menoleh menatap penasaran pada jawaban yang akan didengar oleh mereka dari mulut Yasmin.

"Tidak sulit untuk jatuh cinta dengan Bang Yosep. Hanya saja kalian tahu sendiri dulu aku pernah membencinya karena dia menolakku. Tapi, sekarang dia mungkin mencintaiku."

Yasmin memang beberapa kali pernah mendengar pernyataan cinta yang dilontarkan oleh Yosep. Hanya saja wanita itu tidak terlalu mau ambil pusing lagi. Mereka sudah sama-sama dewasa dan ungkapan cinta maupun sayang tidak perlu terus-menerus diutarakan.

"Berarti kamu sudah jatuh cinta lagi dengan dia," tegas Angela menatap Yasmin. "Kami berdoa saja semoga rumah tangga kamu dengan Bang Yosep berjalan dengan sempurna sampai menua nanti."

"Terima kasih atas doa kalian." Yasmin tersenyum tulus. "Aku juga berdoa semoga kalian segera menemukan jodoh kalian."

"Jodohku masih lama. Kalaupun ada, entahlah aku juga tidak yakin akan menikah," ucap Agnesia.

Melihat banyaknya rumah tangga yang hancur berantakan membuat Agnesia entah mengapa enggan untuk menjalin hubungan. Terlebih lagi mereka juga berasal dari keluarga yang bisa dibilang tidak sempurna.

Kekayaan memang mereka miliki, tapi tidak dengan kehangatan keluarga. Bisa dikatakan nasib mereka berempat nyaris sama. Hanya saja Yasmin dibesarkan dengan penuh cinta oleh kedua orang tua angkatnya.

"Ngomong-ngomong, kamu tidak ada niat untuk mencari kedua orang tua kandung kamu?" Tiba-tiba saja pertanyaan ini dilontarkan oleh Jennifer pada Yasmin.

"Orang tua kandungku? Aku tidak peduli dengan mereka. Sama ketika mereka membuangku, untuk apa aku harus mencari? Bukankah sesuatu yang dibuang berarti memang tidak berguna?" Yasmin tidak ambil pusing dengan kedua orang tua kandungnya. "Lagi pula mau mencari ke mana, sementara tidak ada identitas apapun tentangku. Panti tempat aku diambil dulu juga sudah tidak ada lagi. Kecil kemungkinan aku bisa bertemu dengan kedua orang tua kandungku dalam hidup ini."

Agnesia mendekati Yasmin kemudian menepuk pundak sahabatnya itu pelan. "Kamu adalah anak dari Pak Yanuar dan juga Bu Wilda. Jadi, kamu tidak perlu mencari keberadaan mereka."

"Aku tidak mencari mereka. Membayangkan atau memikirkan pun tidak." Yasmin berkata secara terang-terangan.

Girls time siang ini berjalan dengan lancar sampai akhirnya Yasmin memutuskan untuk pulang karena sebentar lagi Yosep akan tiba di rumah.

Sayangnya saat tiba di rumah ia justru keduluan oleh Yosep sehingga saat ini ia sedang ditatap tajam oleh suaminya itu.

"Kenapa pergi tidak bilang-bilang?" Pria itu bertanya dengan nada yang biasa saja. Hanya saja ekspresi wajahnya yang menyeramkan membuat Yasmin menelan ludahnya dengan gugup.

"A-aku tadinya mau pamit sama abang tapi aku takut Abang tidak mengizinkan. Makanya aku pergi tidak kasih tahu Abang. Abang marah? Maaf, ya?" Yasmin mengerjap polos menatap pada suaminya.

Sementara Yosep yang tidak tahan dengan ekspresi wajah istrinya hanya bisa menghela napas. Tangan pria itu terulur menatap istrinya dan tidak bisa marah lama-lama.

"Ya sudah kalau begitu kamu siapkan baju, soalnya Abang mau mandi."

"Mau mandi bareng?" Yasmin menaik turun alisnya, membuat pria itu mendengus.

"Kalau saja tidak puasa," gumam pria itu.

Mengerti dengan arti tatapan suaminya, Yasmin buru-buru menuju kamar mereka meninggalkan Yosep yang terkekeh dengan tingkah laku menggemaskan istrinya ini.

Tak lama kemudian ia mendapat telepon dari satpam di depan yang mengatakan jika ada seorang perempuan bernama Eriska yang mau datang berkunjung.

"Suruh dia pulang dan katakan kalau saya tidak ingin bertemu," kata Yosep tegas.

Pria itu mematikan sambungan telepon dan memutuskan untuk masuk ke dalam guna membersihkan dirinya.

Tidak ia pedulikan jika Eriska ada di luar sana. Apapun yang terjadi pada Eriska jelas bukan urusannya lagi karena saat ini prioritas utamanya tentu saja Yasmin.

Sementara Eriska yang berada di luar hanya bisa menangis untuk yang kesekian kalinya akibat penolakan yang dilakukan oleh Yosep.

Kalau tahu dirinya tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali dengan Yosep, Eriska tidak akan kabur dengan Marco. Ternyata termakan bujuk rayu oleh pria itu membuat kehidupan Eriska benar-benar berantakan.

Wanita itu pulang dengan kecewa. Tiba di rumah ia juga disambut oleh tatapan dingin kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya belum mau memaafkannya meskipun ia sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Tetap saja Eriska yang bersalah.

"Kamu masih bertemu dengan Yosep? Bukannya kamu sudah tahu kalau dia sudah punya istri? Kenapa masih mau mengganggu dia?" Mamanya Eriska bertanya pada putrinya yang sudah membuat kecewa.

"Aku cinta dengan mas Yosep, Ma. Tidak mungkin aku melepaskannya dengan begitu mudah."

"Faktanya kamu memang sudah melepaskan dia. Kamu jangan membuat ulah lagi yang akan membuat nama baik keluarga kita semakin berantakan. Cukup kamu membuat kami malu dengan kamu yang tidak menghadiri acara pernikahan kamu sendiri. Sekarang kamu tanggung risikonya," ujar mamanya Eriska.

Andai saja Eriska bukan putrinya mungkin ia tidak akan mau lagi bertemu dengan anak yang sudah mengecewakannya serta suaminya. Tidak tanggung Eriska juga membuat malu keluarga besar mereka di depan semua orang.

Mamanya Eriska kemudian segera keluar dari kamar putrinya. Detik setelah ia menutup pintu, wanita paruh baya itu dapat mendengar suara putrinya yang berteriak dan menghancurkan barang-barang yang ada di dalam kamar.

Mungkin ini juga salahnya mendidik putrinya sehingga menghasilkan anak yang seperti Eriska. Selalu menggampangkan masalah dan menganggap jika dirinya adalah orang penting yang akan selalu diperjuangkan oleh orang lain.

Eriska mungkin sudah sedikit lebih lama menjalin hubungan dengan Yosep, namun sayang anak perempuannya itu tidak tahu watak Yosep dan keluarganya seperti apa.

Suara adzan berkumandang membuat banyak umat muslim yang sedang menjalani ibadah puasa segera bergegas untuk membuka puasa.

Hal itu tentunya dilakukan oleh Yasmin dan juga Yosep yang langsung pergi menuju ruang makan untuk buka puasa hari ini.

"Kita jalan tarawih bareng, Dek," ujar Yosep pada Yasmin.

"Iya, Bang. Sama Bu Lina juga?"

"Iya, kalau Bu Lina mau ikut tarawih." Yosep membalas ucapan Yasmin. Pria itu kemudian menenggak minumannya  sambil sesekali mencomot gorengan yang ada di depan mata.

Rencananya nanti saat pulang dari tarawih mereka akan makan malam bersama. Baru setelah makan malam, mereka akan melakukan olahraga setelah mengambil jeda sejenak, lalu kemudian dilanjutkan untuk tidur.

Sengaja melakukan olahraga malam hari  karena pada malam hari jika haus bisa minum, kalau lapar tinggal makan. Berbeda kalau berolahraga di siang hari di saat puasa seperti ini, pasti tidak akan kuat.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang