20. Ciuman

11K 352 8
                                    


Bab 20. Ciuman


Yosep datang ke kantor dengan wajah berseri. Ini mungkin baru pertama kali dilihat oleh karyawannya sendiri kedatangan bos mereka yang biasa suram kini agak cerah sedikit.

Farhan--sekretaris pertama Yosep-mengikuti bosnya itu dari belakang, kemudian mulai menunjukkan jadwal yang akan dijalani oleh Yosep hari ini.

"Ah, kamu kosongkan untuk jadwal makan siang saya. Siang ini saya akan makan siang di rumah dengan istri saya," ujar  Yosep pada Farhan.

Mengerti jika pengantin baru pasti akan sibuk bermesraan, Farhan langsung menghapus daftar jadwal Yosep menggantikannya dengan acara makan siang di rumah bersama istri.

Tak lama kemudian dua sosok teman Yosep datang ke kantor pagi-pagi sekali, membuat Yosep yang melihatnya langsung memutar bola mata.

"Apakah perusahaan kalian sudah tutup? Kenapa pagi-pagi sudah ada di kantorku?" Yosep bertanya seraya menatap mereka satu persatu. Heran sekali sepertinya ruang kantornya sudah menjadi basecamp kedua sahabatnya itu untuk berkumpul.

"Aku sudah menyerahkan pekerjaanku pada asistenku sendiri. Kalau semuanya aku yang harus mengerjakan, kenapa aku repot-repot harus membayar mahal mereka?" Hansel menjawab dengan santai dan merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Ngomong-ngomong, tidak ada bir di dalam kulkas minimu itu?"

Tidak lupa Hansel juga menunjuk pada kulkas mini yang berada di pojok ruangan.

Mengikuti arah pandang Hansel, Yosep langsung menggelengkan kepalanya. Minuman yang tidak sehat dilarang untuk masuk ke dalam ruangannya. Itulah prinsip yang dijalani oleh Yosep yang memang menyukai kesehatan.

"Ruanganmu seperti ruangan paling suci di dunia ini. Bahkan, untuk sebotol bir saja tidak ada," gumam Hansel, menggelengkan kepalanya.

"Ada apa kalian kemari?"

"Kami hanya ingin bertanya sesuatu padamu," sahut Rega. Pria itu sejak tadi diam akhirnya buka suara.

"Mau bertanya soal apa? Penting?"

"Sangat," gumam Rega, yang masih didengar Yosep. Ekspresi wajahnya yang mendadak serius dengan tatapan tak terbaca membuat Yosep menegakkan tubuhnya.

"Apa itu?"

"Bagaimana rasanya malam pertama?" Adalah pertanyaan yang lolos begitu saja dari mulut Rega, yang spontan mendatangkan tawa dari Hansel.

"Coba lihat bagaimana ekspresi tegang Yosep tadi, Ga, lucu sekali. Ha-ha!" Hansel tertawa puas melihat ekspresi Yosep yang kini berubah dingin.

"Pertanyaan yang sangat penting," ujar Yosep, mengejek Rega. "Kalau kamu penasaran, kenapa tidak cicipi?"

Rega mendengus. "Aku tentu saja akan menjaga kesucian Rena sampai kami menikah. Tidak mau aku berbuat macam-macam," ujar Rega, penuh keyakinan.

"Kalau seperti itu, kenapa kamu masih bertanya?" Yosep mendengus menatap pada Rega. 

Mengangkat bahunya, "nanti aku akan belajar dengan yang berpengalaman."

"Tanya pada Hansel yang burungnya sudah masuk ke mana-mana."

Jawaban singkat dilontarkan oleh Yosep pada Rega yang langsung mendapat anggukan semangat dari Hansel yang memang dikenal sebagai Playboy dan seringkali mengencani banyak wanita cantik.

Siang harinya tentu saja Yosep langsung kembali ke rumah. Pria itu juga sudah menghubungi bu Lina untuk di masakan makanan favorit Yasmin karena siang ini ia akan makan bersama Yasmin tentunya di rumah.

Yosep membuka pintu kamar di mana ia melihat Yasmin yang sedang terduduk dengan bersandar pada pinggiran tempat tidur. Sementara bokong wanita itu berada di karpet lantai.

Yosep melangkah mendekati Yasmin yang langsung membuka matanya, dan langsung menatap waspada pada Yosep tentunya.

"Kenapa diam saja di sini? Kamu tidak takut kalau bokong kamu akan kesakitan terlalu lama duduk di lantai?"  Yosep menghampiri Yasmin dan berjongkok di hadapan wanita ini.

Mendengar perkataan Yosep tentu saja Yasmin mendengus. "Mau bokongku sakit atau tidak bukan urusan Abang."

Wanita itu masih merasa marah karena Yosep yang sudah mengambil kesuciannya. Andai saja membunuh tidak berdosa dan Yasmin masih memiliki masa depan yang panjang, mungkin Yasmin akan mengambil pisau dan membunuh Yosep. Manusia satu ini merasa tidak bersalah sama sekali setelah apa yang dilakukannya pada tubuhnya.

Yosep tidak menyahut. Pria itu kemudian langsung mengangkat tubuh Yasmin membuat wanita itu dengan refleks melingkarkan kedua tangannya di leher Yosep.

Kepalanya mendongak dan menatap rahang tegas Yosep dengan mata tajamnya.

"Abang mau bawa aku ke mana? Turunkan aku!" Wanita itu berusaha untuk memberontak dan tidak terima jika tubuhnya diangkat begitu saja oleh Yosep.

Meskipun ia tidak memiliki beban bobot yang berlebihan, tetap saja Yasmin merasa tidak nyaman kalau harus diangkat seperti ini.

Lebih lagi ketika tangan kekar pria itu melingkar di paha dan juga punggungnya, seolah-olah seluruh tubuh Yasmin tenggelam dalam tubuh pria ini.

"Kita makan siang bersama. Jangan pernah menolak," jawab Yosep. Pria  itu menundukkan kepalanya menatap wajah Yasmin.

Meskipun tidak menggunakan make up, Yasmin masih terlihat sangat cantik. Hanya kantung mata dari gadis itu saja yang terlihat jelas karena mungkin tadi malam istrinya itu tidak tidur.

"Kenapa harus angkat aku seperti ini? Aku bisa jalan sendiri." Yasmin berusaha untuk menurunkan dirinya, namun Yosep tetap kekuh dengan keinginan mengangkat tubuh Yasmin keluar dari kamar.

  Kamar Yosep berada di lantai bawah sehingga tidak mempersulit Yosep untuk tiba di ruang makan.

Perlahan tapi pasti, Yosep kemudian menduduki Yasmin di  kursi yang sudah tersedia. Kemudian menarik kursi untuk dirinya sendiri dan duduk dengan tenang.

Hidangan untuk makan siang tentu saja sudah disajikan oleh bu Lina.

Yosep dengan tenang memasukkan nasi serta lauk ke dalam piring dan diletakkan di hadapan Yasmin.

Wanita itu memiringkan kepalanya menatap Yosep dengan sinis.

"Aku tidak bernafsu makan," gumam Yasmin.

Dirinya benar-benar tidak memiliki nafsu makan hari ini. Apalagi saat melihat wajah Yosep yang tampak menyebalkan.

Yosep tidak menyahut namun tetap meletakkan piring di hadapan Yasmin.

Pria itu kemudian segera memiringkan tubuhnya ke samping dan menarik tengkuk Yasmin. Kepalanya miring ke samping dan langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Yasmin untuk dilumat dengan kasar.

Yasmin yang membelalakkan matanya langsung berusaha untuk mendorong tubuh Yosep untuk menjauh namun tidak ada hasil sama sekali.

Tidak kehilangan akal, Yasmin kemudian mencubit perut Yosep namun pria itu justru semakin memperdalam ciuman mereka.

Sementara Yosep sendiri terus melumat bibir Yasmin dan lidahnya mulai bergerak masuk ke dalam mulut gadis itu dan mengakses giginya. 

Lidah Yosep terus bergerak melilit lidah Yasmin dan menghisapnya dengan kuat.

Sementara satu tangannya lagi berusaha untuk menahan kedua tangan Yasmin yang terus mencubit perutnya.

Ini adalah candu yang diinginkan oleh Yosep.  Setelah merasa jika mereka membutuhkan napas, Yosep melepaskan tautan bibir mereka tanpa memisahkan jarak sehingga napas mereka saling beradu dan mengenai wajah masing-masing.

"Kalau kamu tidak mau makan, kita bisa mengulang apa yang terjadi tadi malam di kamar." Yosep berucap dengan lirih dengan suara yang hanya bisa didengar oleh dirinya dan juga Yasmin.

Mendengar ancaman tersirat yang disampaikan Yosep, Yasmin segera mendorong tubuh Yosep.

Wanita cantik itu mengusap kasar bibirnya  dengan ekspresi dingin. Yasmin benar-benar merasa tidak suka dengan sikap Yosep yang selalu semena-mena menurutnya.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang