21. Mencoba menerima

9.8K 393 5
                                    


Bab 21. Mencoba Menerima

Yosep pulang tengah malam karena ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakannya. Besok kemungkinan ia akan datang siang karena semua pekerjaan sudah diselesaikan malam ini juga.

Bukan sengaja untuk lembur agar besok bisa datang agak siang. Namun, entah sudah menjadi kebiasaan Yosep yang selalu berpikir jika bisa diselesaikan detik ini juga kenapa harus menunggu besok? Batinnya selalu berujar.

Pria itu membuka kunci kamar miliknya kemudian melangkah masuk ke dalam kamar dan melihat di atas tempat tidurnya terdapat sosok wanita yang sudah sah menjadi istrinya.

Pria itu tersenyum dan melepaskan dasi yang dikenakannya. Tidak mau membuat keributan, Yosep dengan hati-hati meletakkan tas kerjanya di atas sofa, kemudian membuka perlahan kancing kemejanya hingga memperlihatkan tubuh berototnya yang berwarna putih.

Berotot namun tidak terlalu berlebihan, sangat pas dengan porsi tubuh Yosep. Pria itu kemudian membuka celana kerjanya hingga memperlihatkan bagian bawahnya yang hanya mengenakan celana pendek setengah paha dengan bagian bawah perut yang agak menonjol.

Meletakkan pakaian kotornya di dalam keranjang, Yosep kemudian langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Pria itu cukup tidak waras malam ini karena mandi menggunakan air dingin. Namun, sensasi yang dimiliki tentu saja membuat Yosep betah berlama-lama di bawah pancuran air dingin tersebut.

Usai menyabuni dan juga memakai shampo pada rambutnya, Yosep membilas tubuhnya pada air shower yang terus menyala.

Pria itu mengambil handuk putih yang tergantung kemudian melilitkan handuk tersebut di pinggangnya.

Melangkah keluar dari kamar mandi, Yosep langsung naik ke atas tempat tidur dan menatap Yasmin yang masih terlelap.

Senyum tersungging di sudut bibirnya. Yosep menggerakkan jari-jarinya mengusap pipi Yasmin menggunakan jari-jarinya yang masih dingin.

Gerakannya lembut dan halus, meski begitu dapat membangunkan Yasmin yang langsung tersentak.

Wanita itu membuka kelopak matanya dan terkejut mendapati Yosep di sini.

Sadar jika pria itu mengganggu tidurnya, Yasmin langsung menepis tangan Yosep dari pipinya.

"Abang mau ngapain lagi?" Yasmin melotot marah menatap Yosep yang mengganggunya.

"Abang mau kamu, Dek." Suara Yosep terdengar sangat lembut dan juga serak di tengah malam yang dingin seperti ini.

"Aku tidak mau sama Abang." Wanita itu mendorong dada Yosep yang menindih tubuhnya, namun pria itu tidak bergerak seincipun.

Yosep justru menundukkan kepalanya dan melumat bibir Yasmin, sementara tangannya yang lain mulai menggerayang tubuh wanita itu.

Kali ini tentu saja Yosep tidak bisa menahan diri dari gejolak nafsu. Begitu juga dengan Yasmin meskipun di awal ia terlihat jual mahal dan menolak, namun siapa yang tidak bergejolak ketika merasakan rangsangan dan juga sentuhan yang dilakukan oleh Yosep mampu membuat sesuatu yang ada di dalam dirinya bangkit dengan begitu saja.

Yosep menggerakkan pinggulnya ketika inti bawahnya sudah memasuki lubang tempat di mana kehangatan itu dirasakan.

Pria itu memutar pinggulnya kemudian memaju mundur beberapa kali dengan gerakan yang sama sehingga membuat Yasmin mendesah dengan suara yang begitu keras.

Kedua paha wanita itu terbuka lebar ditekan di sisi kiri dan kanan agar mempermudah Yosep bergerak keluar masuk. Sementara dadanya ditekan dengan kuat oleh dada bidang Yosep, hingga membuat kepala wanita itu menengadah ke atas memperlihatkan lehernya yang jenjang dan menjadi sasaran Yosep selanjutnya.

Yasmin adalah wanita yang tentu saja memiliki hormon tinggi. Meskipun dirinya membenci Yosep, namun sentuhan pria itu tentu saja membangunkan sisi lain dalam tubuhnya. Terutama ketika pria itu tahu di mana titik rangsangnya.

"Arghh! Adek!" Yosep berteriak memanggil Yasmin dengan sebutan 'Adek' yang entah mengapa membuat Yasmin semakin bersemangat dan menggelora.

Wanita itu mendesah dengan suara yang keras, diiringi dengan geraman pria itu.

Lubang sempit dan hangat itu adalah tempat paling nyaman dan nikmat tentunya. Ah, semua bagian tubuh Yasmin sudah menjadi candunya.

Pergulatan panas itu terjadi sampai akhirnya rasa lelah menghampiri keduanya dan terlelap dalam posisi Yosep hampir setengah menindih tubuh Yasmin.

*

Yasmin sudah mandi dan membersihkan diri. Wanita cantik gitu duduk dengan tenang di meja makan. Sementara duduk di hadapannya adalah Yosep, pria yang sejak tadi terus menatap ke arahnya.

Sudah satu minggu lebih Yasmin dikurung di dalam rumah ini dan tidak pernah keluar, membuat perempuan itu merasa muak jika harus terus dikurung. Dirinya bisa gila terus berada di dalam rumah. Meskipun pekerjaan mengalihkan perhatiannya, namun hanya sebentar saja.

Pada kenyataannya meskipun ia tidak bisa kembali ke negara tempatnya bekerja, Yasmin masih diperbolehkan kerja secara online. Tentu saja perusahaan tidak akan memaksa kehadirannya karena memang tugasnya hanya mendesain gedung perkantoran dan juga lainnya.

"Kenapa Abang terus lihatin aku dari tadi? Tidak mengerti kalau aku risih?" Yasmin bertanya seraya melemparkan tatapan tajamnya pada Yosep.

"Abang hanya tidak bisa mengalihkan perhatian dari wajah cantik kamu." Sudah menjadi kebiasaan memanggil dirinya dengan Abang dan Yasmin dengan panggilan 'Adek' yang meskipun sudah tidak diterapkan selama bertahun-tahun tetap saja lidah Yosep lebih nyaman memanggil Yasmin dengan sebutan itu.

"Baiklah." Yasmin meletakkan sendoknya kemudian menggeser piring untuk agak menjauh darinya. Tatapan wanita itu mengedar pada sosok Yosep dengan ekspresi datarnya. "Bebaskan aku dan izinkan aku untuk main bersama teman-temanku."

"Lalu kamu akan kabur dariku lagi?" Pria itu memiringkan kepalanya ke sisi kanan menatap Yasmin. Senyum miring tersungging di sudut bibirnya. "Apa kamu pikir Abang akan melepaskan kamu setelah apa yang sudah kamu lakukan?"

"Kali ini aku berjanji untuk tidak kabur lagi. Setelah aku berpikir selama satu minggu ini, sepertinya aku memang harus menerima Abang sebagai suamiku. Lagi pula--" Yasmin menjeda kalimatnya, menatap Yosep. "Abang sudah merenggut kesucianku. Sekali nyebur langsung basah saja sekalian. Aku akan pelan-pelan mencoba untuk menerima Abang sebagai suamiku. Tentunya dengan syarat yang harus Abang penuhi."

"Oh?" Sebelah alis Yosep terangkan naik menatap pada Yasmin. Pria itu juga meletakkan sendok di atas piring dan menggeser piringnya agak menjauh dengan pandangan tertarik mengarah pada Yasmin. Ia ingin melihat apa yang direncanakan oleh istri nakalnya ini. "Apa itu syaratnya? Apa kamu meminta Abang untuk memindahkan lautan ke sini?"

Tentu saja dengusan Yasmin langsung terdengar ketika celotehan dilontarkan oleh Yosep yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

"Kali ini aku serius." Biarlah dirinya menjadi istri Yosep tidak masalah. Yasmin tahu jika kakaknya itu sangat keras kepala dan pasti tidak akan pernah mau melepaskan apa yang sudah dianggap menjadi miliknya. Daripada banyak membuang waktu membuat drama dengan kabur-kaburan, lebih baik ia mencoba untuk menerima.

"Katakan apa yang kamu inginkan." Pria itu menatap lekat wajah Yasmin.

"Aku akan menerima Abang sebagai suamiku, begitu pula sebaliknya. Tapi, jangan sampai ada orang ketiga di antara kita berdua. Kalau sampai abang ketahuan selingkuh atau dekat dengan perempuan lain, maka detik itu juga kita akan bercerai."

"Baiklah kalau begitu Abang setuju." Yosep menganggukkan kepalanya tanpa berpikir dua kali.

"Kalau begitu Abang harus mempersiapkan pengacara untuk membuat surat perjanjian itu," tekan Yasmin. Wanita itu tentu saja tidak mau hanya membuat janji secara lisan yang pasti akan bisa diingkari.

"Nanti Abang akan menghubungi Farhan dan meminta untuk memberitahu pengacara Abang tentang surat perjanjian yang kita buat. Bagaimana?"

"Baiklah kalau begitu aku setuju. Aku juga berharap Abang sudah izinkan aku untuk keluar jalan-jalan."

"Hmmm."

Yosep mengangguk sambil terus menatap lekat pada wajah cantik Yasmin.

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang