E03

1.5K 146 4
                                    

Mew Point Of View On

Hari demi hari berlalu dengan cepat. Suasana dirumah ini tak lagi sepi. Aku sadar dia datang membawa perubahan. Entah banyak entah sedikit, aku tidak terlalu menyadari perubahan itu.

Aku kini sedang menatapnya dari jendela kaca kamar kami berdua. Dia sedang bermain air bersama asisten rumah tanggaku di halaman belakang. Setiap hari tingkahnya yang lucu membuat para asisten rumah tanggaku menyukainya. Lain hal nya dengan aku, aku semakin bertambah tidak menyukainya dari waktu ke waktu.

Tingkahnya membuat aku muak. Banyak hal yang tidak bisa aku terima darinya. Mungkin karena aku belum mencoba mencintainya, tapi aku tidak ingin. Meskipun aku tidak memiliki siapapun dihatiku, tapi tetap saja, aku tidak mau belajar menyukainya.

"Cinta dan suka itu adalah sesuatu hal yang berbeda bukan? Bukankah kita harus suka dulu baru mencintai? Aku tidak mau memikirkannya. Permasalahan di kantor sudah cukup berat untukku."

Aku membalikkan tubuhku dan berjalan menuju sofa. Aku kembali mengerjakan beberapa pekerjaan di hari liburku. Kata kakek, aku harus sering meluangkan waktu bersama dengan Gulf agar aku bisa dengan cepat mencintainya, tapi perasaanku tidak bisa dipaksakan.

"Phi Mew!!" Teriak Gulf dan hal itu membuat aku sangat terkejut.

Anak ini tidak memiliki sopan santun. Harusnya dia mengetuk pintu lebih dulu meskipun ini kamarnya juga. Ahh menyebalkan...

"Ada apa? Kenapa kamu masuk ke rumah kalau pakaianmu basah?"

"Maaf, tapi aku tadi jatuh dan tanganku berdarah, apakah Phi punya kotak P3K?" Tanyanya.

Ahh benar, aku tidak pernah mempunyai benda itu dirumahku bahkan aku juga tidak memiliki obat-obatan untuk penyakit ringan.

"Mandilah! Ini sudah sore, aku akan mencarikan obat itu sekarang." Ucapku.

Dia mengerti lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Aku segera pergi ke apotik dan mencari semua hal yang anak itu butuhkan kelak. Aku membeli betadin, alkohol, kapas, dan juga obat-obatan.

Setelah membeli semua itu, aku pulang ke rumah. Aku melihatnya menungguku dengan tenang di ruang keluarga. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

Aku tersenyum?

Apakah tadi aku bilang bahwa aku tersenyum?

Aku merasa aku sudah gila karena anak itu, dan kakek sengaja melakukan itu karena membenciku.

"Apakah Phi membawa Ice Cream?" Dia bertanya.

Aku terkejut karena dia tidak memesan itu saat aku pergi. Aku sedikit merasa kesal. Aku merasa seperti orang yang gagal dalam melakukan misi.

"Kamu tidak memesannya tadi! Aku tidak membelikan itu selain obat-obatan ini!"

"Yaahh, padahal kakek sering membelikan aku Ice Cream saat aku sedang terluka. Kata kakek, Ice Cream itu obat."

"Tidak ada sejarahnya kalau Ice Cream itu obat! Aku tahu kau hanya mengada-ada kan?"

"Aku beneran kok..."

"Mana tanganmu yang luka? Aku akan mengobatinya sebelum terjadi infeksi!"

"Ini..." Ucapnya sambil menunjukkan jarinya yang luka kepadaku.

Aku pikir dia terluka parah, tapi ternyata hanya tergores kecil dan tampaknya lukanya itu tidak mengeluarkan darah.

"Apakah ini masih terasa sakit?" Tanyaku.

"Tidak..."

"Lalu kenapa kamu meminta obat?"

"Kata kakek kalau luka kecil ini tidak diobati, maka luka ini akan menjadi besar dan akan membuat aku merasa sangat sakit!" Ucap Gulf kepadaku.

Delicious You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang