Bab 38

2.2K 172 6
                                    



Bab 38

Laporan yang dimasukan oleh Yosep tentu langsung diterima oleh pihak kepolisian dan bergerak untuk melakukan pemeriksaan penyelidikan atas apa yang terjadi.

Kedua orang tua Eriska pun sudah diberitahu jika Yosep melaporkan wanita itu ke kantor polisi.

Beberapa hari kemudian, Eriska keluar dari rumah sakit dijemput oleh kedua orang tuanya yang tidak mengatakan apa-apa tentang laporan Yosep. Mereka masih berusaha untuk mediasi dengan Yosep agar mencabut laporan dan mereka meminta untuk jalan damai.

Sesampainya di kediaman Pak Hendri, pria paruh baya itu turun dari mobil membuka pintu samping membantu anaknya untuk turun dari mobil, begitu juga dengan istrinya yang kini langsung bergegas.

Mereka sedikit terkejut saat melihat ada beberapa buah mobil di depan rumah.

Diana yang menyadari kehadiran mertuanya langsung bergegas keluar. Ekspresi wajah wanita itu terlihat pucat dan panik, membuat Pak Hendri menatapnya dengan bingung.

"Kenapa, Diana? Siapa tamu yang datang?" Pak Hendri bertanya, pasalnya ia tidak mengenal beberapa mobil di hadapannya saat ini dan tidak memiliki janji bertemu dengan tamu.

"I-itu Pak, dari pihak kepolisian. Mereka datang untuk bertemu dengan Eriska," ujar Diana, takut-takut.

Di rumah ini hanya ada dirinya sendiri dan para asisten rumah tangga. Tadi ia sudah menghubungi Anton meminta agar pria itu bisa segera pulang.

"Apa? Polisi?" Eriska ketakutan. Wanita itu mempererat pegangannya pada lengan sang Mama sambil menggelengkan kepala. Dia tidak mau jika harus masuk penjara.

"Kenapa bisa secepat ini? Papa bahkan lagi mediasi dengan Yosep. Kok, tiba-tiba polisinya sudah datang ke rumah?" Pak Hendri mengerut keningnya bingung dan juga penasaran.

"Pa, pokoknya Papa harus tolong aku. Aku nggak mau kalau sampai aku harus masuk penjara. Aku nggak mau, Pa," ujar Eriska panik.

"Papa akan usahakan supaya bisa berdamai dengan Yosep." Mau bagaimanapun tingkah laku Eriska, dia tetap putrinya dan ia tidak akan bisa kalau sampai harus melihat putrinya masuk penjara. "Ya udah kita masuk sekarang," ajak Pak Hendri.

Tangannya bergerak menarik tangan Eriska untuk dibawa masuk ke dalam rumah diikuti oleh istrinya dan juga Diana dari belakang.

Sedangkan Eriska sendiri kebingungan karena tidak tahu apa hubungannya dengan Yosep.

"Mas Yosep? Apa hubungannya dengan mas Yosep, Pa?"

Pak Hendri tidak menjawab. Pria itu terus masuk sampai akhirnya tiba di ruang tamu keluarganya, di mana ia sudah melihat ada beberapa orang berpakaian biasa  langsung berdiri ketika mereka datang.

"Selamat siang, dengan Pak Hendri?" Seorang pria mengangkat tangannya dengan hormat terlebih dahulu sebelum menyapa Pak Hendri yang kini sudah berdiri di hadapan mereka.

"Iya, saya sendiri. Ini pasti ada hubungannya dengan mantan pacarnya anak saya, ya?"

"Iya, Pak. Kami datang ke sini untuk melakukan penangkapan terhadap nona Eriska.  Kami harap bapak bisa menyerahkan nona Eriska dengan  kami tanpa perlawanan sama sekali." Tidak lupa, kepala polisi daerah bernama Irwan Rudy itu menatap Eriska secara terang-terangan.

"Bisa kita diskusi sebentar? Kami masih bisa menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Saya akan meminta pada mantan pacar anak saya untuk datang dan kita bisa mengobrol di sini sambil minum teh," ujar Pak Hendri, berusaha untuk menahan putrinya. "Saya tahu kalau dia yang melaporkan anak kami. Jadi, kasih saya waktu sebentar untuk menghubunginya."

Beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu tentu saling menatap tidak mengerti.

Pak Irwan menatap Pak Hendri. "Mohon maaf, Pak. Bagaimana cara bapak menghubungi mantan kekasih anak bapak, sementara sekarang orangnya sudah meninggal?"

Pak Hendri dan istrinya saling menatap. Begitu juga dengan Diana yang tidak mengerti apa-apa. Benarlah kalau Yosep sudah meninggal? Tapi, mereka tidak mendapatkan informasi apapun tentang meninggalnya pria itu.

"Maksudnya bagaimana? Bisa jelaskan secara rinci?" Pak Hendri terlihat kebingungan, begitu juga dengan para polisi yang sudah datang lebih dulu.

"Begini, Pak, anak bapak diduga telah menghilangkan nyawa saudara Marco sekitar beberapa minggu yang lalu. Mayatnya ditemukan di belakang rumah yang mereka sewa selama beberapa waktu mereka tinggal di sana. Saksi mata bilang sebelum mayat itu ditemukan, mayat berjenis kelamin laki-laki yang sudah kami identifikasi ternyata memiliki identitas dengan nama Marco." Pak Irwan menjelaskan. "Semenjak Marco ditemukan meninggal dunia, anak bapak yang para tetangga tahu tinggal bersama juga menghilang. Jadi, ada kemungkinan anak bapak terlibat kasus pembunuhan terhadap pacarnya sendiri."

"Ma!" Diana yang tidak siap langsung berteriak ketika tubuh mertua perempuannya itu oleng hingga jatuh tak sadarkan diri, membuat Pak Hendri terdiam membeku.

Sementara para polisi yang melihat gerakan Eriska yang akan melarikan diri  langsung mengeluarkan borgol dan menahan tangannya.

Dua orang polisi sudah menunggu di depan pintu, jadi tidak mungkin jika Eriska memiliki kesempatan untuk lari.

Para asisten rumah tangga yang berjumlah dua orang langsung bergegas membantu mengangkat tubuh istri Pak Hendri yang tidak lain adalah mama kandungnya Eriska juga.

"Kami akan membawa anak bapak untuk dimintai keterangan. Kami juga memiliki bukti dan juga sidik jari pada alat-alat yang digunakan oleh anak bapak untuk membunuh pacarnya."

Eriska dibawa ke kantor polisi dengan pemberontakan. Mamanya jatuh tak sadarkan diri dan sedang berusaha disadarkan oleh Diana dan juga para asisten rumah tangga.

Berbeda dengan Pak Hendri yang terduduk lemas di sofa, dengan pikiran kosong.

Beberapa hari yang lalu memang ada sebuah berita kriminal yang ditayangkan oleh beberapa channel televisi dengan judul berita jika ditemukan seorang mayat laki-laki di halaman belakang rumah kontrakan yang ditempatinnya selama beberapa waktu ini.

Warga dihebohkan dengan bau busuk saat pemilik kontrakan berusaha untuk bertemu dengan orang yang menyewa rumahnya.

Mayat tersebut setelah diidentifikasi ternyata berjenis kelamin laki-laki bernama Marco Putra. Terdapat bekas luka tusukan di beberapa bagian perut, pukulan benda tajam di bagian kepala, dan beberapa jarinya terpotong terkubur bersama anggota tubuhnya yang lain.

Yasmin yang sedang berbaring di rumah sambil menonton televisi bahkan menganga mulutnya lebar terutama saat melihat proses penangkapan Eriska di kediamannya sendiri.

"W-what? Ini asli Eriska yang setan itu?" Keripik di dalam toples bahkan kini sudah digeletakkan Yasmin begitu saja di atas meja sambil mendekatkan tubuhnya pada layar televisi. "Dia bunuh selingkuhannya sendiri? Gila, dunia memang benar-benar kejam. Tidak pernah aku sangka, kalau ternyata ini cewek psikopat juga. Bisa-bisanya dia membunuh pacarnya sendiri di saat dia lagi mengandung," ujar Yasmin begitu takjub.

Apakah dunia memang sudah segila ini? Wanita yang sedang hamil itu bertanya-tanya sambil menggelengkan kepalanya.

"Untung saja aku waras. Kalau tidak, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama ke Bang Yosep," ujar Yasmin.

"Ehem!"

Yosep baru saja pulang dari bekerja saat mendengar suara istrinya berbicara di depan televisi.

Sementara, Yasmin menoleh kemudian melempar cengirannya pada sang suami yang baru pulang.

"Tadi aku cuma bercanda kok."

Istri Pengganti [Yosep & Yasmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang