5. Hansel & Rega

9.1K 335 1
                                    


Bab 5. Hansel & Rega

Bu Lina adalah wanita paruh baya yang sudah merawat Yasmin dari kecil sejak pertama kali wanita itu menginjakkan kaki di rumah ini.

Jadi, sejarah kehidupan seorang Yasmin tentu saja bu Lina sangat tahu.

Saat keluar dari dapur dan melihat tangan anak majikannya yang terluka tentu saja membuat bu Lina panik.

"Mbak Yasmin tidak boleh melukai tangan Mbak sendiri seperti ini. Mbak ingat tidak, waktu Mbak masih kecil, dan Mbak terluka, ibu sangat marah ke kami semua yang bekerja di rumah ini karena tidak bisa menjaga Mbak dengan baik. Bahkan, ibu sampai menangis melihat Mbak terluka." Bu Lina dengan hati-hati membalut perban di tangan Yasmin. "Ibu tidak mau melihat Mbak terluka. Bahkan, saat Mbak mengalami demam tinggi, ibu bahkan tidak tidur semalaman demi menjaga Mbak. Jadi, Mbak, seharusnya Mbak lebih pintar untuk menjaga diri agar tidak melukai diri sendiri. Ibu pasti bakalan sedih melihat Mbak seperti ini."

Yasmin mendengar celotehan dari bu Lina hanya diam dengan tatapan kosong pada tembok di hadapannya. Bukan mau dirinya juga seperti ini namun setiap kali ia mengalami emosi yang bergejolak tentu saja hal yang dilakukannya adalah meluapkannya dengan cara melukai diri sendiri.

Tidak ada cara yang bisa dilakukan Yasmin selain melukai dirinya sendiri daripada harus melukai orang lain. Jika sudah melihat luka di tubuhnya maka Yasmin akan merasakan puas.

Maka dari itu selama di sana ia berusaha untuk menahan emosinya dan beruntung sekali orang-orang di sana tidak pernah melakukan hal-hal yang memancing emosinya.

Di new York sana tentu saja Yasmin memiliki banyak teman. Kepribadiannya yang humble membuat banyak orang mudah dekat dengannya. Bagi Yasmin, selama orang baik padanya maka ia juga akan memiliki sikap baik yang berlebihan pada mereka.

Di new York, Yasmin memiliki sebuah apartemen yang ditempatinya sendiri. Apartemen tersebut dibeli oleh Mama dan papanya sebagai hadiah atas kelulusannya di universitas sekitar 3 tahun lalu.

Yasmin sendiri tidak pernah menyangka jika kedua orang tua angkatnya akan memberikannya apartemen yang ia tahu harganya tidak murah. Apalagi posisi apartemen yang berada di tengah kota dan dekat dengan kantornya. Setiap kali ditanya oleh Yasmin berapa harga apartemen tersebut karena Yasmin berniat untuk mencicilnya pada kedua orang tuanya, namun mereka tidak pernah menjawab dan hanya mengatakan jika itu adalah harga paling murah.

"Aku tidak tahu, Bu. Ini semua gara-gara Bang Yosep yang tidak mengizinkan aku untuk kembali ke new York lagi. Padahal di sana aku sudah bekerja."

Sebenarnya bekerja di sana ia bisa menggunakan koneksi internet untuk berhubungan dengan atasannya. Selama tinggal di new York pun Yasmin hanya satu minggu sekali untuk muncul di kantor.

"Jangan diulangi lagi, Mbak. Kasihan tangan mulus Mbak Yasmin kalau harus mengalami luka seperti ini. Apalagi nanti ada bekasnya. Terus, ibu juga bilang kalau mbak itu bekerjanya jadi tukang gambar rumah dan gedung 'kan? Sayangi tangan Mbak. Soalnya tangan Mbak Yasmin ini 'kan silemetasis."

Yasmin terfokus dengan kalimat terakhir yang diucapkan oleh bu Lina. "Apa itu silematasis, Bu?" tanya Yasmin.

"Itu lho, Mbak, yang bisa dibilang orang-orang itu. Duh, bagaimana ya cara menyebutkannya. Pokoknya kalau bahasa Indonesianya itu, akan berguna dan beruntung di masa depan," ujar bu Lina, menjelaskan dengan bingung.

"Mungkin maksud ibu itu investasi?"

"Nah, itu mungkin Mbak. Maklum saja lidah kampung, kadang 'kan agak susah menyebutkannya."

Bu Lina tersenyum malu membuat Yasmin terkekeh mendengar apa yang diucapkan oleh wanita paruh baya tersebut.

"Ini semua sudah selesai, Bu?" Yasmin menatap pada perbannya yang sudah tertutup.

"Sudah, Mbak."

Bu Lina kemudian merapikan kotak P3K nya di atas meja.

"Kalau begitu aku ke atas dulu, Bu. Berhubung paspor dan semuanya sudah disita sama Bang Yosep, jadi aku tidak bisa pergi kemana-mana." Yasmin mengangkat bahunya kemudian naik ke lantai atas tanpa mengenakan alas kaki karena sepatu hak tingginya sudah ia lempar entah ke mana.

____

Di gedung pencakar langit dengan lantai lebih dari 25 tersebut, Yosep berdiri dengan tenang menatap pada langit di hadapannya.

Pikiran pria itu melayang pada kejadian di mana kekasihnya meminta agar segera dilamar.

Wanita bernama Eriska itu berusaha untuk membujuk agar ia melamarnya dengan segera padahal mereka baru saja 8 bulan berpacaran.

Sudah dituruti untuk melamarnya, dan menjelang akad nikah, Eriska justru kabur dengan pemilik wedding organizer yang menyusun perencanaan resepsi pernikahan mereka.

"Aku menduga mungkin karena sering bertemu dan akhirnya muncul benih-benih cinta di antara mereka, membuat Eriska pergi meninggalkan kamu, Sep. Kasihan sekali kamu harus ditinggal pergi sama calon istri kamu sendiri," ujar seorang pria.

Pria bernama Hansel tersebut menoleh menatap pada Yosep. Dia bersama seorang temannya yang bernama Rega mendatangi kantor Yosep setelah mengetahui fakta jika Yosep gagal menikah.

Kemarin-kemarin mereka tidak hadir di acara pernikahan Yosep karena memang mereka tidak mau melihat Yosep menikah dengan wanita yang tidak mereka sukai itu.

Sudah berapa kali mereka mengatakan pada Yosep jika Eriska bukanlah perempuan baik-baik namun Yosep tetap memaksakan melanjutkan hubungan mereka sehingga baik Rega maupun Hansel memilih untuk tidak hadir di acara pernikahan tersebut. Selain alasan itu, Rega sendiri sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri sementara Hansel harus menemani neneknya berobat ke Amerika.

"Sudah pernah kami katakan kalau Eriska bukan perempuan baik-baik. Lagi pula apa yang kamu lihat dari perempuan seperti itu."

Rega yang semula duduk di sofa kemudian melangkah dan berdiri di sisi lain Yosep.

Ketiganya menghadap pada kaca jendela yang mengarah ke arah luar.

"Aku hanya menginginkan status. Lagi pula Mama sudah mendesakku untuk segera menikah." Yosep berkata dengan ekspresi tenang.

"Tapi kalau kamu memang mau menikah, kenapa tidak cari perempuan lain saja? Eriska? Ck." Hansel menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

"Karena hanya dia yang tidak pernah mau menggangguku."

"Jelas aja dia tidak mau mengganggu kamu karena itu trik yang dilakukannya supaya kamu betah menjalin hubungan dengan dia. Nanti kalau kamu sudah jadi suami dia, dia pasti akan terus menempel sama kamu seperti ulat," sahut Rega dengan santai. "Kami juga turut berduka cita atas meninggalnya Mama kamu. Sejujurnya kami juga kasihan sama kamu, Sep. Sudah tidak jadi menikah, Mama Wilda justru pergi meninggalkan kita semua." Ada rasa sedih yang dirasakan Rega karena wanita seperti mama Wilda adalah wanita baik hati yang selalu memperlakukan mereka dengan baik dan selalu memberi nasihat jika mereka berada di jalan yang salah.

"Siapa bilang aku tidak jadi menikah?" Tanta Yosep dingin.

"Maksud kamu?" Rega bertanya, begitu juga dengan Hansel yang langsung memutar tubuh menatap pada Yosep.

"Aku tetap menikah dan bukan dengan Eriska."

Ekspresi kedua sahabatnya tampak terkejut menatap tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Yosep.

"Lalu dengan siapa?"

Yosep terdiam hampir 1 menit sejak Hansel bertanya siapa perempuan yang ia nikahi menggantikan Eriska yang kabur di hari pernikahan mereka.

"Yasmin. Yasmin Theodora."

"Apa?"

Keduanya sama-sama berteriak ketika mendengar nama seorang perempuan yang tidak begitu asing bagi telinga mereka diucapkan dengan lancar oleh Yosep.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang