Bab 35
Yasmin melemparkan surat dari rumah sakit dan juga foto-foto Yosep bersama Eriska, saat pria itu sedang bersantai dengan laptop di atas pangkuannya.
Pasangan suami istri itu berada di dalam kamar, bersiap untuk tidur. Mungkin hal itu tidak berlaku bagi Yosep karena pria itu memang harus menyelesaikan pekerjaan sebelum tidur.
"Apa ini?" Kening pria itu mengerut ketika melihat surat dari rumah sakit dan juga foto-foto yang dilemparkan istrinya. "Dari mana kamu mendapatkannya? Eriska?"
"Iya. Tadi dia datang saat aku sedang makan di restoran bersama teman-temanku. Dia mengaku kalau saat ini dia sedang hamil 3 bulan. Yakin Bang Yosep tidak pernah menyentuhnya?" Ekspresi wajahnya yang curiga tentu membuat Yosep menghela napas.
"Memang seperti inilah kalau istri tidak bisa percaya dengan suami. Tapi, Abang mengerti kalau kamu mungkin ragu mengingat Abang pernah pacaran dengan dia," kata Yosep. "Abang tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Paling hanya dia menggandeng lengan Abang ataupun pegangan tangan. Tidak lebih. Nanti abang bakalan minta pada tim buat mengecek keaslian foto ini. Kalau memang tidak terbukti ini foto abang, kita akan membawa masalah ini ke jalur hukum."
Yosep melempar foto dan juga kertas-kertas tersebut kemudian menarik Yasmin untuk dipeluknya.
"Abang yakin kalau abang bisa membuktikan kalau di foto-foto itu bukan Abang?"
"Sure, Honey. Kamu wanita pertama Abang, Abang bisa membuktikan kalau foto-foto ini bukan Abang sama sekali."
Mereka berdua tidak terlalu kepanasan menatap foto-foto yang ada di atas meja. Orang lain mungkin akan mencak-mencak ataupun berteriak marah, namun tidak bagi keduanya.
Baik Yasmin maupun Yosep sama-sama sudah dewasa untuk menghadapi masalah seperti ini.
"Ya udah aku percaya sama Abang. Buktiin kalau memang Abang tidak bersalah."
"Iya, Sayang."
Demi membuktikan apa yang diucapkannya pada sang istri, keesokkan harinya, Yosep langsung mendatangi kediaman orang tua Eriska yang memang tadi malam sempat ia hubungi tentang kedatangannya.
Orang tua Eriska beserta kakak dan kakak iparnya menunggu kedatangan Yosep. Mereka memilih untuk menunda kegiatan mereka yang akan pergi ke kantor.
"Saya minta maaf kalau memang kedatangan saya agak mengganggu aktivitas kalian. Tapi, saya akan meluruskan masalah ini. Saya tidak ingin masalah ini akan mengganggu ketenangan hidup saya dan juga istri saya." Yosep berkata dengan tenang sambil menatap orang tua Eriska beserta kakak dan kakak iparnya.
Sementara wanita itu sendiri tidak terlihat batang hidungnya sejak Yosep duduk di sofa ruang tamu kediaman orang tua Eriska.
"Memangnya Nak Yosep mau bilang apa? Apa ada sesuatu hal yang penting?" Papanya Eriska bertanya. Dalam hati ia masih sangat berharap jika pria di hadapannya ini bisa menjadi menantunya. Namun, hal itu dipatahkan oleh putrinya sendiri dengan kelakuan Eriska yang sangat di luar nalar.
Yosep tidak langsung menjawab. Pria itu mengeluarkan foto serta surat dari rumah sakit yang diberikan Yasmin tadi malam.
Disodorkannya kertas dan juga foto di hadapan anggota keluarga Eriska, yang langsung terkejut saat menatap gambar-gambar tidak senonoh di dalam foto tersebut.
"Foto-foto ini bukan foto saya. Nanti akan saya bawa kembali dan akan saya selidiki keaslian dari foto-foto ini. Saya menjamin kalau saya tidak pernah menyentuh Eriska lebih dari sekadar hanya pegangan tangan." Pria itu berucap dengan dingin. "Jika saya sudah memiliki bukti, saya akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Ini jelas pencemaran nama baik yang tidak akan bisa saya toleransi," katanya panjang lebar.
Kedua orang tua Eriska saling menatap. Lagi-lagi anak mereka membuat ulah.
Sudah bersyukur Yosep tidak menuntut Eriska saat hari pernikahan di mana wanita itu memilih untuk kabur dengan laki-laki lain. Kini, Eriska kembali membuat ulah yang pasti akan membuat anggota keluarga mereka semakin malu.
"Apa kamu yakin kalau di dalam foto ini bukan kamu? Padahal kalau dilihat-lihat sangat mirip dengan kamu." Kakak laki-laki Eriska bertanya dengan nada dinginnya. Jelas-jelas foto di sini adalah wajah mereka berdua.
"Kalau itu saya, saya lebih baik menyembunyikan ini dari kalian. Saya memiliki uang dan bisa meminta pada pembunuh bayaran untuk menghilangkan nyawa bayi yang ada di kandungan adik Anda." Yosep menyeringai menatap tajam pada kakak laki-laki Eriska. "Saya lebih suka menyelesaikan masalah dengan cara yang kejam daripada bertele-tele seperti ini."
Mamanya Eriska bahkan tersentak kaget. Wanita itu mengusap wajahnya dan mulai menangisi nasib anaknya yang kini sedang hamil.
Orang bodoh tentu saja tahu jika anaknya mungkin saja dihamili oleh laki-laki yang membawanya kabur. Lihatlah laki-laki itu menghilang sementara putrinya kembali dengan kondisi yang mengenaskan.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Urusi putri kalian dan jangan sampai membuat saya murka. Kalian tahu pembalasan saya lebih kejam dari apapun," kata Yosep. Pria itu akhirnya berlalu pergi meninggalkan kediaman kedua orang tua Eriska di mana mamanya yang menangis tersedu-sedu memikirkan nasib putrinya.
"Panggil Eriska datang kemari." Papanya Eriska memberi perintah pada menantunya.
Mengerti jika permasalahan ini menyangkut tentang Eriska, wanita yang lebih tua dari Yosep itu akhirnya bangkit berdiri dan menuju lantai atas, tempat di mana adik iparnya berada.
Entahlah, sejak dulu memang Eriska selalu mencari masalah dan kedua orang tuanya akan dengan senang hati menyelesaikannya. Perempuan itu terlalu dimanjakan oleh kedua orang tuanya sehingga bisa melakukan apa saja yang disukainya.
"Eriska, Kamu dipanggil sama papa turun ke bawah."
Wanita itu berusaha untuk mengetuk pintu kamar adik iparnya. Namanya Diana, yang harus terus mengalah di dalam rumah ini demi menjaga hati princess pembuat onar.
5 menit menunggu akhirnya pintu terbuka dan menampilkan raut wajah kesal Eriska.
"Kenapa 'sih Mbak? Ganggu saja," gerutu wanita itu. Ditatapnya tajam Diana yang menurutnya sangat tidak layak untuk menjadi kakak iparnya.
"Kamu dipanggil sama mama dan papa. Ada hal yang ingin disampaikan oleh mereka," ujar Diana sudah terbiasa.
"Bilang saja kalau aku sedang tidak ingin turun."
"Mama dan papa sudah menunggu kamu, Eriska." Diana tidak berkomentar panjang lebar, langsung berbalik pergi.
Terlalu malas kalau harus mendengar perdebatan dengan adik ipar yang begitu egois. Entah apa kesempurnaan yang dimiliki oleh Eriska sehingga bisa memandangnya rendah. Lihatlah sekarang, tanpa Diana harus koar-koar, wanita ini merendahkan dirinya sendiri dan mempermalukan dirinya sendiri.
Eriska mengerut keningnya akhirnya mengalah dan memutuskan untuk turun ke bawah seraya berpikir ada apa gerangan kedua orang tuanya memanggil dirinya.
Sesampainya di bawah, tamparan keras sudah mendarat di pipinya. Ini dilakukan oleh Pak Hendri, papa kandung Erika.
"Kali ini kamu benar-benar membuat malu papa dan keluarga! Apa maksud kamu membuat foto palsu seperti itu dan memberikannya pada istri Yosep? Kamu pikir mereka akan percaya dengan drama murah yang kamu buat?" Suara bentakan nyaring terdengar dari Pak Hendri yang membuat mamanya Eriska memilih diam begitu juga dengan kakak dan kakak iparnya. "Tidak cukup kamu membuat malu dengan pergi di hari pernikahan kamu? Sekarang apalagi yang kamu lakukan? Kamu juga hamil? Hamil anak laki-laki lain dan mengakui Yosep sebagai ayah dari anak yang kamu kandung? Eriska, bangun kamu! Kamu hidup di dunia nyata bukan di dunia sinetron yang bisa kamu manipulasi seenak jidat kamu!"
Napas Pak Hendri memburu sambil menatap tajam pada putrinya.
Sedangkan Eriska menyentuh pipinya dan menatap tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh papanya.
"Pa, a-aku--"
"Tidak ada bantahan apapun, Eriska. Cari laki-laki yang menghamili kamu. Jangan sampai kamu menambah malu keluarga ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]
Romance⚠️❕❗ Ini konten ada adegan 21++ harap bijak membaca. Btw, ini dari wattpad-nya yakk yg buat babnya acak. Bukan karena disengaja. SINOPSIS Kepulangan Yasmin ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, setelah hampir 8 tahun ia tidak pulang k...