E14

623 78 3
                                    

Author Point Of View On

"Sayang, apakah kamu merasa bosan?" Kata-kata itu kini membuat Mew mendapat tatapan tajam dari Gulf.

Gulf bersama kedua anaknya sedang menunggu Mew di dalam ruangan Mew. Mew berjanji akan membawa mereka ke taman bermain setelah rapat selesai, namun setelah menunggu selama berjam-jam, rapat tidak juga selesai. Gulf ingin pulang, tapi kata Mew dia tidak boleh keluar dari dalam ruangan itu sebelum Mew kembali.

"Aku mau pulang!" Ucap Gulf.

"Apakah kita tidak jadi pergi ke taman bermain?"

"Ini sudah siang! Phi rapatnya kelamaan! Aku dan anak-anak sudah tidak ingin pergi ke taman bermain lagi!" Gulf sedikit meninggikan nada suaranya, meskipun terdengar masih lirih.

"Sayang, maafkan aku. Aku tidak tahu kalau ternyata banyak masalah yang masih harus dibahas."

"Kalau Phi memang tidak niat, sebaiknya tidak usah mengajak kami dan memberikan harapan kepada kami! Aku mau pulang, sekarang!"

"Kamu yakin?"

Gulf dan kedua anaknya kini benar-benar sudah merasa bosan dan jenuh. Meskipun Gulf dan kedua anaknya bermain di dalam ruangan Mew, tapi Gulf tidak berani menyentuh apapun. Gulf juga melarang kedua anaknya untuk menyentuh apapun yang ada di dalam ruangan itu. Beberapa trauma kembali teringat saat Gulf mencoba menyentuh barang-barang Mew dulu.

"Apakah kamu tahu ini sangat berharga? Bahkan orang idiot sepertimu tidak akan mengerti kata berharga sama sekali! Ini bahkan lebih penting dari kamu!" Kata-kata Mew itu kembali teringat dan terngiang-ngiang di telinga Gulf.

"Ma-maaf.."

"Jangan pernah menyentuh barang-barangku lagi kalau kamu tidak mau berakhir dikurung di dalam kamar mandi yang gelap!" Ucap Mew.

Ingatan itu perlahan buyar ketika Mew duduk sambil berlutut di depan Gulf. Mew kini menatap Gulf dengan tatapan merasa bersalah. Mew merasa bersalah karena membuat Gulf dan kedua anaknya menunggu terlalu lama. Kedua anak mereka kini telah tidur di atas sofa dan menjadikan kedua paha Gulf sebagai bantal. Mew mencoba meminta maaf, namun Gulf sepertinya sudah sangat marah kepada Mew.

"Hmm, yakin! Phi gendong Cixa dan aku akan menggendong Cixi. Ayo kita pulang!"

"Sudah berapa lama mereka tidur?"

"Baru saja. Mereka berdua tidur karena mereka berdua sudah lelah bermain."

"Sudah waktunya makan siang." Mew leihat ke arah jam tangannya, lalu mulai berbicara lagi, "Bangunkan saja mereka dan ajak mereka makan siang diluar!"

"Aku mau pulang! Aku ngga mau makan siang diluar."

"Baiklah, kita akan pulang."

Mew akhirnya menuruti semua keinginan Gulf meskipun Mew telah mencoba mengalihkan pikiran Gulf. Rencananya kalau Gulf mau diajak makan siang diluar, Mew akan langsung membawa mereka ke taman bermain dan makan siang di restoran terdekat yang ada di sana. Akan tetapi sepertinya kali ini Gulf memiliki pendirian yang teguh.

Mew kini mengantarkan Gulf dan kedua anak mereka pulang ke rumah. Ketika sampai di rumah, Mew dan Gulf langsung membawa kedua anaknya itu masuk ke dalam kamar dan menidurkan mereka. Gulf lalu mencium kening dan pipi kedua anaknya itu agar mereka bermimpi indah. Setelah itu, Gulf langsung keluar dari dalam kamar lalu masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar Mew dan Gulf, Gulf tiba-tiba duduk di atas tempat tidur lalu mulai menangis seperti anak kecil yang kehilangan sesuatu. Itu membuat Mew merasa bingung sekarang. Mew kini berjalan menghampiri Gulf lalu memeluk Gulf. Mew mencoba untuk menenangkan Gulf.

"Kenapa kamu menangis?" Tanya Mew.

"Ak-aku sedih. Hiks.. Hiks.."

"Kenapa kamu merasa sedih?" Mew melepaskan pelukannya lalu menatap ke arah Gulf.

"Ka-karena hiks.. Phi hiks.. mengingkari janji Phi! Hiks.. Hiks.."

"Sayang, maafkan aku ya. Aku ngga tahu kalau kamu merasa sangat sedih." Mew mengusap kedua pipi Gulf yang telah basah karena air matanya.

"Kata Kakek, aku tidak boleh menangis di depan anak-anak, karena nanti anak-anak akan ikut sedih juga, makanya aku menahannya dari tadi. Kata Kakek, aku hanya boleh menangis di depan Phi saja. Aku benci sama Phi Mew! Phi Mew jahat!"

"Iya aku jahat, maafkan aku ya sayang.." Mew merasa sangat bersalah sekarang.

"Aku mau main di taman bermain. Aku mau main sama Cixa dan Cixi di taman bermain! Hiks.. Hiks.. Phi membohongi kami!"

"Maaf, aku berjanji besok aku akan mengambil cuti dan menemani kalian ke taman bermain."

"Phi tukang bohong!"

"Aku berjanji. Hari ini untuk menebus kesalahan Phi, kamu boleh makan ice cream dua."

"Cixa dan Cixi juga?"

"Tidak sayang, mereka hanya boleh satu, karena mereka masih kecil."

Gulf kini menangis karena merasa kasihan kepada dua bayi kecilnya. Sejak kelahiran kedua putri kecilnya, Gulf seperti mendapatkan teman. Dia terlihat sangat bahagia karena dia tidak merasa kesepian lagi di dalam rumah yang besar itu. Dalam mengurus bayi-bayi kecilnya itu, Gulf dibantu oleh dua baby sitter yang melakukan shift malam dan pagi untuk menjaga dua bayi Mew dan Gulf itu secara bergantian.

Mew memang sengaja menyiapkan dua baby sitter itu karena Mew tidak ingin terjadi sesuatu kepada anak-anaknya dan dia juga tidak ingin Gulf merasa kelelahan. Gulf selalu ingin tidur bersama kedua anak-anaknya, namun Mew melarangnya. Bukan tanpa alasan Mew melakukan hal itu, hanya saja dia takut Gulf tanpa sadar menindih tubuh anak-anaknya saat sedang tidur.

"Sekarang, sebaiknya kita makan sekarang! Aku yakin kamu pasti sudah lapar setelah menangis."

"Hmm..."

"Ayo kita makan!" Mew mengulurkan salah satu tangannya.

Gulf malah membalas dengan mengulurkan kedua tangannya ke arah Mew. Mew yang paham langsung membalikkan tubuhnya dan membelakangi Gulf. Gulf langsung naik ke punggung Mew tanpa aba-aba dan membuat Mew sedikit merasa terkejut.

"Apa menu makanannya hari ini?" Tanya Gulf

"Bukankah kamu ingin makan tomyun kemarin?" Mew kini mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang makan.

"Aku ngga mau makan itu sekarang."

"Auh, Bibi sudah memasakkan itu sayang."

"Ihh aku ngga mau. Aku mau yang lain."

"Apa?"

"KFC! Aku mau KFC Phi!"

"Iya sayang, aku akan memesankannya untukmu."

"Phi Mew memang yang terbaik. Aku sayang sama Phi." Ucap Gulf yang langsung mencium pipi Mew untuk mengungkapkan perasaan terima kasihnya.

"Mood mu memang mudah berubahnya. Aku harus banyak-banyak bersabar menghadapimu. Apalagi kita punya dua anak perempuan, pasti sifatnya tidak jauh berbeda denganmu." Ucap Mew yang kini sedang menggerutu dengan nada suara yang lirih.

"Phi bilang apa?"

"Ngga kok sayang.."

Sesampainya mereka di ruang makan, Mew langsung menurunkan Gulf dari punggungnya. Mew segera mengambil handphonenya di saku, lalu memesankan Gulf KFC.

"Sayang, makan ini dulu ya, datangnya mungkin sedikit lebih lama." Ucap Mew yang menawarkan makanan yang sudah tersaji di atas meja.

"Aku ngga mau."

"Cuma sedikit.."

"Ihhh..."

"Sayang..."

"Baiklah.."

Mew mengambilkan sedikit makanan untuk Gulf, agar Gulf bisa mengisi perutnya sambil menunggu KFC nya datang. Mew tahu Gulf sudah merasa lapar karena biasanya Gulf sudah makan siang di jam segini. Gulf juga biasanya mengisi perutnya dengan makanan ringan, namun Mew lupa membawakannya tadi.

Author Point Of View Off

Delicious You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang