E24 🔞

513 39 3
                                    

Gulf Point Of View On

Aku dan Phi Mew kini sudah berada di dalam kamar hotel. Dia sedari tadi sibuk berkeliling melihat kamar itu untuk memastikan bahwa tidak ada satupun fasilitas yang rusak di dalam kamar itu, karena dia telah membayar sangat mahal. Setelah selesai memastikan sesuatu, dia langsung berjalan menghampiri aku yang sedang berdiri menikmati pemandangan melalui kaca jendela yang besar.

Phi Mew menggenggam dan menarik tanganku agar aku masuk ke dalam pelukannya. Dia menanggalkan satu per satu pakaianku dan membuat aku telanjang. Dia juga menanggalkan seluruh pakaiannya setelah membuat aku telanjang. Aku sedikit terkejut dengan sikapnya yang sedikit agresif. Aku tahu kalau selama ini dia menahannya.

“Ughh..” Kedua penis kami kini saling bergesekan tanpa pembatas.

Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan menikmati setiap sentuhan yang dia berikan. Dia kini menggelayut dileherku dan memberikan tanda kepemilikan disana. Kedua tangannya tidak berhenti meremas kedua pipi pantatku.

“Apakah kita akan seperti ini terus?” Tanyaku.

“Tidak, aku akan mulai melakukan hal lain kepada tubuhmu yang indah ini.” ucapnya

Dia menggendongku ala koala dan membawaku ke atas tempat tidur. Dia menidurkanku dengan perlahan di atas tempat tidur di dalam kamar hotel itu. Dia kini berada di atas tubuhku dan sedang menindih dan mengungkung tubuhku.

"Kenapa kamu selalu terlihat sangat menawan, sayang? Tubuhmu benar-benar sangat indah." Ucap Phi Mew sambil menyentuh tubuhku dengan lembut. 

Aku tidak pernah mengingat saat kami melakukannya dulu, karena di dalam pikiranku saat melakukannya aku merasa kesakitan. Ketika aku mulai meminta kepada Phi Mew untuk melakukan hal itu, Phi Mew tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat manis untukku. Dia hanya melakukannya lalu membiarkan aku tidur.

Phi Mew mulai kegiatan bercinta kami dengan mencium bibirku dengan panas. Dia melumat dan memainkan lidahku di dalam mulutku. Aku tak sanggup menahan nafsu yang kini mulai membara-bara. Aku pun membalas ciuman itu dan ikut dalam permainan lidah itu. Aku membawa kedua tangaku di tengkuk lehernya dan menekan agar ciuman kami semakin terasa intens.

Ketika udara semakin terasa menipis, kami berdua menghentikan ciuman itu dan meninggalkan jembatan saliva diantara kami berdua. Aku dan dia kini tersenyum satu sama lain setelah ciuman itu. Dia mulai kembali menggelayuti leher dan rahangku. Aku mendesah merasakan kenikmatan yang Phi Mew berikan kepadaku.

“Eughhh… Ngghhh…”

Phi Mew tidak hanya mencumbui aku sampai sebatas leher saja, namun kini dia turun dan mulai memainkan kedua putingku dengan tangan dan lidahnya. Hal itu membuat aku kini merasakan sensasi yang luar biasa. Phi Mew benar-benar mulai mengeluarkan keahliannya dalam hal bercinta sekarang. Dia tidak pernah melakukannya dulu, mungkin baginya itu tidak berguna.

“Ngghhh… ahhh!!!”

“Bagaimana sayang? Apakah ini terasa enak?” ucapnya sambil menatap ke arahku.

“Hmmpphhh..”

Setelah Phi Mew merasa puas bermain dengan kedua putingku, Phi Mew kini memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang senggamaku. Dia mencoba melebarkan lubang itu, padahal dia tidak perlu melakukannya karena kami berdua sering melakukannya akhir-akhir ini. Penisnya selalu terasa besar saat masuk ke dalam lubang senggamaku, makanya aku selalu merasa puas jika bercinta dengannya.

“Ce-cepat masukkan! Ughhh…"

“Apakah kamu merindukan penisku sayang?”

“Cepat masukkan! Ngghh! Euggghh!! Ahhh!!”

“Kesayanganku ini sangat tidak sabaran. Aku sangat suka dengan dirimu yang merespon aku seperti ini sayang. Daripada melihatmu menangis karena kesakitan, aku lebih menyukai dirimu yang ini.” ucap Phi Mew.

"Euhmmm..."

Aku juga menyukai diriku yang bisa menikmati kegiatan kita Phi.

Phi Mew kini duduk di antara perpotongan kedua kakiku lalu mulai mencoba memasukkan penisnya ke dalam lubang senggamaku. Ketika penisnya berhasil melesak masuk dengan mudah, dia mulai menggerakkan penisnya itu keluar dan masuk.

"Agghhh..."

Kami berdua kini sudah dikendalikan oleh nafsu. Tubuh kami berdua terasa panas karena nafsu yang membara. Kami tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bahkan kegiatan bercinta kami berdua tidak pernah sepanas ini, karena Phi Mew selalu menahan nafsunya kepadaku. Dia tidak ingin menyakiti aku.

Gulf Point Of View Off

Author Point Of View On

"Terima kasih karena telah mengizinkan aku melakukannya denganmu." Ucap Mew yang kini sedang tidur di samping Gulf sambil memeluk Gulf.

"Ini adalah kewajibanku sebagai seorang istri. Phi sudah terlalu lama menahan semuanya sendirian."

"Tetap saja, aku sudah berjanji untuk tidak menyakitimu."

"Terima kasih sudah menahan diri selama ini. Kalau Phi tidak menahan diri, aku mungkin akan selalu berakhir dengan pingsan."

"Maaf, aku terlalu berlebihan ya tadi?"

"Tidak apa-apa, aku cukup kuat melayani Phi hari ini. Buktinya, aku tidak pingsan kan?"

"Apakah malam ini kita benar-benar akan menginap di sini?"

"Hmm, aku ingin berduaan saja dengan Phi. Bolehkan?"

"Boleh donk sayang. Kita sudah lama tidak berduaan seperti ini."

"Semenjak kita berdua memiliki Cixa dan Cixi." Ucap Mew kepada Gulf.

"Apakah Phi tidak menyukai kehadiran Cixa dan Cixi?"

"Bukannya ngga suka sayang, tapi pas itu Phi..."

"Phi belum mencintai Gulf kan? Tiba-tiba lahir dua anak kecil perempuan di tengah-tengah hubungan kita yang masih terkesan dipaksakan saat itu."

Mew dan Gulf belum saling mencintai saat itu. Mereka seperti dua orang asing yang dipaksa hidup bersama dalam satu rumah yang sama.

"Aku merasa bersalah karena seolah aku benar-benar tidak menyukai anak-anak kita sekarang."

"Tidak apa-apa. Aku paham kok dengan perasaan Phi saat itu. Kalau aku jadi Phi, aku juga pasti akan melakukan hal seperti itu."

"Tapi kamu yang melahirkan mereka. Kamu tidak mungkin membenci mereka."

"Bagaimana perasaan Phi terhadapku sekarang?"

"Aku sangat mencintaimu, meskipun kamu selalu membuat aku bingung dengan sikap randommu itu."

"Aku sedang belajar dari series yang aku nonton. Phi harusnya memuji aku. Aku mencoba menjadi istri yang baik."

"Kamu tiba-tiba meminta melakukan hal itu. Aku bingung harus melakukan apa, padahal aku sedang tidak ingin melakukan itu."

"Apakah aku terlalu menyeramkan saat itu karena terlalu agresif?"

"Bukan begitu sayang, tapi aku hanya merasa aneh saja. Aku tidak mau kamu melakukannya karena terpaksa."

"Aku tidak pernah melakukan itu dengan terpaksa."

"Tapi saat kamu cemburu kepada Day, kamu juga bersikap aneh."

"Perasaanku sakit saat itu, tapi aku tidak bisa mengartikannya. Bibi bilang ada pria yang lebih cantik dariku di dalam hidup Phi. Aku jadi kesal tanpa alasan, padahal itu adalah masa lalu Phi."

Mew kini memeluk Gulf dengan erat, lalu berbisik di telinga Gulf, "Sekarang, hanya kamu pria tercantik dan tertampan di hidupku."

Gulf kini tersenyum malu dengan wajah dan telinga yang kini semakin bertambah merah. Setelah percakapan panjang itu, mereka kini tidur berdua karena merasa lelah dan mengantuk.

Author Point Of View Off

Delicious You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang