23. Temani bekerja

5.8K 250 7
                                    

Bab 23. Temani Bekerja


Yasmin membolak-balikkan tubuhnya dengan rasa kesal yang luar biasa. Wanita itu ingin sekali langsung pulang ke rumah namun pria yang berstatus sebagai suaminya tentu saja tidak mengizinkan agar ia bisa pulang ke rumah.

Tentunya dengan tidak tahu malu Yosep justru mengurungnya di dalam kamar yang berada dalam satu ruangan dengan ruang kerja pria itu.

Mau berteriak dan juga melakukan apapun tetap saja aksinya tidak diindahkan oleh Yosep.

"Tuhan, takdir macam apa ini. Kenapa pula aku harus memiliki suami seperti Bang Yosep," keluh Yasmin. Matanya terpejam kesal dengan gigi yang berusaha untuk menarik kain bantal yang ia gigit demi melampiaskan rasa kesalnya pada Yosep.

Sementara pria yang berhasil membuatnya marah dan kesal saat ini justru sibuk bekerja di ruangan sebelah.

Pria itu seolah tidak menyadari jika istrinya yang berada di dalam kamar tengah merasakan bosan yang luar biasa.

Waktu berlalu begitu saja sampai akhirnya jam pulang kantor pun tiba. Yosep menatap jam di pergelangan tangannya yang saat ini sudah menunjukkan pukul 04.00 sore.

Segera pria itu merapikan mejanya dan berkas-berkas yang bertebaran di atas meja kemudian membuka kancing pergelangan tangannya satu persatu dan melipat kemeja putih yang dikenakannya hingga batas siku.

Pria itu kemudian membuka dasinya sedikit serta kancing kemeja bagian atas sebelum akhirnya ia melangkah menuju kamar sebelah.

Membuka pintu sebelah, Yosep kemudian dipertemukan dengan sosok Yasmin yang sedang terlelap di atas tempat tidur.

Posisi wanita itu kepala di bagian bawah, sementara kakinya berada mengarah pada headboard.

Gaya tidurnya pun tidak ada anggunnya sama sekali yang membuat Yosep merasa gemas.

Pria itu segera menghampiri tempat tidur dan berdiri di sebelah Yasmin sambil menunduk dan menatap wanita itu dari jarak dekat.

Tangannya terulur, mengusap kening Yasmin yang membuat wanita itu menggeliat lalu membuka kelopak matanya.

"Apa?" Yasmin bertanya dengan mata polosnya. Kesadarannya belum pulih 100% membuatnya mengerjap mata melihat wajah Yosep yang begitu dekat dengannya.

"Pulang," katanya singkat.

"Memang ini udah jam berapa?"

"Empat sore."

Yasmin segera mendudukkan dirinya mendengar jawaban dari Yosep. Tidak menyangka jika ia akan tidur terlalu lama dan bahkan baru bangun.

Yasmin mengucek matanya dan langsung ditahan oleh Yosep pergelangan tangan wanita itu.

"Jangan dikucek matanya nanti sakit." Pria itu menggantikan tangan Yasmin untuk mengusap dengan lembut kelopak mata Yasmin sambil meniupnya beberapa kali.

"Ya udah ayo kita pulang sekarang." Yasmin tampak salah tingkah melihat wajah Yosep yang begitu dekat dengannya.

Keduanya kemudian langsung memutuskan untuk pulang ke rumah karena memang ini sudah jam waktunya untuk pulang.

Yasmin sendiri tidak menyangka jika Yosep akan melanjutkan usaha yang ditinggalkan oleh Papa Yanuar. Menurut informasi yang didengar Yasmin dari beberapa karyawan yang tak sengaja didengar, jika perusahaan ini semakin maju semenjak Yosep yang memimpin.

"Kenapa kita mampir ke sini dulu?" Yasmin langsung mengalihkan tatapannya pada Yosep ketika mobil berhenti di area parkiran depan cafe.

Pria itu tidak langsung menjawab melainkan melepaskan seatbeltnya terlebih dahulu. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya dengan Yasmin yang membuat wanita itu segera mundur, mengira jika Yosep akan melakukan sesuatu padanya. Sayangnya, perkiraan wanita itu salah karena pada kenyataannya Yosep hanya membantunya  melepaskan sabuk pengaman.

"Kita nongkrong dulu di sini. Bukannya anak muda seperti kamu paling suka kalau nongkrong di sini?"

Yasmin mengangkat bahunya kemudian segera turun dari mobil diikuti oleh Yosep dari belakang.

Wanita itu mengedarkan pandangannya ke sekitar penjuru cafe ketika kakinya melangkah melewati pintu kafe. Dapat dilihatnya jika  cafe  sangat ramai, namun masih ada beberapa tempat yang kosong membuat Yasmin segera melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut.

Meletakkan tasnya di atas meja, wanita itu segera mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Ponsel ini sudah dikembalikan oleh Yosep beberapa waktu yang lalu sehingga ia bisa berhubungan dengan teman-temannya yang lain.

"Satu hot chocolato dan satu espresso," pesan Yosep. Kebetulan pelayan yang bertugas mendatangi mereka menanyakan menu yang akan dipesan. "Sayang, mau makan sesuatu?"

Yosep mengalihkan tatapannya pada Yasmin dan menatap wanita itu. Sengaja memanggil Yasmin dengan sebutan sayang di awal ditambah dengan penekanan ketika melihat mata pelayan laki-laki itu terus menatap Yasmin.

Yosep tidak terima dan tidak suka kalau istrinya dipandang begitu lekat oleh laki-laki lain. Hanya ada dirinya yang boleh memandang istrinya dengan sepuasnya.

Yasmin mengangkat kepalanya dan menggeleng pelan. "Lagi tidak ingin makan apa-apa."

Jawaban dari Yasmin membuat Yosep menatap pelayan  laki-laki tadi yang kini sudah mengalihkan tatapannya dan tidak memandang lekat lagi istrinya.

"Hanya itu."

Pelayan tadi menyebutkan ulang pesanan Yosep sebelum akhirnya ia kembali ke dapur untuk meminta pada  bartender membuatkan pesanan yang sudah disebutkan oleh pelanggan tadi.

Baru kemudian Yosep mengalihkan tatapannya pada sang istri. Kening pria itu langsung mengerut dan tangannya segera terulur untuk mengambil ponsel dari tangan Yasmin hingga membuat wanita itu mendongak terkejut.

"Adek lagi sama abang. Harusnya adek fokusnya sama Abang aja bukan sama ponsel." Pria itu segera menyimpan ponsel milik sang istri di dalam saku jasnya hingga membuat Yasmin mendengus tidak terima.

"Kenapa repot banget minta diperhatikan?"

"Wajar 'kan? Itu tandanya Abang pengen kamu fokus sama Abang aja." Yosep tersenyum tipis. "Kamu masih suka hot chocolate?"

"Menurut Abang aja gimana."

"Kamu tidak protes waktu Abang pesan hot chocolato berarti kamu memang masih suka hot chocolato."

Yasmin mengangkat bahunya dan menyahut, "maybe."

Tidak ada obrolan di antara keduanya. Baik Yasmin lebih memilih untuk bungkam sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar, hingga membuat Yosep segera memindahkan tempat duduknya untuk duduk di sebelah kursi sang istri.

"Kenapa pindah segala?" Yasmin langsung menyampaikan protesnya ketika Yosep memindahkan kursi tepat di sebelahnya.

"Biar kamu lebih fokus buat natap Abang aja." Pria itu menarik pipi istrinya agar menatap ke arahnya. "Kamu tidak boleh menatap ke arah sekitar. Tidak ada yang lebih menarik daripada menatap wajahku."

"Apakah kepercayaan Abang  tumbuh lebih besar setelah berhasil mendapatkan aku?" Yasmin segera menyingkirkan kedua tangan Yosep dari pipinya.  Wajahnya cemberut menatap Yosep tak terima.

"Mungkin salah satu faktornya itu." Yosep tersenyum.  "Abang beruntung sudah mendapatkan adek kembali.  Jadi, jangan lari-lari dari Abang lagi ya."

Tangan Yosep bergerak untuk menggenggam tangan Yasmin dengan erat tidak membiarkan istrinya melepaskan tautan tangan mereka.

Yasmin sendiri kebingungan dengan apa yang diucapkan oleh Yosep karena ia tidak mengerti maknanya. Perasaan waktu ia lari-lari itu hanya sekali saja. Sementara Yosep berkata seolah-olah dirinya memang sudah sering berlari darinya.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang