E09

1.6K 131 4
                                    

Mew Point Of View On

Dua biji jagung kecil.

"Apakah dokter tidak salah lihat? Itu mungkin hanya tumpukan lemak-lemak bukan dua calon bayi!" Ucapku dihadapan seorang dokter kandungan.

Aku langsung mengajak Gulf ke dokter kandungan ketika dia mengatakan bahwa dia memiliki bayi di dalam perutnya. Aku ingin mengabaikannya, tapi dia terus menyebutkannya hingga aku merasa penasaran.

"Apa yang membuat Tuan tidak percaya hm? Benar-benar ada bayi di dalam perut Tuan Gulf, Tuan."

"Tapi..." Aku masih mencoba mengelak.

"Tuan seharusnya tidak mengeluarkan didalam jika belum siap memiliki anak! Kasihan Tuan Gulf! Saya merasa kasihan kepada Tuan Gulf karena memiliki suami yang egois seperti Tuan." Ucap dokter itu dengan sarkas.

"....." Aku hanya diam sedangkan Gulf kini terlihat sedang tersenyum bahagia.

"Babynya ada dua ya dok?" Tanya Gulf.

"Iya Tuan Gulf.."

Setelah pemeriksaan selesai aku masih diam tak bisa berekspresi sedih maupun senang setelah mengetahui semuanya. Kalau aku tahu dari awal bahwa Gulf bisa hamil meskipun dia adalah seorang pria, aku tidak akan menghamilinya. Sejujurnya aku masih belum siap memiliki seorang anak, apalagi aku langsung mendapatkan dua calon anak sekaligus seperti ini.

"Phi, Phi kenapa diam saja? Phi ngga suka ya sama baby ini?" Dia sepertinya membaca pikiranku.

Bukannya aku ngga suka!

"Huh?" Aku kini merasa bingung.

Kenapa aku merasa seperti sepasang remaja yang melakukan kesalahan, padahal kami berdua sudah menikah dan tidak ada yang salah kalau kami memiliki anak.

"Kalau Phi tidak suka, aku harus melakukan apa agar Phi menyukai baby sama seperti aku yang menyukai baby?" Tanyanya.

Kamu tidak harus melakukan apapun Gulf. Ak-aku hanya belum siap saja..

"Phi, Phi bahkan tidak ingin berbicara kepadaku lagi."

Aku hanya sedang bingung ingin berbicara apa.

Semenjak keluar dari dalam ruangan lalu ke apotek untuk mengambil obat, aku selalu terdiam. Disaat kami berdua sudah berada di dalam mobil pun, aku selalu diam. Aku tidak berbicara sepatah katapun kepada Gulf.

"Gulf bukannya aku ngga suka sama baby, tapi aku hanya belum siap memiliki baby." Ucapku.

"Phi, aku mau pulang kerumah kakek saja."

"Kakekku?"

"Bukan, tapi rumah kakek Gulf. Rumah Gulf yang lama. Gulf mau tinggal sama kakek saja. Gulf ngga mau tinggal sama Phi lagi."

Dia ingin meninggalkan aku saat dia telah memiliki anak dariku. Apakah dia pikir aku akan menurutinya begitu saja?

"Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu? Baby itu juga anakku! Bagaimana kamu bisa berpikir untuk meninggalkan aku Gulf?"

"Phi ngga suka sama baby!"

"Aku ngga pernah bilang seperti itu!"

"Tapi Phi diam saja sedari tadi pas Phi tahu ada baby di dalam perut Gulf! Phi seperti ini saat pertama kali kita bertemu!"

Dia mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Aku tidak menyangka jika otak kecilnya mampu mengingat kenangan sebanyak itu.

"Kata kakek, kalau ada seseorang yang tidak menyukai kita, kita harus pergi meninggalkannya dan menjauhinya. Jangan berteman lagi dengan orang yang tidak menyukai kita, karena dia akan terus menyakiti kita. Aku ngga mau Phi menyakiti baby!"

Delicious You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang