Part 7

1.1K 116 0
                                        

Ketika ia memasuki pelataran gerbang masuk kediaman Uchiha, detak jantungnya terasa lebih cepat. Langkahnya mulai gemetar. Nafasnya memburu.

Diselimuti hawa yang kurang menyenangkan, entah kenapa langkahnya yang gemetar itu membawanya ke kediamannya.

Jika mulanya ia berniat pulang untuk memastikan keadaan tunangannya, maka entah kenapa ia urungkan niat ini. Ia ingin melihat keadaan ibunya.

Dengan langkah yang gemetar, Izumi melangkahkan kakinya lebar-lebar. Berharap segera tiba di kediamannya. Begitu tiba di kediamannya, Izumi mengetuk pintunya pelan seraya berujar, "ibu, Izumi pulang."

Satu detik berlalu. Dua detik juga telah berlalu. Namun, rasanya Izumi kini menjadi orang yang tidak sabar. Belum ada jangka waktu satu menit, tangan mungilnya berusaha membuka knop pintu kediamannya.

Terkunci!

Izumi mengalihkan pemandangannya dari pintu cokelat di hadapannya ke arah kanan. Mencari jalan masuk yang masih ada.

Ketemu!

Jendela ruang santai. Jendela ruang santai terbuka sedikit. Menyisakan sedikit ruang untuk masuk ke dalam kediaman. Meskipun lebarnya hanya sedikit, rasanya tubuh Izumi muat ke dalamnya.

Dengan cekatan, gadis itu berlari ke arah jendela ruang santai. Memasukinya dengan cepat.

✧-'-✧

Gelap. Satu kata itu mendefinisikan bagaimana suasana yang ada dalam ruang santai. Ia meraba dinding ruang santai. Mencari saklar untuk menghidupkan lampunya.

Tanpa penerangan seperti ini, hawa mencekam benar-benar menusuk jiwa dan raga Izumi.

Izumi menghela nafasnya pelan. Gadis itu mencari sesuatu yang berada di dalam tasnya. Mencari benda apapun yang dapat ia gunakan untuk media penerangan.

Begitu mendapatkan sebuah ranting kecil di tasnya, sontak ia langsung mengeluarkan jutsu api yang kecil. Mencoba cara lain untuk menerangi jalan Izumi.

Ketika ia berhasil menyalakan api dan memiliki penerangan, ia melangkahkan kakinya ke ruangan lain. Tetap dengan niatan yang sama bahwa ia ingin mencari tahu keberadaan ibunya.

Tidak tahu mengapa, namun kali ini, Izumi tidak bisa berpikir positif. Dengan alur timeline yang ia ketahui, didukung dengan suasana mencekam di area kediaman dan kediaman yang gelap tanpa cahaya sudah menandakan mengarah ke adegan itu.

Izumi menggelengkan kepalanya pelan. Berusaha mengenyahkan pikiran negatif yang telah bersarang di kepala semenjak ia memasuki kediaman.

Manik mata legam Izumi membelalak ketika gadis itu melihat seorang wanita yang sedang bernafas terengah-engah di sana.

Raga Izumi gemetar. Ia mendekat ke orang itu. Tangannya yang membawa penerangan bahkan menjatuhkan penerangannya.

Dengan suara yang tidak stabil, Izumi berujar, "ibu, Izumi pulang."

Mendengar suara gadis, orang itu melemparkan pandangannya ke arah gadis itu. Ia berujar dengan patah-patah namun berusaha menggenapkan kalimatnya.

"Izumi, kau kah itu?"

Raga Izumi yang mendengar suara patah-patah itu sontak menjatuhkan air matanya. Air mata yang tidak tahu kapan sudah menggenang di pelupuk matanya.

Jiwa Izumi memanglah tidak sedekat itu dengan ibunya. Izumi memang membangun dinding dan membatasi hubungannya dengan ibunya di dunia ini.

Izumi sudah pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya. Kemungkinan yang menurut Izumi memakan sedikit sebab-akibat. Kemungkinan yang menurut Izumi paling aman untuk dilakukan.

[COMPLETED] The New IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang