30. Puasa Pertama

3.6K 164 5
                                    


Bab 30. Puasa Pertama

Sore ini Yasmin dan Yosep belanja untuk kebutuhan sahur pertama mereka.

Stok makanan di kulkas milik Pak Yanuar sudah mulai menipis sehingga pasangan suami istri itu memutuskan untuk berbelanja di sebuah tempat yang memang menyediakan semua perlengkapan dalam satu tempat.

Ada warung sembako yang menyatu dengan sayur-sayuran dan juga daging serta ikan sehingga baik Yasmin maupun Yosep tidak perlu harus pergi dari satu tempat ke tempat yang lain.

"Aku kalau masak, rasanya tidak seberapa enak. Gimana, dong, Bang?"

Yasmin memang pernah beberapa tahun tinggal di luar negeri. Namun, ia hanya tahu cara memasak makanan siap saji, bukan bahan mentah seperti ini. Kebanyakan Yasmin lebih memilih untuk memesan makanan atau berlangganan catering di sana.

Yosep yang sedang memilih sayur-sayuran melirik pada istrinya

"Nanti abang yang masak. Adek duduk aja tenang, tunggu abang selesai masak."

"Yah, tidak enak dong. Masa, Abang masak aku cuma duduk-duduk aja."

"Tidak apa-apa." Yosep tersenyum manis menatap istrinya. "Lagi pula Abang juga pengen masakin adek dan papa. Kebetulan kalau urusan masak, Abang bisa." Yosep meletakkan sayur-sayur yang sudah dipilih kemudian memilih bumbu-bumbu dapur lainnya. "Minta ikannya 2 kilo dan ayamnya 3 kilo," ujar Yosep, pada penjual.

"Mas mau ikan yang jenis apa aja?" Penjual itu bertanya seraya menunjukkan jenis-jenis ikan yang diinginkan oleh pelanggannya.

Berhubung mereka ada seminggu di sini akhirnya Yosep memilih beberapa jenis ikan yang bisa dimasak dan disimpan di dalam kulkas. Tidak lupa pria itu juga memilih daging serta hewan-hewan laut seperti udang, kerang, dan lainnya.

Yasmin hanya membantu memilih beberapa bumbu sesuai dengan arahan Yosep sebelum akhirnya mengumpulkan semua barang belanjaan mereka.

Beruntung sebelum datang ke sini mereka sudah membawa persiapan seperti sabun mandi, pasta gigi, dan lain-lainnya sehingga tidak perlu membeli di toko ini juga.

Yosep kemudian mulai membayar tagihan sesuai dengan barang yang diambil.

Saat membawa barang-barangnya tentunya dibantu oleh salah satu pegawai toko sehingga tidak menyulitkan Yosep harus bolak-balik untuk membawa barang-barang.

Setelah membayar tagihan sesuai dengan nota barang yang mereka ambil, Yosep kemudian melaju pergi meninggalkan toko bersama Yasmin yang duduk di sebelahnya.

Lihatlah istrinya itu sedang menikmati keripik singkong pedas manis yang dibeli pada penjual tadi.

Ukuran plastiknya yang sedang membuat Yasmin makan dengan lahap.

"Abang mau?" Yasmin menawarkan pada Yosep karena sejak tadi ia terus mendapati suaminya melirik ke arahnya.

"Tidak. Kamu makan aja," kata Yosep.

Pria itu hanya senang melihat gerakan bibir istrinya mengunyah keripik pedas manis tersebut.

"Yakin Abang tidak mau? Sini biar aku suapin." Yasmin mengambil potongan keripik kemudian mengarahkan ke bibir Yosep, yang langsung membukanya tanpa diminta dua kali. Baru kemudian pria itu mengunyahnya, hingga membuat Yasmin tersenyum melihat ekspresi wajah suaminya.

"Enak 'kan? Renyah dan tidak alot keripiknya. Aku kira tadi kalau keripiknya bakalan alot," kata wanita itu.

"Enak, kok."

"Hmmm. Abang masih mau tidak?"

"Tidak. Nanti abang tidak fokus nyetir."

"Apa hubungannya? Kan, yang menyetir itu tangan Abang dan mata Abang yang lihat ke depan. Mulut Abang fokus buat ngunyah aja," kata Yasmin pada Yosep.

"Bukan itu."

"Terus apa?"

"Tangan kamu sentuh bibir Abang. Pikiran Abang udah ngeres ke mana-mana."

Segera Yasmin menarik kembali tangannya dan merapatkan tubuhnya pada pinggiran pintu sambil menatap waspada pada Yosep.

"Abang jangan macam-macam. Ingat kalau kita ini ada di desa. Tidak boleh melakukan perbuatan yang aneh-aneh, takut pamali." Yasmin berucap sambil menatap Yosep.

__

Malam itu di dalam kamar yang tidak seberapa luas itu, Yosep menggerakkan pinggulnya dengan kedua tangan yang memegang bagian sisi paha Yasmin untuk semakin dilebarkan.

Sementara Yasmin yang berada di bawah, memejamkan matanya menikmati setiap mili gesekan milik Yosep pada inti tubuhnya.

Ukuran milik pria itu tentu saja tidak kecil. Besar dan berurat, adalah perpaduan yang sempurna hingga membuat  liang bagian bawahnya terasa sempit.

"Ugh!"

"Ahh! Adek." Geraman tertahan keluar dari mulut Yosep kemudian menunduk tubuhnya sedikit untuk menghisap puting yang mengacung sempurna.

Pria itu merapatkan tubuhnya pada sang istri sambil terus menggerakkan pinggulnya dengan hentakan kuat. Sementara Yasmin yang berada di bawah terus mendesah dengan kedua tangan yang terus melingkar di leher Yosep.

"Adek, Abang sayang adek. Adek nggak boleh pergi ninggalin Abang. Abang tidak akan membiarkan adek pergi. Adek milik Abang."

Yosep berkata dengan suara serak dan memeluk erat tubuh istrinya.

Kalimat penuh ke-posesif-an ini tentu saja membuat hasrat Yasmin semakin membara.

Wanita itu bahkan menunduk sedikit kepalanya untuk menggigit pundak suaminya.

"Adek punya Abang." Tidak lupa Yasmin berbisik dengan mesra di telinga Yosep, membuat pria itu semakin memacu gerakan pinggulnya dengan gerakan super cepat.

Pergulatan suami istri itu di dalam kamar tentu saja tidak akan didengar oleh pak Yanuar karena kamar pria itu berada di posisi paling depan dekat dengan ruang tamu.

Sementara kamar Yasmin dan Yosep berada di ujung belakang dekat dengan dapur. Sengaja Yosep memilih kamar ini karena tidak ingin apa yang dilakukannya bersama sang istri  tidak didengar oleh papa mereka.

Jam saat ini sudah menunjukkan pukul 02.50 dini hari . Yosep kemudian memakai handuk kimono kemudian melangkah keluar dari kamar. Pria itu kemudian mendekati pintu kamar papanya yang berada di area depan.

Didorongnya pintu yang tidak terkunci, kemudian menatap papanya yang masih terlelap tidur.

Yosep akhirnya kembali ke kamar dan mengangkat tubuh polos istrinya yang hanya ia balut dengan handuk putih.

"Dek, kita mandi sekarang. Nanti abang gendong. Papa masih tidur."

Pria itu berucap dengan santai sambil melangkah keluar dari kamar membopong tubuh istrinya menuju kamar mandi yang terletak di bagian belakang.

Rumah panggung yang ditempati mereka memang memiliki kamar mandi di bagian atas. Meskipun terbuat dari papan, tentunya papan berkualitas berkualitas.

Tempatnya juga sangat rajin dan bersih karena memang Pak Yanuar menyukai kebersihan.

Yosep menurunkan istrinya. Pria itu kemudian menyalakan shower dan dingin langsung menerpa tubuh keduanya.

Tentunya sebelum memulai puasa nanti mereka harus mandi wajib terlebih dahulu mengingat jika mereka berdua baru saja selesai melakukan hubungan badan sekitar 1 jam yang lalu.

"Nanti pasti bakalan banyak anak-anak yang bakalan bangunin sahur." Yosep berkata menatap tubuh istrinya. Tidak lupa ia juga menyabuninya.

"Oh, iya? Ramai berarti. Andai saja ada Mama di sini," sahut Yasmin.

Wanita itu terlihat sangat sedih karena ini adalah Ramadan pertama tanpa sang mama. Biasanya meskipun ia berada di luar negeri sana, Yasmin pasti akan melakukan panggilan video menemani mamanya dan papanya sahur meskipun ada perbedaan waktu.

"Mama sudah bahagia di sana. Di sini kita harus tetap melanjutkan hidup.  Mama tidak akan senang kalau melihat anak-anaknya bersedih." Pria itu kemudian mengusap pipi istrinya dan merasakan cairan hangat yang menandakan jika istrinya menangis. "Jangan menangis. Kita selesaikan acara mandi ini. Nanti mas mau memanaskan makanan untuk sahur kita."

Yasmin mengangguk kemudian keduanya menyelesaikan acara mandi mereka.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang