Part 14

711 79 16
                                    

Sesuai dengan janji yang telah Izumi buat dengan Sasuke, Izumi menyempatkan diri untuk pulang dan sarapan bersama Sasuke. Tak lupa gadis itu menyempatkan diri untuk mengantarkan adiknya ke akademi sebelum akhirnya kembali ke rumah sakit dan bekerja.

Pagi ini, Izumi dihadapkan pada Ryuuzi, pasien dengan penyakit langka yang kemarin Izumi mencoba membuat obatnya. Dengan menyerahkan beberapa hasil pemeriksaan, Izumi melontarkan pertanyaannya.

"Bagaimana jika anda dirawat inapkan terlebih dahulu di sini, Hyuuga-san?"

Ryuuzi terdiam.

Izumi melanjutkan kalimatnya. "Seperti yang anda lihat, di sini terdapat kerusakan dalam tubuh anda. Imun anda diserang. Dari hasil pemeriksaan, dapat diketahui penyebab terjadinya adalah karena penggunaan chakra pada mata yang berlebihan. Sehingga diperlukan pemantauan lebih lanjut."

Ryuuzi mendesah pelan. "Baiklah. Aku bersedia dirawat inap di sini."

Setelah itu, Izumi bersama Hokami dan beberapa perawat mengurus ruangan dan alat yang nantinya diperlukan Ryuuzi sementara Ryuuzi dan kakaknya mengurus administrasi rumah sakit.

✧-'-✧

Izumi melakukan perawatan pada Ryuuzi tiap harinya. Meskipun belum ada obat yang dapat memperbaiki keadaan, Izumi terus merawat Ryuuzi sehingga keadaannya tidak memburuk.

Keseharian Izumi berlangsung dengan begitu damai. Selain menemani dan melatih Sasuke seperti biasa, Izumi bekerja dan bereksperimen membuat obat yang diperlukan Ryuuzi. Meskipun memakan waktu yang tidak singkat, Izumi terus mengerahkan tenaga dan pikirannya.

Berkat bantuan dari gurunya, percobaan pembuatan obat yang dilakukan Izumi tidak terasa sulit.

Percobaan pembuatan obat yang Izumi lakukan dapat dikategorikan berhasil ketika obat tersebut mampu memperbaiki keadaan Ryuuzi. Dalam kurun waktu beberapa bulan setelah rutin diberikan obat, keadaan Ryuuzi kunjung membaik. Keluhan Ryuuzi berkurang. Bahkan, kini Ryuuzi dapat diperbolehkan pulang dengan syarat.

Izumi menorehkan senyum tipisnya setelah itu. Gadis itu menorehkan tinta di dalam surat. Menggenapkan kata terima kasih untuk penerima surat.

Izumi menggigit bibirnya. Tangannya membentuk sebuah jutsu dengan lihai menggunakan darah dari bibirnya. Lalu, bibir tipisnya mengucap mantra pemanggilan.

Buf!

Suara ledakan kecil menyapa pendengarannya. Memunculkan burung hantu di depannya. Izumi menorehkan senyumnya lagi.

"Tolong kirimkan kepada Tsunade-sama."

Setelah Izumi mengikatkan surat di kaki burung, burung tersebut terbang. Meninggalkan Izumi yang tengah tersenyum lega di ruang kantornya.

Izumi melangkahkan kakinya menjauh dari jendela. Mendekatkan diri ke kursi duduk miliknya. Merebahkan punggungnya di sana.

Dengan memegang botol obat, gadis itu tersenyum lega lagi. "Akhirnya, obat ini ada di tanganku."

Sungguh, kebahagiaan menyelimuti Izumi kali ini. Bahkan rasanya, ada kupu-kupu berterbangan di abdomennya. Memberikan sensasi geli untuknya.

Izumi menutup manik mata gelapnya. Gadis itu melayangkan pemikirannya. Izumi bergumam, "sudah lama ternyata. Mungkin, nanti aku bisa mengirimkan surat untuknya."

Jangka waktu yang dimilikinya sudah cukup lama. Jangka waktu yang bisa dikategorikan cukup aman untuk tidak menimbulkan kecurigaan orang lain.

Setelah ini, Izumi berniat untuk melakukan komunikasi jarak jauh dengannya. Izumi perlu mengetahui bagaimana kabar dan keadaannya.

"Ah, aku merindukanmu. Aku harap dirimu baik-baik saja di sana."

✧-'-✧

Sementara di tempat yang berbeda, terdapat seorang laki-laki yang tengah batuk. Batuk disertai dengan darah. Ia mengusap bibirnya dengan segera. Menutupi tanah yang kini memiliki jejak darah yang jatuh dari bibirnya.

Laki-laki itu mengambil nafasnya dalam. Ia mencoba menstabilkan nafas dan tenaganya sebentar sebelum rekannya memanggilnya.

Belum selesai ia menstabilkan nafas dan tenaganya, suara bariton seorang lelaki yang lebih tua darinya menyapa pendengarannya. Lelaki itu berujar, "kau lama sekali, Itachi."

Begitulah ujar lelaki yang lebih tua itu membuat lelaki yang lebih muda segera melangkahkan kaki mendekati lelaki yang lebih tua. Meninggalkan tanah yang memiliki jejak darahnya dan segera bergabung untuk menyelesaikan misinya.

✧-'-✧

Izumi menatap adiknya yang tengah sibuk membaca buku di kursi sofa ruang tamu. Kesibukan adiknya telah berlangsung dengan durasi yang lebih dari tiga puluh menit.

Gadis itu melemparkan pandangannya ke arah jam dinding. Jam telah menunjukkan angka sepuluh. Sudah mendekati tengah malam. Izumi mengambil nafasnya panjang.

"Kau harus istirahat, Sasuke-kun. Jangan belajar berlebihan."

Sasuke menghentikan kegiatannya. Lalu, memandang Izumi sekilas. "Aku membutuhkan ini, nee-san. Kau tidurlah dulu!"

Izumi menghela nafasnya lagi. "Ada ujian esok hari?"

Sasuke menggeleng. "Tiga bulan lagi, aku ujian."

Izumi tersentak. Gadis itu terkejut. Ia tidak menyangka adiknya sudah dalam tahap ujian. Padahal rasanya, Sasuke masih dalam tahap proses pembelajaran. "Sudah secepat itu?"

Sasuke menganggukkan kepalanya. "Aku akan belajar. Aku tidak mau gagal."

Izumi menutup manik mata kelamnya sejenak. Lalu, membukanya kembali. Menatap adiknya dengan lekat.

Sejujurnya, Izumi mengerti dengan pasti. Adiknya adalah tipe anak yang suka belajar. Tanpa adanya ujian, Sasuke selalu belajar tiap harinya. Namun, akhir-akhir ini, durasi waktu belajarnya meningkat.

Memang bagus untuk mempersiapkan ujian sedini mungkin. Tapi memforsir tubuh dan pikiran berlebihan juga tidak memberikan efek yang bagus bagi tubuh. Apalagi jika mengurangi durasi tidur malamnya.

Lagipula, ujian yang menjadi targetnya masih dalam jangka waktu yang cukup lama. Masih cukup untuk belajar seperlunya tanpa mengorbankan kesehatannya.

Izumi membalikkan tubuh Sasuke dengan paksa. Membalikkannya sembilan puluh derajat. Membuat Sasuke kesal. Anak lelaki itu menatap manik mata Izumi dengan tajam.

Berbeda dengan Sasuke yang merasa kesal dengan menatap tajam kakaknya, Izumi malah melukiskan senyum tipisnya. Mengeluarkan aura yang berbeda. Gadis itu berujar dengan nada santainya, "tidur sekarang, Uchiha Sasuke. Istirahat atau aku marah?"

Sasuke meneguk ludahnya kasar. Sasuke memang sering menolak permintaan Izumi, namun itu jika Izumi dalam posisi dan suasana yang baik. Jika Izumi berlaku seperti ini, Sasuke tidak dapat menolaknya.

Memang benar, nada yang dikeluarkan Izumi adalah nada yang santai. Namun, tidak tau mengapa, aura yang dikeluarkan Izumi bukanlah aura yang biasanya. Suasana di sekitar menjadi hening dan mencekam. Hingga, rasanya tubuhnya seperti dipaksa untuk mengikuti.

Akhirnya, Sasuke menganggukkan kepalanya. Dengan terpaksa, ia menutup buku yang tengah ia baca. Lengan mungilnya hendak meraih buku lain yang berada di atas meja. Namun, hal itu diurungkan ketika ia melihat sosok Izumi yang tengah membawa buku miliknya.

Sasuke menelan ludahnya dengan kasar. "Baiklah, nee-san. Aku tidur dahulu."

Begitulah ujarnya sebelum akhirnya ia menutup pintunya. Anak lelaki itu segera bergelung di atas kasur dengan selimutnya. Menutup manik mata yang senada dengan Itachi. Merapal doa sebelum akhirnya menggapai mimpi yang telah disediakan.

Berbeda dengan Sasuke yang telah berada di alam mimpi, Izumi justru tengah merapikan beberapa botol obat yang tadi dibawanya ke dalam dimensi pribadinya.

Izumi membawa beberapa botol tersebut dan beberapa catatan mengenai penyakit tersebut ke dalam dimensinya. Hal ini ditujukan untuk penjagaan saja. Penjagaan jika dibutuhkan sewaktu-waktu.

Januari, 2024

[COMPLETED] The New IzumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang