19. Yosep Gila

15.9K 381 7
                                    

Bab 19. Yosep Gila

Sprei sudah diganti. Seluruh bagian kamar juga sudah dirapikan oleh Yosep sendiri termasuk pakaian mereka yang terlempar ke sana kemari tadi malam.

Yasmin sendiri sudah membersihkan diri dan duduk dengan tenang di atas tempat tidur dengan tatapan kosong lurus ke depan.

Mau keluar dari kamar juga percuma karena pintu terkunci dari luar. Siapa lagi pelakunya jika bukan Yosep sendiri.

Pria itu mengatakan padanya jika dia akan mengurung Yasmin sebelum wanita itu berjanji untuk tidak kabur-kaburan lagi darinya.

Hal ini tentu saja membuat Yasmin enggan untuk berjanji karena ia terlalu malas untuk melihat wajah Yosep. Pria gila yang dengan paksa mengambil kesuciannya.

Alasan yang diutarakan Yosep tentu saja karena dirinya adalah suaminya. Padahal jelas Yasmin tidak mau menerima Yosep.

Wanita itu duduk dengan tenang meski saat ini ia tahu jika pintu kamar sedang dibuka. Menoleh pun tidak dilakukan oleh Yasmin karena tahu jika yang datang saat ini bukan bu Lina melainkan pria itu sendiri.

"Kamu sarapan dulu karena aku tahu kamu pasti kehabisan tenaga." Pria itu meletakkan sepiring nasi dengan lauk pauk di atas nakas kemudian duduk di pinggiran tempat tidur dekat dengan Yasmin. "Mau merajuk seperti apapun kamu tidak bisa membuatku untuk tidak mengurung kamu, Yasmin."

Tangan Yosep terangkat untuk mengelus pipi Yasmin namun langsung ditepis oleh wanita itu.

"Jangan coba-coba untuk berani menyentuh aku lagi, Bang." Yasmin menatap tajam pada Yosep.

Namun, bukannya berhenti untuk melakukan apa yang tidak diinginkan oleh Yasmin, pria itu justru menarik tengkuk Yasmin dan menyatukan bibir mereka.

Hal yang dilakukan Yosep tentu saja membuat Yasmin memberontak. Wanita itu bahkan memukul dada bidang Yosep agar pria itu tidak menyentuhnya. Sayangnya, Yosep justru memiringkan kepala ke samping agar bisa leluasa menjamah bibir dan bagian dalam mulut Yasmin.

Setelah melakukan penyiksaan di bibirnya Yasmin, pria itu melepaskan tautan bibir mereka dengan jarak bibir yang sangat dekat.

"Jangan pernah menjadi istri pembangkang, Yasmin. Aku tidak suka itu. Kamu harus seperti mama, sebagaimana beliau menjadi istri yang begitu baik dan penyayang terhadap suaminya."

Yasmin tentu saja melotot tidak terima. "Mama menyayangi papa karena memang mama mencintai papa begitu pula sebaliknya. Sementara kita tidak saling mencintai dan jangan pernah paksa aku untuk menerima semua yang Abang lakukan ke aku."

Bukannya tersinggung, Yosep justru tersenyum miring. "Kita sudah dewasa untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan cinta, Yasmin. Intinya kita saling menyayangi dan saling memuaskan." Telapak tangan pria itu dengan santai kini mendarat di bagian dada kiri Yasmin dan meremas benda bulat itu dari luar hingga membuat Yasmin langsung mendorong tangan Yosep.

"Berhenti melecehkan aku!" Yasmin berteriak membuat Yosep segera mencengkeram pipi Yasmin hingga bibir wanita itu membulat ke depan.

"Jangan berteriak di hadapanku, Yasmin. Kamu boleh berteriak di hadapanku saat kamu mencapai kenikmatan." Pria itu menggelengkan kepalanya dan menyatukan bibir mereka kembali tanpa melepas cengkeramannya di pipi Yasmin. "Aku tidak suka istri berteriak marah di hadapanku."

Senyum miring tersungging di sudut bibir Yosep kemudian pria itu segera bangkit berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana sambil menatap wanita yang kini duduk di tempat tidur sambil melotot padanya.

"Abang pergi dulu. Abang peringatkan kamu untuk tidak macam-macam, Yasmin. Kalau tidak, kamu akan menanggung sendiri akibatnya."

Sekali lagi Yosep menundukkan kepalanya kemudian mengusap kepala Yasmin yang langsung ditepis oleh wanita itu. Mengangkat bahunya, Yosep kemudian melangkah keluar dari kamar dan tidak lupa untuk mengunci pintu kamar agar Yasmin tidak kabur.

Kamar Yosep memang berada di lantai dasar. Jadi, tidak ada kemungkinan jika Yasmin akan kabur dengan cara  melompat dari lantai 2.

Ah, tiba-tiba Yosep mengingat sesuatu. Pria itu segera mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya dan menghubungi orang-orangnya.

"Pastikan jendela di kamar saya terkunci dengan rapat dan tidak akan ada tikus yang berani keluar." Itu adalah perintah yang dikeluarkan oleh Yosep sebelum pria itu memutuskan sambungan telepon.

Pria itu berniat masuk ke dalam mobil miliknya menuju kantor tempat di mana ia selama ini mencari pundi-pundi rupiah yang akan masuk ke dalam rekening pribadinya.

Bagi Yosep, Yasmin adalah prioritas utamanya.  Meski begitu pekerjaannya tetap saja tidak bisa ditinggalkan. Terutama dirinya yang memang sangat menyukai pekerjaannya dan juga Yasmin tentunya.

Sebelum masuk ke dalam mobil tentu saja Yosep dapat mendengar suara barang-barang yang dipecahkan. Tahu jika itu berasal dari kamarnya, Yosep akan meminta anak buahnya mengganti furniture-furniture di dalam kamar yang dipecahkan oleh istrinya.

Sementara di dalam kamar, Yasmin yang sudah meluapkan emosinya langsung terduduk lemas di antara barang-barang yang sudah dihancurkannya. Wanita itu benar-benar tidak pernah menyangka jika dalam hidupnya ia benar-benar akan menjadi istri dari seorang Yosep, kakak angkat yang dulu pernah ia tembak, namun menolaknya dengan mentah-mentah. Hal yang membuat Yasmin trauma untuk menyukai seorang laki-laki dan menyatakan cinta.

Yasmin menyandarkan kepalanya pada pinggiran tempat tidur. Sementara bagian bawahnya tidak dia pedulikan dengan rasa dingin lantai yang tidak ditutup dengan karpet.

Wanita itu kemudian mengingat sesuatu dan segera menghubungi nomor Angela. Namun, ponselnya ternyata mati hingga membuat Yasmin harus mengisi daya terlebih dahulu.

Baru 10 menit kemudian Yasmin kembali menyalakan ponsel miliknya dan menunggu 1 menit dulu baru ada banyak notifikasi yang muncul di pop up layar setelah dinyalakan.

Yasmin dengan tangan yang sedikit gemetar langsung mencoba untuk menghubungi Angela yang beruntung tidak membutuhkan waktu lama langsung diangkat oleh sahabatnya itu.

"Yasmin! Apa kamu baik-baik saja? Ada di mana sekarang kamu? Dari tadi malam kami berusaha untuk menghubungi kamu tapi tidak ada sahutan sama sekali. Tahu-tahu nomor kamu sudah tidak aktif," serbu Angela dengan napas terengah.

"A-aku dibawa sama Bang Yosep ke rumah. Kamu tahu apa yang terjadi padaku, Angela?"

"Kenapa? Kamu di perawani sama Bang Yosep?"

Segera Yasmin menegakkan tubuhnya meskipun bagian bawahnya masih agak sedikit ngilu.

"Kamu tahu dari mana soal itu? Apa bang Yosep bilang sama kamu?"

"Yasmin, kehilangan perawan bukan berarti kamu juga harus kehilangan logika! Ya kali Bang Yosep mau bilang ke kami kalau dia mau memerawani kamu." Angela yang saat ini berada di kantornya memutar bola mata. "Ya sudah kamu nikmati saja masa-masa kehilangan perawan kamu. Mungkin minggu depan kita bisa merayakannya. Terserah kamu mau pilih tempat di mana, hotel, klub malam ataupun restoran, nanti ambil uangnya dari kas kita."

Bukan mendapat solusi dengan curhat pada Angela, darah tinggi Yasmin memuncak naik ketika mendengar kata-kata dari sahabatnya itu.

"Sialan kamu Angela! Kamu pikir aku ini apa mau merayakan kehilangan keperawanan?"

"Bukannya memang harus seperti itu? Tidak ingat dengan kesepakatan kita waktu SMA dulu? Siapapun dari kita yang sudah kehilangan keperawanan, maka kita berhak untuk merayakannya."

"Shit!"

Yasmin langsung mematikan sambungan telepon daripada mendengar segala ocehan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang