Author Point Of View On
Keesokan Harinya..
Mew dan Gulf kini sedang dalam perjalanan menuju ke Thailand. Sepanjang perjalanan, Gulf hanya diam dan tidak berbicara kepada Mew. Mew harus merasakan kebencian yang luar biasa dari Gulf karena tidak menuruti keinginan Gulf kemarin. Dulu, Gulf masih tetap berbicara meskipun dia membenci Mew, namun kini, Gulf hanya mendiamkan Mew.
"Apakah kami akan seperti ini terus sampai kami tiba di Thailand? Aku merasa bersalah kepadanya." Batin Mew.
"Bagaimana keadaan Cixa sekarang ya? Apakah dia baik-baik saja? Ba-bagaimana kalau-kalau ..." Batin Gulf yang pikirannya kini melayang jauh entah kemana.
"Dia terlihat banyak pikiran. Aku harus segera minta maaf kepadanya sesampainya kita di Thailand nanti." Batin Mew.
"Aku berjanji tidak akan meninggalkan mereka lagi." Batin Gulf
Setelah melalui perjalanan selama empat jam tiga puluh delapan menit, mereka berdua akhirnya sampai ke Thailand. Gulf masih tetap mendiamkan Mew sesampainya mereka berdua di Thailand. Saat perjalanan ke rumah kakek Gulf pun, Gulf tetap tidak mengajak Mew berbicara.
"Sayang, aku.."
"...."
"Aku tidak bisa berbicara kepadanya karena dia terus mengabaikan aku." Batin Mew.
"Tunggu Mama nak, sebentar lagi Mama datang." Batin Gulf.
Sesampainya Mew dan Gulf di rumah kakek Gulf, Gulf langsung keluar dari dalam mobil lalu berlari menuju ke dalam rumah kakeknya. Mew yang khawatir langsung memperingatkan Gulf. Gulf tetap mengabaikan Mew dan tidak peduli kepada Mew.
"Sayang, jangan berlari!"
"...."
"Sayang, tunggu aku!"
Sebelum Mew mengikuti Gulf keluar dari dalam mobil, Mew mengatakan untuk mengeluarkan semua barang-barangnya dan Gulf dari dalam mobil lalu membawa semua barang bawaan itu ke dalam kamar mereka kepada sopir yang menjemput mereka. Sang sopir hanya mengangguk mengerti perintah sang tuan.
Mew kini mengikuti Gulf keluar dari dalam mobil lalu mengikuti langkah kaki Gulf dari belakang. Mew lebih santai daripada Gulf, karena Mew tahu kalau demam anaknya kini sudah turun. Gulf juga sudah tahu akan hal itu, tapi entah mengapa Gulf masih sangat khawatir kepada anaknya itu.
Gulf yang sampai di dalam kamar lebih dahulu langsung berlari menghampiri anaknya yang sedang sakit itu lalu memeluknya. Perasaan Gulf rasanya sangat campur aduk karena ini pertama kalinya Mew dan Gulf tidak ada saat anak mereka sedang sakit.
"Hiks.. Hiks.. maafkan Mama ya sayang.." Gulf memeluk anaknya itu sambil menangis.
Mew kini mendengar suara tangisan Gulf dari depan pintu kamar. Suara tangisan itu benar-benar menyayat hati. Mew langsung masuk dan menenangkan Gulf dengan mengelus-elus punggung Gulf. Tangisan itu tidak kunjung reda malah tambah keras seolah-olah mengisyaratkan bahwa dia merasa sangat sedih.
"Sudah sayang. Anak kita demamnya sudah turun kok. Kakek juga sudah membawa Cixa ke dokter." Ucap Mew.
"Apakah anak Mama baik-baik saja?" Tanya Gulf kepada Cixa.
Mew merasa diabaikan kembali oleh Gulf. Hal ini membuat Mew merasa sangat bersalah kepada Gulf.
"Iya Maa, Cixa sudah sembuh kok." Anak berusia hampir 4 tahun itu menunjukkan senyumnya. Dia tidak tahu kedua orang tuanya kini sedang tidak akur karena sangat mengkhawatirkannya.
"Apakah Cixa sudah makan dan minum obat?"
"Hmm, Kakek sudah memberi Cixa makan dan menyuruh Cixa meminum obat. Obatnya sangat pahit Maa. Cixa ngga suka, tapi kata Kakek Cixa harus minum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious You (END)
FanfictionCerita ini akan menceritakan tentang kisah cinta antara Mew dan Gulf, dimana mereka berdua dijodohkan oleh kedua kakek mereka berdua. Kakek Mew dulu memiliki utang budi karena kakek Gulf pernah menolongnya saat bisnis keluarganya kena tipu dan hampi...