26. Mode Yasmin

4.3K 204 3
                                    


Bab 26. Mode Yasmin

Yosep melangkah masuk ke dalam kamarnya hanya untuk melihat punggung istrinya yang terbaring di atas tempat tidur.

Yosep tahu jika punggung istrinya sudah menghadap ke arahnya ini pertanda jika Yasmin mungkin sedang marah dan merajuk padanya.

"Sayang, bukan Abang yang minta dia untuk datang ke sini. Abang aja tidak tahu kalau dia tiba-tiba datang ke sini setelah menghilang di hari pernikahan kami," ujar Yosep pada Yasmin.

Pria itu naik ke atas tempat tidur dan mendekati istrinya. Tidak ada respon dari Yasmin membuat Yosep menghela napas. Eriska sudah ia usir tadi meskipun wanita itu memohon agar tidak diusir olehnya.

Tangan pria itu terulur menyentuh punggung Yasmin yang masih membelakanginya.

"Dek, kamu tidak boleh marah sama Abang. Soalnya bukan Abang yang memulai. Mana Abang tahu kalau dia tiba-tiba bakalan datang ke sini." Akhirnya Yosep dengan paksa membalikkan tubuh Yasmin agar menghadap ke arahnya. "Adek dengar abang ngomong, kalau Abang nggak akan ada urusan apa-apa lagi sama dia. Abang udah jadi suaminya adek begitu juga sebaliknya, jadi tidak mungkin Abang akan dekat dengan perempuan yang sudah mengacaukan keluarga kita. Terutama dia juga menjadi penyebab Mama pergi meninggalkan kita semua," ujar Yosep dengan tegas.

"Yakin kalau abang nggak akan jatuh cinta lagi  sama dia atau memutuskan buat balikan sama dia?"

Yosep mengganggukan kepalanya dengan yakin. "Kamu bisa pegang omongan Abang kalau Abang nggak akan pernah memikirkan untuk menduakan kamu. Lagi pula, Eriska itu hanya masa lalu. Abang nggak akan mungkin balik lagi sama orang yang udah hampir membuat keluarga besar kita malu."

Yasmin menatap lekat manik mata Yosep mencari kebenaran dari ucapan suaminya ini.

"Abang janji kalau abang tidak akan balikan sama dia? Kalaupun Abang balikan sama dia 'sih juga tidak  apa-apa, aku tinggalin Abang dan aku akan kembali ke New York lagi," ujar Yasmin, terlewat santai.

Hal ini tentunya membuat Yosep membelalakkan matanya dan segera memeluk erat tubuh istrinya itu.

"Abang tidak akan rela kalau kamu pergi ninggalin Abang. Kamu selamanya akan menjadi istri Abang," ujar pria itu. Gemas dengan apa yang diucapkan oleh istrinya, Yosep segera menggigit pelan daun telinga Yasmin yang membuat si empunya menggelinjang dan segera mencubit perut suaminya.

"Geli." Yasmin bahkan mendorong dada Yosep, dan menyelamatkan telinganya dari kegemasan sang suami yang kadang-kadang memang selalu menyentuh bagian-bagian sensitifnya. "Abang udah kayak balita kalau lagi gemas," gerutu Yasmin.

Pria itu terkekeh dan mengusap telinga istrinya. "Kalau begitu, ayo  kita bikin balita."

Segera Yosep menarik selimut dan mulai menindih Yasmin. Tangan pria itu kemudian terulur dan mematikan lampu utama di kamar hingga hanya suara desahan dan suara gerakan di atas tempat tidur yang terdengar di dalam kamar tersebut.

Keesokan harinya.

Yasmin terbangun sudah sangat siang sehingga ketika ia membuka mata hanya ada sarapan yang sudah diletakkan di meja yang berada tepat di samping tempat tidurnya.

Sebuah note dengan tulisan Yosep langsung terpampang nyata ketika ia mendudukkan dirinya.

"Sayang, kamu tidurnya terlalu pulas makanya abang tidak tega untuk membangunkan kamu. Sarapan dulu, tadi Abang hanya sempat buat roti bakar aja. Selamat sarapan, dan terima kasih untuk semalam," tulis Yosep di note.

Yasmin meletakkan note tersebut sambil menatap pada sarapan paginya berupa roti bakar serta satu gelas susu yang sudah dingin dan buah yang sudah dipotong-potong.

Bunga yang seharusnya sudah layu kini mulai menguncup lagi. Perasaan yang sudah berusaha untuk ditekan mati-matian sejak dulu kini mulai bangkit sedikit demi sedikit atas perhatian yang diberikan oleh Yosep padanya.

Bolehkah kali ini ia berharap kalau tidak akan ada lagi yang membuatnya kecewa dengan sikap Yosep? Apakah boleh jika ia menginginkan selamanya kebahagiaan akan selalu bersamanya dan juga Yosep? Batin Yasmin berkata-kata.

Segera wanita itu akhirnya menyantap hidangan yang sudah dibuat oleh suaminya. Demi menghargai kreativitas yang dibuat oleh Yosep akan inisiatif membuatkannya sarapan, Yasmin tidak masalah kalau harus meminum susu yang sudah dingin.

"Rasanya pun tetap enak," ujar Yasmin sambil terkekeh.

Tiba-tiba saja telepon Yasmin berdering menandakan panggilan masuk dari Agnesia.

"Jadi tidak kamu datang ke lokasi syutingku?"

Baru saja akan mengucapkan kata 'halo' ketika Agnesia sudah lebih dulu mengajukan pertanyaan tanpa memberi sapaan.

Yasmin tanpa sadar memutar bola matanya karena sudah tahu sekali watak sahabatnya ini memang tidak pernah basa-basi sama sekali jika memang mengangkat telepon.

"Jadi. Tapi, mungkin aku sampainya agak siang. Kenapa memangnya?"

"Jam berapa? Soalnya jam  tiga nanti aku akan ikut talk show. Apa sekalian saja kamu nanti menemani aku talkshow?"

"Rajin sekali kalau aku harus ikut kamu talkshow." Yasmin tanpa sadar memutar bola matanya kembali. "Mungkin nanti jam 11.00 aku akan pergi ke sana. Lagi pula, aku baru saja bangun tidur."

"Serius kamu baru saja bangun dari tidur? Habis berapa ronde kamu tadi malam?"

"Gadis tua seperti kamu yang belum pernah menikah,  mana tahu rasanya walaupun aku menjelaskan seperti apapun." Yasmin berkata dengan sombong seraya turun dari tempat tidurnya.

"Kamu bahkan baru beberapa kali merasakannya dan kamu sudah sombong seperti ini?" Nada bicara Agnesia agak tidak percaya. "Benar-benar wanita tidak punya hati. Kamu tenang saja, tahun ini aku juga akan merasakannya."

Segera Agnesia mematikan sambungan telepon, membuat Yasmin tersenyum miring.

Wanita itu baru saja akan meletakkan ponselnya di atas meja rias ketika notifikasi sebuah email masuk ke ponselnya membuat ia segera membukanya.

Helaan napas keluar dari mulutnya saat melihat notifikasi tersebut berisi tentang ia harus mengerjakan sesuatu yang membuatnya membalas dengan cepat.

Mungkin nanti malam atau besok akan ia kerjakan sebelum dikirim kembali ke pusat kantornya di sana.

Lagi pula, Yasmin butuh refreshing untuk menatap orang-orang baru karena beberapa hari ini ia terkurung di dalam rumah.

Langkah kaki Yasmin kemudian membawanya ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Satu jam kemudian wanita itu melangkah keluar dari kamar seraya menenteng tasnya. Tampilannya cantik mengenakan dress bunga-bunga sebatas lutut yang menutupi leher, tanpa lengan.

Yasmin kemudian menuruni undakan anak tangga dan bertemu dengan bu Lina yang sudah menyambutnya.

"Bu, aku keluar sebentar buat ketemu dengan Agnesia."

"Mbak Yasmin udah pamitan sama mas Yosep?"

Langkah kaki Yasmin terhenti ketika mendengar apa yang diucapkan oleh bu Lina.

Wanita itu menolehkan kepalanya dan menggeleng pelan. "Buat apa pamit? Bang Yosep juga nggak ada di sini kok."

Yasmin berkata dengan santai kemudian melempar senyum pada bu Lina sebelum akhirnya ia melenggang dengan santai keluar dari rumah masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di carport depan.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang